Disiplin. Jujur. Lakukan sesuai SOP. Tanya kalau ragu! Itulah yang sering disampaikan oleh teman perempuanku ketika mengunjungi outlet di tempat usahanya setiap bulan di empat pulau.
"Ketika kita lengah bahwa anak buah sudah menjalankan SOP. Saat itulah malapetaka dimulai. Entah kapan itu pasti terjadi. Jadi aku tak akan pernah capek dan lelah untuk selalu mengingatkan anak buahku untuk bekerja sesuai SOP, bekerja jujur dan benar," katanya.
Balik ke zaman batu. Aku dulu pernah dimarahi menjelang malam ketika aku tak bisa masuk ke lokasi bencana. Dan aku panik, tak bisa menulis apa-apa. Redpel yang menerima teleponku pun marah besar.
"Aku tahu kau capek 10 jam jalan darat dan baru sampai. Tapi kau tak bisa masuk lokasi bencana itu berita! Gambarkanlah dulu situasinya. Kalau ada tokoh masyarakat wawancaralah. Buatlah poin-poinnya dua jam lagi telpon lagi dan itu berita besar. Tapi besok pagi bagaimanapun caranya kau harus masuk ke lokasi dan dapetin foto plus jaga keselamatan dirimu. Itu penting," kata Redpel waktu itu yang ternyata dia suka naik Gunung Dempo.
Balik ke zaman  now.  Aku terharu sekaligus bahagia, satu waktu di satu pulau aku dan teman perempuanku sedang kencan di sebuah tempat makan tetiba ada seorang lelaki menyebut profesi temanku. Salim mencium tangannya dan mencium tanganku.
Lelaki muda itu mengungkapkan kalau dirinya kangen bekerja dengan teman perempuanku. "Tenang dulu Pak, kerja bersama Ibu. Ibu itu terkenal kejam dan brutal plus sangar kalau ngajari. Cuma kalau kami mengalami kesalahan dan ada bagian lain yang marah-marah. Ibu maju duluan. Ibu selesaikan dengan bagian lain dan baru menghajar kami-kami yang salah. Ilmunya juga nggak pelit. Semua diajarkan. Jadi kami kerja nyaman," kata lelaki muda yang ternyata sudah pindah dan kini kerja di sebuah BLU.
"Oh ada satu lagi yang aku kangeni dari Ibu. Ibu itu setiap hari bawa makanan untuk seluruh anak buahnya. Bahkan beliau ada kuis bagi kami yang bisa menyelesaikan pekerjaan lama yang sudah jarang dikerjakan, kalau benar, ibu kasih hadiah," kata si lelaki itu dan kemudian bergabung satu meja dengan kami.
Ah, perempuan ini ternyata tak berubah. Dia selalu menikmati semua pekerjaannya. Dia selalu menebarkan kebaikan dan silaturahim mulai dari daerah perairan Pantai Timur Sumatra tempatnya meniti jalan hidup hingga saat ini yang jauhnya kurang lebih 780 km di zaman now.
Cintailah pekerjaanmu. Jadikanlah bawahan dan rekan kerjamu adalah orang-orang yang berharga. Demikian pula dengan guru-gurumu. Berbagilah ilmu. Ajarilah orang yang tak bisa untuk menjadi bisa dan mengerti. Saat itulah mereka menjadi mata kita. Walau kita tidak ada di sana. Saat itulah kita menjadi manusia yang selalu dikenang kebaikannya bila kita berpisah dengan bawahan ataupun rekan kerja.
Salam Kompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H