Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Bermain Politik kok Takut Politisasi

6 November 2018   10:18 Diperbarui: 6 November 2018   10:28 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makananku. Tinggal Kangkung dan Petai Saja yang Belum Rame di Tahun Politik Ini I Foto: OtnasusidE

Lihatlah harga sate ayam! Kalau mereka menaikkan harga artinya memang sudah  bahaya  tetapi kalau mereka masih bertahan artinya harga bahan baku masih bisa diterima kondisi kenaikannya dan dipastikan akan turun pada waktunya. 

Pedagang bakso, penjual kue sarapan pagi dan tukang sate yakin kenaikan bahan baku pokok mereka temporer. Mereka itu sudah biasa menghadapi turun naik bahan pokok dagangan mereka.

Mak itu bae repot.  Gitu aja repot.

Yok dimari kita lihat definisi politik. Aku lagi hobi buka buku jadul. Menurut Plano dkk., "tidak ada satu ungkapan yang dapat menerangkan sejumlah makna yang terkandung dalam kata politik. Dalam lingkungan praktis, politik disebut sebagai seni untuk melakukan sesuatu yang mungkin, seni memerintah dan studi tentang siapa mendapat apa kapan dan bagaimana?" (Plano dkk., 1985: 181-182).

Pengertian itu menunjukkan kalau politik bisa sebagai sebuah seni dan juga bisa sebuah studi. Politik sebagai seni memerintah dan politik sebagai studi kapan-kapan bolehlah dibahas di Kompasiana.   

Sekarang aku cenderung untuk membahas politik sebagai seni. Politik sebagai seni itu sederhananya adalah politik untuk mencapai tujuan meraih kekuasaan. Singkatnya menang. Menang Pilkada. Menang Pileg dan juga menang Pilpres.

Seni untuk melakukan segala kemungkinan. Jadinya kalau sudah terjun ke politik jangan tanggung. Bahasa kasarnya kalau sudah main air kepalang basah. Segala kemungkinan bisa terjadi dalam meraih kekuasaan.

Jangan pernah terkejut dengan apa yang bisa dilakukan oleh lawan. Jangan pula terkejut dengan apa yang bisa dilakukan oleh tim pendukung lawan. Hal yang sama juga berlaku pada kita. Jangan pernah terkejut apa yang bisa kita lakukan di lapangan bersama dengan pendukung kita di lapangan.

Satu hal lagi. Jangan pula pernah terkejut apa yang bisa dilakukan oleh simpatisan. Ini kuda besi yang paling sulit dikendalikan di akar rumput. Simpatisan yang mendukung maupun yang menolak. Apapun bisa terjadi dilakukan di lapangan.

Sandiaga Uno ternyata terkejut. Ketika dia sedang senang bermain dengan variabel uang seratus ribu dan tempe setipis ATM dia lupa hal yang sama juga bisa terjadi berbalik menyerangnya dirinya ketika lawan politiknya ternyata melihat hal yang berbeda dengan yang dilihat Sandiaga di lapangan. 

Bantahan dan penolakan dapat apa dengan uang seratus ribu dan juga tempe setipis ATM berseliweran di dunia maya dan jejaknya masih ada.  Monggo dicari.  Payo  carilah  dewek  tinggal ketik  bae  di Mbah Google.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun