Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Mamang Ngerjain Keponakan Ganjil Genap

8 Agustus 2019   16:46 Diperbarui: 8 Agustus 2019   16:54 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadis Dusun Metik Kopi I Foto: OtnasusidE

Kopi baru dijemur. Hutang baru dihitung. Kebutuhan ke depan juga baru dihitung. Belum tahu untung atau rugi dalam panen kopi kali ini.

Ponakan sudah menelpon beberapa kali dari Jakarta. Tautan berita dikirimkan untuk meyakinkan. Agar tidak dikatakan sebagai kebohongan. Tautan berita dari media main stream.

Motor ponakan bernomor genap sedangkan perluasan pelarangan kendaraan bermotor akan dilakukan di jalan-jalan di Jakarta Pusat yang banyak institusi pendidikannya. Kebetulan keponakan mengambil jurusan yang bikin seluruh keluarga besar harus sumbangan karena memang jurusannya dikenal berbiaya mahal. Dan kebetulan yang kedua, keponakan tidak kos di sekitar kampusnya malah agak jauh di Jakarta Timur.

Mamang memang menjadi salah satu penyumbang tetap untuk pendidikan keponakan. Walau tinggal di dusun yang juga susah sinyal dan juga belum dialiri listrik tetapi mamang sudah memanfaatkan panel surya untuk menambah daya batere smartphone entry level.

Ditelpon ponakan dalam sehari seperti minum obat, mamang lalu pergi ke dusun tetangga yang sinyalnya agak kuat. Mamang pun berselancar di internet dan mendapati ternyata kendaraan bermotor sepertinya tidak terkena aturan ganjil genap. Mamang agak kesel juga dengan ponakan, walau begitu mamang tetap kalem ketika pesan WA masuk smartphone.

"Mang. Kalo kawe la dijual tolong bantu ponakan untuk beli motor second be jadilah," tulis ponakan di WA.

"Au. Kele. Kagek mamang TF men kawe ni la laku," balas mamang.

Mamang yang tak mau mengecewakan ponakan telak alias ponakan kandungnya ini lalu menjual kopi. Hasil jualan kopi lalu dimasukkan ke bank. Padahal maksud mamang tadi hasil jualan untuk bayar hutang terlebih dulu dan juga untuk keperluan setahun ke depan.

Esoknya mamang naik Bus Sinar Dempo ke Jakarta. Sampai di Jakarta mamang langsung ke Pasar Rumput. Setelah jalan-jalan, hati kecil mamang tak tega untuk membelikan ponakan sepeda bekas. Mamang pun lalu mencari sepeda lipat bermerek lokal tapi berkualitas internasional.

Jatuhlah pada pilihan sepeda lipat. Mamang pun langsung menggowes sepeda yang baru dibeli ke rumah kos ponakan.

Hari telah petang. Ponakan yang melihat mamang bersepeda datang ke tempat kos terkejut bukan kepalang.

Sedikit basa basi mamang permisi pulang. Ponakan tercengang dengan kiriman sepeda. Walau sempat protes tetapi mamang bersikukuh untuk memberikan sepeda lipat.

"Cari di internet, berapo rego sepeda ini? Hargonya samo dengan motor bekas".

"Kalo kau jual sepeda ini. Aku dak ka galak lagi bantu kau. Kalo kau minta dengan keluarga lain jugo untuk beli motor, maafkelah mamang dak biso bantu kau lagi. Inget ye".

"Malu kuliah pake sepeda? Hitung-hitung sekalian olah raga. Jangan lupo. Kito ni jeme dusun terkenal dengan kerjo keras. Paham!".

Mamang pun pamit pulang. Balik ke dusun dengan ngeteng. Di Damri di atas kapal penyeberangan, mamang ngirim pesan ke keluarga besar kalau sudah membelikan ponakan sepeda sebagai alat transport alternatif. Semua setuju. Ada yang kirim emoticon bermacam-macam sebagai tanda setuju. Ada juga yang cuma kirim tulisan sip.

Keponakan apa nggak tahu kalau dulu mamangnya waktu kuliah lebih sering jalan kaki daripada naik angkot. Bahkan lebih sering puasa karena kiriman telat datang.

Ponakan apa nggak ngerti apa, kalau kuliah itu masa prihatin. Masa berjuang untuk diri sendiri dan identitas diri.

Ponakan malam itu cuma bisa meringis. Maksud hati pengen untung dapet motor lagi karena aturan ganjil genap, malah dikirimi sepeda lipat. Mau ngambek takut dosa. Bisanya sedih dan menangis serta menyesal dalam hati. Merutuki rencana jahat.

"Kau harus bantu Gubernur DKI, kuliah naik sepeda. Agar tidak menambahi polusi," WA masuk di HP ponakan.

"Ia Mang," balas ponakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun