Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Puzzle | Aku, Kaki Kupu-kupu, dan Kompasiana

3 November 2018   13:07 Diperbarui: 3 November 2018   13:19 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beruntung Dulu Pernah Dapat Stiker Kompasiana I Foto: OtnasusidE

"Kalian berdua seperti teman-temanan". "Kalian berdua seperti remaja". "Kalian tak pernah duduk side by side". "Kalian suami istri bukan sih?". Itu disampaikan oleh teman-teman SMA dan juga kuliah kaki kupu-kupu pada banyak kesempatan ketika berkumpul minum kopi ataupun makan pempek.

Nah,  kalau teman-teman barunya di kawasan Jakarta Pusat selama 15 tahun lebih, mereka justru bingung dengan kaki kupu-kupu yang  single fighter.  Selain itu, Facebook nggak ada. Di WA Grup tak pernah unggah kasih mesra dengan suami. Instagram apa lagi, nggak pernah bagi foto keluarga. Apalagi foto kemesraan si kaki kupu-kupu dan suami.

Teman-teman kaki kupu-kupu pun dibuat bingung. Pasalnya dalam banyak hal ketika sedang sekolah dan sekolah lagi, tidak pernah sekalipun si kaki kupu-kupu mengeluh mengenai biaya dan kesulitan dalam penelitian. Semua dijalani dengan senyum. Tahu-tahu selesai dan kemudian selesai lagi.

Tak ada yang tahu  puzzle  kehidupan ini, begitupun ketika satu pagi sedang asik berjalan kaki di pantai di pinggiran Jakarta kami bertemu dengan seorang yang kami berdua kagumi. Pantai itu menjadi saksi bisu ketika dua mata yang masih balita diberkati oleh seorang petinggi sebuah perusahaan media dan hotel terkenal di Indonesia.

Semburan angin pantai membuat kami berdua seakan terbang ke angkasa. Kami berdua tertawa ketika melihat dari angkasa masa-masa tersulit dalam ekonomi, mengasuh anak dan juga dalam berkarir.

Tertawa terpingkal ketika mobil mungil biru toska melibas jalanan tergenang air di kawasan Salemba. Ketika mobil lain menyingkir ataupun ragu melibas genangan air setinggi 30 cm, mobil kecil biru toska itu dengan tenang merenanginya.

Si kaki kupu-kupu memang dari kecil ingin beli mobil mungil yang bisa melibas jalanan berair. Mungkin juga karena dulu sewaktu tugas di Pantai Timur Sumatra lebih banyak main dorong-dorongan mobil di jalanan berlumpur nan becek.

Si suami yang keras kepala tetapi pada titik-titik tertentu lebih banyak diam dan tetap berusaha untuk mengingatkan kaki kupu-kupu kalau keputusannya adalah salah. Cuma itu tak bisa dilakukan pada titik puncak ketegangan di berbagai macam cobaan kehidupan.

Makan adalah proses yang paling indah. Sambil menikmati nasi rendang dan kerupuk kulit dicampur kuah opor ayam membuat tubuh menjadi santai.

Saat itulah aku bilang, tolong dihitung lagi ongkos cetaknya menjelang akhir pendidikannya. Si kaki kupu-kupu pun terperanjat karena ada hitungan yang salah. Setidaknya ada selisih Rp 10 juta bila dicetak di tempat lain. Bukannya marah atau kesal karena hampir dikerjai teman sendiri tetapi kami malah tertawa ngakak.

Ketika berkesempatan pulang ke Palembang dan naik LRT pertama di Indonesia, si kaki kupu-kupu dan aku duduk berseberangan. Tak ada yang tahu kalau kami berdua suami istri. Walau kami berjauhan tetapi kami berdua tetap mengumbar senyum.

Kontak tetap dilakukan dengan menggunakan WA.  Hi hi hi.  Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.  Nah, loh.

Bisa jadi orang lain akan berpikir lain. Berprasangka kalau si lelaki genit ataupun si perempuan genit.  Loh, kalau dua-dua genit tentunya  kan  jadi tepuk tangan. Kalau salah satu diantara kami berdua yang duduk berseberangan tidak genit maka tidak terjadi tepuk tangan.

Walau begitu aku menelanjangi tubuhnya mulai dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Sebuah penelanjangan yang paling disukai oleh si kaki kupu-kupu.

Setelah sampai di Stasiun Bumi Sriwijaya/Palembang Icon, keluar pun tetap sendiri-sendiri. Ketika akan memesan angkutan online barulah kami berduaan. Wak wak wak.

