Kalau melihat dokter di rumah sakit besar di kota-kota besar  ya bikin iri. Sarana pendukung mereka lebih memadai.
Aku kenal dengan seorang dokter lelaki yang bertugas di kaki Gunung Dempo, di daerah Bukit Barisan Sumatra yang masih menggunakan kijang, mobil dinas dokter sekaligus menjadi ambulance tahun 1980-an. Padahal aku tahu wilayah kerjanya  itu sungguh bikin jantung deg deg degan karena aku pernah ke sana. Kiri atau kanan jurang. Dia tersenyum ketika melihat aku selalu menahan nafas di tikungan tajam dan juga di pinggiran jurang.
Semoga dokter perempuan yang kukenal yang bisa menjadi teman dan musuh yang sepadan tetap sederhana dan selalu menolong orang dengan keahliannya. Semoga dia tetap menjadi manusia yang  menginjak bumi. Amiiin.
Apapun, bersyukurlah kepada Tuhan. Bersyukurlah bisa menjadi tangan yang menolong, menyembuhkan bagi pasien. Kesembuhan pasien akan membuat anak, istri, suami, kakek, nenek, cucu, cicit tersenyum bahagia dan bersyukur. Semesta pun tersenyum.
Semoga pengabdian dokter di daerah-daerah terpencil dapat terpantau oleh para pemangku kepentingan baik eksekutif maupun legislatif mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota. Semoga mereka juga memperhatikan fasilitas pendukung kesehatan di daerah.
Selamat Hari Dokter Indonesia yang jatuh pada hari ini 24 Oktober 2018.
Salam Kompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H