Budaya dan aturan di LRT memang perlu terus disosialisasikan agar kita menjadi disiplin dalam menjaga dan memanfaatkan angkutan publik. Inilah LRT pertama di Indonesia bukan di ibu kota, bukan di Jawa tetapi di salah satu kota yang terus berkembang di Sumatra.
LRT itu dulu sepi. Ah, karena memang segala sesuatu yang baru itu butuh waktu. Sekarang sudah lumayan. Bahkan sore lalu, ketika turun dari pesawat, kami harus berkejar-kejaran naik eskalator untuk ke Stasiun Bandara. Dan wow ternyata LRT terakhir dari bandara sekitar pukul 19.00.
Ketika berhenti di stasiun-stasiun ternyata banyak pekerja juga yang memanfaatkan LRT untuk pulang ke rumah. Adem dan santai. Bayaran maksimal sepuluh ribu perak. Bayaran minimal lima ribu perak. Turun di stasiun terdekat dan bisa nyambung lagi pakai onjol untuk sampai depan rumah.
Berpikirlah maju ke depan dan ambillah resiko yang sudah diukur. Beraksilah. Bermanfaatlah bagi sekitar.
Lelaki itu mengirim WA ke istrinya, "Cintaku, masih ada LRT yang lewat."
"Duh, kamu kan juga sudah naik MRT," balas istrinya.
Tulisan receh ini kupersembahkan untuk tiga mata.
Salam dari puncak Bukit Barisan Sumatra
Salam Kompal