Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menanti Akhir AMCA dan H & R

13 November 2018   15:00 Diperbarui: 13 November 2018   15:04 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah film berhasil atau tidaknya tergantung dari jumlah penontonnya. Jumlah penontonnya banyak, artinya film itu meraih untung. Jumlah penontonnya sedikit artinya film itu menanggung rugi.

Sesederhana itu. Betul. Bagaimana dengan film yang bagus tetapi sepi penonton?  Nah,  itu aku susah untuk menjawabnya karena memang aku bukan kritikus film. Aku penikmat film.

Film itu ibarat produk. Produk itu diracik, dikemas, dicitrakan dan kemudian dijual. Ketika produk dijual tentu maunya untung. Hampir tidak ada produk, yang dijual tidak mau ambil untung. Kalaupun ada produk itu, itu produk contoh. Biasanya ada tulisan produk ini tidak untuk dijual.

Ada dua buah film Indonesia yang saat ini sedang bertarung di jagat maya dan di jagat nyata. Sebuah pertarungan klasik kalau menurut aku. Sebuah pertarungan yang memiliki latar belakang yang panjang.

Perlu diingat bahwa para crew film dan juga pendukung film serta aktor film masing-masing kuyakini tak mau berpusing ria dengan latar belakang pertarungan mereka yang tak terlibat langsung dengan film masing-masing. Crew, pendukung dan aktor adalah orang-orang profesional. Itu dulu yang harus dicamkan.

Pertarungan keduanya, sebenarnya adalah  test  the  water  pada para penonton oleh orang-orang yang tak terlihat dan tak terlibat langsung dengan film.  Oiii  penonton silahkan dipilih sesuai minat ya!

Mengenai jumlah penontonya aku nggak mau berdebat kusir karena jumlah penonton akan terus bertambah setiap harinya. Sebuah film dipastikan "kalah" atau tak diminati penonton dipastikan akan digulung layarnya oleh pengelola bioskop. Sebaliknya bila sebuah film diminati penonton dipastikan akan ditambah layarnya oleh pengelola bioskop.

Bioskop mau untunglah. Nggak mungkin bioskop mau rugi. Bioskop sebagai media jualan tentu keluar biaya listrik dan juga karyawan so pasti mau untung atas barang yang dijual. Kalau nggak untung bagaimana mau bayar listrik dan bayar karyawan?

Sesederhana itu. Betul. Lalu bagaimana caranya kita melihat kedua film itu bertarung?

Di jaga maya ada beberapa website yang mengulas film. Setidaknya ada IMBD, MOVIES.COM, Rotten Tomatoes, FANDANGO, dan beberapa website lainnya.

Hanya di IMBD, A Man Called Ahok (AMCA) dan Hanum & Rangga ( H & R) masuk dalam ulasan mereka dan masuk nilai mereka. Di MOVIES.COM dan Rotten Tomatoes serta FANDANGO kedua film Indonesia itu tidak masuk dalam ulasan mereka.

 Di IMBD, AMCA diulas oleh 1.913. Dari skala 1-10 ternyata pengulas memberikan nilai 10 ada 68,3 persen, nilai 9 ada 18,4 persen dan nilai 8 ada 5,6 persen. Sisanya ada yang beri nilai 7 hingga 1. A Man Called Ahok  diberi nilai 1 oleh 3,5 persen pengulas.

sumber: imdb.com
sumber: imdb.com
Data ini diunduh pada jam 12.15 tanggal 12-11-2018. Aku berkeyakinan data masih akan terus berubah alias bertambah dari waktu ke waktu.

Bandingkan dengan H & R diulas oleh 1.625.  Dari skla 1-10 ternyata pengulas memberikan nilai 10 hanya 4,1 persen, nilai 9 ada 0,5 persen dan nilai 8 ada 0,2 persen. Sisanya ada yang beri nilai 7 sampai 1. Hanum & Rangga diberi nilai 1 oleh 92,4 persen pengulas.

Sumber: imdb.com
Sumber: imdb.com
Data ini diunduh pada jam 12.15 tanggal 12-11-2018. Aku berkeyakinan  data masih akan terus berubah alias bertambah dari waktu ke waktu.

Serius mereka yang memberikan ulasan di IMBD sangat terbuka dan lugas. Dan aku nggak tega untuk menyampaikan di sini. Silahkan klik saja link-linknya, ini dan ini.

Walau begitu dari jumlah penonton dari filmindonesia.or.id dapat memberikan gambaran sementara. AMCA masih memimpin dengan jumlah penonton 587.747 sedangkan H & R ditonton oleh 201.378 penonton.

Sumber: filmindonesia.or.id
Sumber: filmindonesia.or.id
Kalaupun ada satu pihak berusaha mengintervensi dengan membuat kebijakan tertentu agar film H & R ditonton juga nggak masalah. Itulah strategi jualan.

Hal yang sama juga kalau ada pihak berusaha untuk mengintervensi dengan membuat kebijakan tertentu agar film AMCA ditonton oleh banyak orang, juga wajar. Itulah seni jualan.

Baru kali ini, dua buah film  head  to  head  dengan segala intriknya. Dan menurutku fenomenal dan akan menunjukkan siapa yang lebih memiliki daya tahan untuk membal melenting.

Pertarungan keduanya diyakini akan makin keras dalam seminggu ke depan. Terus terang dengan banyaknya intrik di luar film, membuat kedua film menjadi menarik untuk dipantengin perkembangannya.

Ini bisnis. Kalau ada yang mengkaitkan dan menarik, menyeret ke ranah politik silahkan saja. Nggak bisa dilarang. Tapi pada akhirnya, ini adalah bisnis. Film yang menguntungkan tetap digelar layarnya, yang nggak menguntungkan ditutup layar. Sesederhana itu.

Ndak perlu dibawa Baper. Ndak perlu dipikirkan. Apalagi kalau sampai  rai sa  tidur. Bahaya itu.  Bisa menimbulkan penyakit. Semua lepaskan apa adanya.

Sambil baca tulisan ini ataupun mengakhiri tulisan bolehlah menyimak lagu Krakatau berjudul Sekitar Kita yang apik dibawakan oleh Trie Utami.

Sumber: imdb.com, imbd.com, filmindonesia.or.id.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun