Beberapa hari terakhir, kaum bapak-bapak dibuat cemburu gila. Apa pasal? Pasalnya tak lain dan tak bukan adalah banyaknya kaum lelaki muda bertampang guanteng berseliweran di layar kaca dan sosial media. Selain berwajah guanteng, mereka juga bertubuh atletis. Satu lagi yang bikin emak-emak dan juga kaum perempuan muda histeris adalah mereka memiliki perut roti sobek.
Bahkan yang bikin kaum bapak-bapak dibuat cemburu gila bukan cemburu buta adalah emak-emak dan perempuan muda itu terang-terangan menyatakan kegilaannya pada lelaki muda bertampang ganteng dan berperut roti sobek itu. Terlalu. Dan yang membuat bapak-bapak terpuruk adalah ketika di sosial media ada istilah rahim anget.
Hancur-hancur. Jatuh-jatuh. Bapak-bapak donat pun seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Seorang teman di WAG mengirimkan  screen  shot,  screen  shot  seorang teman yang aku kenal suka memanggul  back  pack sepertiku membuatku tersentak.  "emak2 terhibur siaran TV habis lihat badannya Jojo, malamnya lihat loncat indah putra. Bapak2 (yang buncit) malam ini mundur dulu....".
Ini persoalan serius bagi bapak-bapak, selain keberhasilan Indonesia yang kemungkinannya sangat besar masuk dalam 10 besar, bahkan bisa saja mencatat rekor dengan bertengger di peringkat 4 Asian Games 2018. Sebuah prestasi yang akan sulit terulang kembali dalam belasan tahun ke depan kalau kita tidak berbenah.
Ya, serius. Jangan dikira hanya emak-emak saja yang ngambek dunia ini bisa berhenti berputar. Kalau bapak-bapak ngambek maka akan ada ledakan dari perut bumi yang bikin dunia ini berantakan. Â Ahhh. Â Haruskah sampai segitunya?
Untunglah siang kemarin, lelaki jujur yang mengaku berperut donat memanggul  back  pack menyusuri Jalan Lintas Tengah Sumatra menuju ke sebuah kota transit di Sumatra Selatan. Kota yang berada di lintasan Bengkulu dan Jambi.
Lelaki donat ini menunggu si kaki kupu-kupu yang sedang melakukan akreditasi di sebuah lembaga. Jadinya ya harus menunggu sampai kerjanya selesai. Baru urusan hati diselesaikan.
Ternyata selesainya hingga malam. Si kaki kupu-kupu memilih untuk memisahkan diri dari rombongan untuk menemui lelaki donat, lelaki yang sudah memberikan tiga mata.
Hati yang sudah penuh dengan beribu pertanyaan kecemburuan. Hati yang sudah ditutupi oleh api, berjelaga hitam.
Di tengah sinaran lampu kota di Jalan Lintas Tengah Sumatra, si lelaki donat nekat bertanya. "Apakah emak tertarik dengan roti sobek?".
"Ha ha ha. Banyak  sih  berseliweran  tuh  gambarnya di grup. Beberapa teman pun malah mengomentari dengan lugas".
"Apakah aku seperti itu menurutmu?" si kaki kupu-kupu balik bertanya.
Purnama di kota lintas Sumatra Selatan, Bengkulu dan Jambi ini sungguh indah. Sinaran lembutnya membuat hati si lelaki donat agak melembut.
"Kan aku nggak tahu," jawab si lelaki donat sambil menyembunyikan senyumnya.
Si kaki kupu-kupu tak menjawab.
Sesampai di hotel, si kaki kupu-kupu malah mengajak untuk mengobrol di taman. Ditemani secangkir kopi dan pisang keju, si kaki kupu-kupu memasang tampang serius. Sebuah tampang yang terkadang membuatku bergetar.Â
Tampang yang hampir sama ketika dia sedang memarahi anak buahnya. Sungguh ngeri dengan tekanan kata dan pandangan matanya yang tajam menghujam. Sebuah pemandangan yang selalu diingat oleh lelaki donat ketika anak buah si kaki kupu-kupu ternyata tidak menjalankan pekerjaan dengan prosedur yang benar.
Walaupun dinilai kejam dan judes untuk urusan pekerjaan. Bahkan oleh atasannya pernah disebut sebagai perempuan yang kaku tetapi ketika keputusan untuk diambil atau tidak diserahkan ke pihak manajemen, pihak manajemen pun mundur.
"Aku adalah perempuan sederhana. Aku tidak meminta cinta. Kalau untuk urusan cinta kamu sudah aku tinggalin sejak lama," katanya tajam.
Celeguukkk. Si lelaki donat pun seperti tikus yang dikejar kucing kemudian kecemplung di got.
"Aku menikah denganmu karena aku ingin punya anak dan juga ingin damai tenang bahagia denganmu. Damai, tenang dan bahagia itu mahal. Sudahlah, nggak usah cemburu kaum lelaki dengan si perut sobek. Semua sudah ada jodohnya," kata si kaki kupu-kupu.
"Jangan pernah membandingkan. Setiap orang tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lain. Semua punya karakteristik yang membuat seseorang tertarik dengan yang lain bahkan dengan sejenisnya. Itulah tipe. Kompleks sekali itu. Intinya, gini, aku itu tetap mencintaimu, sayang kamu dan aku akan menjagamu sampai kamu mati. Titik," kata si kaki kupu-kupu dengan nada tinggi ketika malam semakin dingin.
"Woiii. Ini sudah jam tiga subuh. Ayolah. Kini aku yang pegang kendali," katanya sambil menyudahi pembicaraan dan menggamit tanganku menuju lift dan memencet lantai ketujuh.
Lelaki donat cuma bisa pasrah kalau si kaki kupu-kupu sudah bilang akan pegang kendali. Dirinya dalam beberapa menit ke depan hanya berpikir apakah betul dirinya bisa dikendalikan atau sebaliknya. Â Ahhh. Â Nikmati saja.
Ketika cahaya matahari kota transit menembus jendela kamar, aku terbangun dan kemudian membangunkan si kaki kupu-kupu yang masih pulas.
"Sayang bangunlah. Kau mesti gabung dengan teman-temanmu di hotel sebelah," kataku sambil mengecup keningnya.
Si kaki kupu-kupu meloncat. Langsung ke kamar mandi. Gosok gigi. Akupun merapikan pakaiannya yang berserakan di lantai.
Dengan cepat dia mengenakan kemeja dan celana jeansnya serta sepatu slip on-nya.
"Love u. Â Awas ya kamu kalau main-main dengan badai pegunungan," katanya mencium keningku.
Ketika sedang sarapan. Aku kembali dibuat mules setelah melihat kiriman WA dari si kaki kupu-kupu.
Lagi-lagi si perut sobek kali ini dengan  tag line,  cara buka baju yang benar. Dan tersenyumlah, bagaimana si perut sobek cepat sekali membuka baju sedangkan agak di ujung ada atlet yang berusaha buka baju tetapi ternyata nggak bisa.
Ternyata tidak semua orang bisa membuka baju dengan baik dan benar. Tidak semua orang juga bisa membukakan dan memasangkan baju istri/suami dengan baik dan benar.
Yaa. Sudahlah.
Walau sebenarnya Tukul Arwana adalah orang pertama di layar kaca yang mempopulerkan sobek. "Awas tak sobek-sobek-sobek nanti mulutmu," kata Tukul, waktu itu.
Salam Kompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H