Ada orang yang lidahnya setia. Namun, ada juga orang yang lidahnya tak setia. Satu hari merasakan enak, satu hari merasakan enak yang lain. Percayalah lidah tak pernah bohong. Maksudnya lidah rasa. Jadi tak setia lidah jangan langsung dicap negatif apalagi sensitif. Bisa berabe kalo begitu.
Memang untuk soal lidah dan rasa ini sangat relatif. Sama seperti politik. Periode lalu mendukung A periode kini dukung B. Ada juga yang tetap memantapkan hati untuk memilih A karena memang enak dengan A. Memang sama antara lidah dan rasa dengan politik. Tentu beda toh.  He  he  he.  Ini hanya guyonan saja.
Khusus untuk urusan lidah memang antara aku dan kaki kupu-kupu berbeda. Dia hobi daging segar. Lah, aku suka sayur segar. Pada akhirnya sebenarnya lidah kami menyatu kalau bercinta. Tentu kalau rasa lidah kami sama pasti hambar kalau bercinta. Senyumlah.
Sudahlah. Ini sedang musim hujan. Bagi yang daerahnya rendah dan sering banjir, bersiaplah untuk menaikkan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi. Kalau tidak bisa rusak tuh barang berharganya.
Kaki kupu-kupu itu doyan makan sama seperti aku. Untuk pempek selalu ada tempat di usus bagi kami berdua. Hal yang sama untuk Kakak dan Kevin selalu ada untuk mie instan untuk ususnya. Kalau untuk Keyla juga menyiapkan ususnya untuk ceker ayam.
Siang ini kaki kupu-kupu dan aku ingin makan Pempek Mustika di samping Kantor Walikota Palembang. Di belakang Kantor Walikota ini dulu adalah Bioskop Mustika, sekarang menjadi Balai Prajurit.
Satu karcis bisa dua film dulu. Bisa nonton sepanjangan. Wak  wak  wak.
Kaki kupu-kupu dulu pernah nonton di sini bareng aku dan dia nggak tahan untuk film kedua. Sebenarnya dia sudah nggak tahan pada film pertama tetapi karena menghargai aku, dia tetap bertahan hingga film pertama selesai. Rambo dan Delta Force padahal waktu itu. Alasannya adalah banyak asap rokok.
Sudahlan itu dulu. Sekarang ini adalah menikmati Pempek Mustika dulu.
Musim hujan makan pempek anget plus  cukonyo  yang pedes. Perut juga anget dan kalau kepala sudah berkeringat dan bibir dower karena kepedasan otak biasanya lancar jaya. Itu aku kalau orang lain mungkin belum tentu.  Hi  hi  hi.
Pempek campur pertama isi 12 biji langsung selesai. Isinya terdiri dari pempek adaan yang bule-bulet itu loh. Ada pempek tahu. Ada pempek telur.
Kalau pempek panggang dan lenggang, hanya dalam hitungan menit selesai. Pempek panggang dan lenggangnya dipanggang dengan api arang batok kelapa ya. Bukan dipanggang pakai gas.
Lidah yang sudah terlatih rasa biasanya akan bisa membedakan pempek panggang dan lenggang yang dipanggang dengan arang batok kelapa dan arang kayu serta dengan gas. Bahan dasar pempek panggang adalah ikan dan sagu, dan lenggang berbahan baku telur bebek dan bahan pempek panggang ketika dipanggang ada aroma harum yang keluar dari panggangan. Â Pempek panggang dan lenggang yang dipanggang dengan arang lebih terasa dan sensasi lebih mengena.
Secara keseluruhan rasa pempek di Pempek Mustika jozzz. Apalagi lokasinya yang berada di dekat Sungai Musi membuat atmosphere sungai sangat terasa. Sungguh ini bisa menjadi tempat alternatif mengolah lidah dan rasa.
Harganya pun relatif murah. Harga berada di kisaran Rp 4.000 hingga Rp 20.000. Kenyang dah. Dijamin.
Ditawari minum es campur kutolak. Ditawari es teh manis kutolak. Ditawari es jeruk juga kutolak. Kaki kupu-kupu agak cemas melihat tubuhku berkeringat mulai dari kepala atas sampai ke betis. Melihat pipinya mulai memerah, aku memilih air putih saja.
Sampai di angkutan  online,  akhirnya kusampaikan, ini kita jarang makan pempek di Pempek Mustika. Jadi aku ingin menikmati rasanya. Aku tak mau lidah rasa Pempek Mustikaku rusak oleh es campur, es teh manis ataupun es jeruk.
Dan cubitan diperutku yang  one  pack membuatku menggelinjang. Sopir angkutan  online pun tersenyum melihat dua sejoli tua ini tertawa.
Salam Kompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H