Pesanan datang dan kami pun menikmati kopi dan camilan ringan. Sepoi angin malam di musim kemarau di tepian Lematang kembali bercerita mengenai pekerjaannya dan daganganku ayam, dan telur di kalangan kawasan Besemah.
Perempuan Kedua
Jabatannya di pemerintahan sudah tinggi. Ban hitam sebuah cabang olahraga bela diri. Waktu muda sering ikut kejuaraan.
Tubuh atletis. Betis putih keras. Tahu karena pernah sedikit tersingkap dari celana seragam bela dirinya ketika melakukan tendangan.
Berbibir tipis. Rambut dicat pirang dan kalau terkena matahari agak  shiny.
Dikenal sebagai janda gaul. Ramah dan memang cantik sejak kuliah. Semua temannya pun mengakui hal tersebut.
Ada begitu banyak versi dari janda ini. Walau begitu tidak banyak yang bisa menyingkapnya kecuali betisnya yang putih keras.
Apakah aku beruntung bisa melihat betisnya? Ataukah itu justru malapetaka.
Kami tak pernah berkontak secara resmi. Kalau ada pertemuan lebih kepada kejadian yang tak sengaja. Kami bertemu dalam sebuah even juga lebih pada kebetulan. Percakapan basa basi dan kemudian bertanya kabar kabari setelah itu berpisah.
Hingga pada satu waktu. Tanpa di sengaja kami sepesawat menuju sebuah kota yang sama dan sama-sama mengurusi atasan masing-masing.
Tinggal pun di hotel yang sama dengan kegiatan. Kami sama-sama memastikan tempat kursi dan meja sehingga ketika atasan masing-masing datang sudah tidak gelagapan lagi mencari tempat duduknya.