Pekan menyusui 1-7 Agustus Sedunia sudah berakhir. Ada ganjalan sebenarnya dengan masifnya sosialisasi ASI kepada seluruh perempuan yang baru dan sudah melahirkan.Â
Ganjalan tersebut adalah ketika tenaga kesehatan ataupun aktivis ASI ketika mensosialisasikan ibu menyusui main  hantam kromo tanpa menyadari kalau perempuan itu satu sama lain berbeda.
Kaki kupu-kupu misalnya pernah ditegur dengan keras oleh tenaga kesehatan karena anak pertama  tidak disusui. Itu ketika Kaki kupu-kupu mengimunisasi sulung.Â
Untung saja kaki kupu-kupu sedang turun tegangan sehingga perkataan tenaga kesehatan yang mensosialisasikan pentingnya ASI eksklusif dan juga kebaikan ASI bagi bayi ditanggapi dengan anteng. Walaupun sudah disampaikan kalau dirinya mau menyusui tetapi ASI tidak keluar.
Sebagai lelaki yang mendampingi kaki kupu-kupu saat ini, diri menjadi tak enak. Ada rasa kasihan pada kaki kupu-kupu. Mau meminta tenaga kesehatan agar berhenti menjelaskan soal pentingnya ASI pada kaki kupu-kupu juga tak enak. Semuanya jadi tak enak di ruang imunisasi itu.
Padahal sebagai lelaki, diri melihat sendiri bagaimana kaki kupu-kupu sehari makan tiga mangkok sayur katu, sayur bayam, makan vitamin, dipompa hingga sakit.Â
Bahkan daku sendiri akhirnya diminta turun tangan, dengan kemungkinan, sulung kurang kuat nyedotnya. Hasilnya juga tak seperti yang diharapkan oleh kaki kupu-kupu tetapi seperti yang diharapkan oleh daku.
Ada semacam perasaan bersalah bagi kaki kupu-kupu ketika harus mengungkapkan kalau sulung itu dibesarkan dengan susu botol bukan ASI. Pada akhirnya daku sampaikan agar kaki kupu-kupu menjawab dengan bahasa mengambang setiap ditanya soal ASI. "Botol ini hanya tambahan saja".
Proses produksi ASI dimulai ketika ibu hamil. Proses itu alamiah. Puncaknya ketika ibu melahirkan dan pasca melahirkan. Pada waktu melahirkan biasanya setelah beberapa jam akan keluar kolustrum.Â
Kolustrum ini kalau muncul dan memungkinkan bisa langsung diberikan ke bayi karena memiliki manfaat yang sangat besar sekali bagi tumbuh kembang bayi. Silahkan dibaca di tautan ini manfaatnya.
Persoalannya kalau tidak muncul, jangan main paksa atau kalau sudah diusahakan secara maksimal tidak keluar juga, mohon pengertian dan juga kerjasamanya. Si bapak harus mengerti memahami dan menerima kalau ibu itu unik adanya.
Kaki kupu-kupu pun suatu hari karena keingintahuannya lalu melakukan USG payudara. Selain untuk melihat kemungkinan adanya kanker payudara sejak dini ternyata juga bisa melihat kelenjar susu. Setelah di USG ternyata kelenjar susunya sedikit. Jadi wajar kalau ASI yang keluar tak seperti yang diharapkan oleh bayi.
Bagi kaum pria dan juga kaum perempuan yang pro rekreasi maka ukuran payudara dianggap penting tetapi bagi kaum pria dan juga kaum perempuan yang berpikir terbuka pencari pengetahuan maka ukuran tidak penting.Â
Bagi perempuan menyusui yang paling penting kelenjar susu yang banyak daripada ukuran. Bukan ukuran gede tetapi kelenjar susunya yang sedikit. Untuk urusan persusuan ukuran tidak penting. Sebaliknya untuk ukuran kemolekan yang juga subjektif ukuran menjadi penting.
Bersyukurlah bagi mereka yang diberi oleh Sang Maha Pencipta kelenjar susu yang banyak. Jadi walaupun berukuran kecil tetapi kelenjar susunya banyak maka produksinya moncer.Â
Bagi yang diberi kelenjar susu yang sedikit artinya suami harus bekerja keras, banting tulang agar susu botol tak kehabisan di rumah. Jangan menyeleweng mencari rumah produksi susu yang moncer.
Sekali lagi, bersyukur ruang menyusui sudah banyak dibangun di pusat-pusat perbelanjaan, perkantoran dan perusahaan serta ruang publik. Tanggung jawab perasian bukan tanggung jawab perempuan, ibu sendirian, tetapi juga lelaki, suami serta keluarga besar.Â
Memberikan kenyamanan dan dukungan apakah ASI lancar atau tidak lebih penting daripada menyalahkan apalagi sampai memvonis tidak mau menyusui.
Dengan segala kemajuan teknologi serta Revolusi 4.0 ini sebenarnya urusan persusuan tidak lagi rumit serumit dulu. Sekarang tinggal mau tidak belajar dan memanfaatkan teknologi informasi plus USG.
Salam Kompal
Salam dari Puncak Bukit Barisan Sumatra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H