Belum lagi rumah dinas yang sudah main ikat-ikatan dengan kawat karena jendela dan pintu sudah lapuk termakan usia. Rumah itu enak ditempati karena memang selalu dibersihkan dan butuh rehab total.
Pensiunan dari lembaga lain itu lalu bilang, "kalian itu pencari uang alias PAD* di daerah. Tapi fasilitas penunjang kalian tidak pernah diperhatikan. Masih kan kursi dan meja yang diganjal ganjal dengan batu. Di zaman yang sudah digital ini apakah atasan langsungmu di ibu kota tidak percaya dengan laporan kalian, suruh datang dan lihat itu kantormu itu".
Teman yang kantornya disindir oleh pensiunan itu pun tersenyum. "Siap mang. Nanti sampai di kantor kuajak keliling orang yang monitoring itu untuk melihat pegawai dan juga fasilitas pendukung kantor. Semoga dia sampaikan ke atasan kalau meja kursi di kantor sudah tak layak. Beganjal dengan batu begitupun dengan gedung yang sudah lama tak disentuh dengan pembangunan," katanya sembari membayari sarapan kami.
Diri lalu ke pasar untuk menghitung ayam yang dilepaskan ke pedagang pagi dan sore ini. Diri cuma tersenyum. Di satu sisi teman-teman yang bekerja mencari PAD untuk pembangunan daerah agar dapat terus meningkatkan pemasukan bagi daerah tetapi di sisi lain fasilitas pendukung mereka diabaikan.
Biasalah tuntut menuntut beban kerja didahulukan, fasilitas pendukung diabaikan. Itulah salah satu potret negeri ini yang sedang kencang berlari untuk maju.
Semoga potret buram seperti pendidikan, kesehatan, pemerintahan, penjaga perbatasan dan juga penegak hukum di daerah nun jauh mendapat perhatian dan prioritas.Â
*PAD: Pendapatan Asli Daerah
Salam dari Puncak Bukit Barisan Sumatra
Salam Kompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H