Pada saat acara kumpul bareng Kompal di Soma Palembang yang dibandari oleh Mas Kevin beberapa waktu lalu, saking halusnya si kaki kupu-kupu yang ada di depan mata pun tak sedikitpun kulirik. Hanya komunikasi dengan WA tetap berjalan untuk saling goda.

Ada saatnya yang jauh mendekat tetapi ada kalanya juga yang dekat memang mendekat dan jangan menjauh.

Please jangan pernah menilai orang dari unggahannya di Facebook, Instagram, WA Grup ataupun media sosial lainnya. Keluarga adalah segala-galanya bagi kaki kupu-kupu. Dan itu sangat  private.  Hal yang sama juga aku lakukan.

Kaki kupu-kupu pun tak pernah mengurusi urusan pribadi orang lain. Hal yang sama diharapkan pada orang lain agar tidak mengurusi pribadi dirinya. Sampai saat ini semua masih berjalan pada jalan yang seharusnya.

Semua keluarga dibangun di atas perbedaan satu sama lain. Kalau keluarga dibangun di atas persamaan maka itu namanya mengingkari hakekat cinta yang tidak memadang suku, agama, ras dan jenis kelamin serta latar belakang kehidupan masing-masing.

Mungkin yang sama adalah tujuan. Tujuan menikah atau bahasa pasarnya tujuan kawin. Kalau sudah sepakat dengan tujuan kawin ya harus dijaga. Jangan pernah kawin tanpa tujuan. Kalau itu dilakukan apalagi cuma bilang kawin atas nama cinta.  He he he.  Nggak kuat  brotherandsister.

Kalau sudah kawin, jangan pernah melirik lelaki lain ataupun perempuan lain. Melirik dalam arti jatuh ke pelukan.  Oucchhh

Kalau cuma kagum yo wes ben.  Lah,  si kaki kupu-kupu saja pernah bilang,  "hadewww  gantengnya tuh masinis kereta LRT Palembang". Apa nggak sakit kepala pada tubuh yang sudah menua ini. Kalah kencenglah kulit ini dengan si brondong. Wak wak wak.

Tulisan ini dibuat untuk menggelitik teman-temanku yang masih ragu untuk memutuskan kawin. Kawinlah karena dengan kawin kita punya teman untuk ngobrol, berkelahi, bercanda dan tolong menolong dalam kehidupan.

Bila beruntung diberi titipan Tuhan untuk membesarkan anak. Terimalah dengan suka cita. Besarkanlah dengan cinta. Itu juga punya cerita.

Dan setiap hubungan antara lelaki dan perempuan apapun bentuknya, pertemanan, persahabatan, pacaran, selingkuh, perkawinan selalu punya cerita masing-masing. Favoritkanlah cerita kalian. Upsss, itu masuk memori, memori super besar yang juga belum bisa diproses oleh super komputer manapun di dunia.

Kuping I Foto: OtnasusidE
Kuping I Foto: OtnasusidE
Begitupun antara aku, kaki kupu-kupu dan Kompasiana, memori untuk menulis di Kompasiana ditekan oleh si kaki kupu-kupu.

"Tulislah aku," ujarnya satu waktu di temaram lampu malam tempat jualan kopi terkenal di sebuah bandara.

Sudah 10 tahun Kompasiana. Aku sendiri sebenarnya sudah dua kali membuat akun Kompasiana. Ini adalah akun yang kedua. Sebuah perjalanan panjang sebagai sebuah blog keroyokan.

Aku menikmatinya sebagai media untuk berekspresi dan berteman. Aku menikmatinya untuk berbagi satu sama lain dalam konteks yang sangat berbeda dengan Medsos yang ada pada umumnya.

Di temaram lampu tol bandara menjelang pulang, "menulislah. Memotretlah. Itu jiwamu. Biar aku yang cari duit," kata kaki kupu-kupu sambil menggenggam erat tanganku di Damri.

Akupun tersenyum, walau pada satu waktu dia sempat kesal karena jumlah hits tulisan berkurang. Pada lain waktu dia juga memintaku untuk pindah ke lain hati, pindah ke tetangga sebelah yang setiap tulisan yang ditayangkan dibayar berdasarkan setiap hits yang masuk.

Satu kecupan di poninya dan belaian lembut di rambut ikalnya dan satu bisikan mesra di kupingnya, membuat si kaki kupu-kupu tertawa bahagia. Adakah Kompasianer tahu apa yang kubisikkan?

dok. kompal
dok. kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun