Kalau motor di SMU di pedalaman dusun sebenarnya sebagian adalah motor yang cenderung untuk dibawa offroad melewati perbukitan curam. Motor-motor itu sudah dimodifikasi. Ban cangkul terpasang gagah yang bisa dipasangi rantai bila musim hujan untuk ke kebun ataupun mengangkut hasil kebun.
Ngomongin motor jelas bukan untuk ngomongin Pak De Jokowi yang menghibur dan membuat daku kagum ketika mengendarai moge di pembukaan Asian Games 2018. Pak De juga sudah membuktikan dirinya kalau dia bisa touring. Bahkan dikejar warga tak berbaju ketika touring.
Sungguh sebenarnya konsepsi kemiskinan itu untuk apa? Kalau untuk membuat program pembangunan atau jaring pengaman sosial agar warga dapat menaikkan pendapatannya, menaikkan kesejahteraannya sungguh itu patut diacungi jempol tetapi kalau cuma untuk komoditas politik, daku jadi sedih.Â
Balik lagi ke daku, jadi daku dulu bisa dong disebut mahasiswa miskin la wong makannya belut got dan kangkung liar. Lebih sering jalan kaki daripada naik angkot kalau pergi maupun pulang kuliah. Lebih sering menahan lapar daripada kekenyangan.
Waktu kaki kupu-kupu kuliah lagi, berbulan-bulan pernah makan cuma sama sayur bayam ataupun kangkung ataupun tumis tauge, tempe/tahu. Telur untuk tambahan makan sulung, susu untuk sulung. Kalaupun mau makan buah, nunggu jam 21.00, nunggu potongan harga berlaku. Tak malu jualan tekwan, model, pempek serta kemplang pada teman-teman kuliah.
Ngaku miskin. Maaf. Justru daku takut disebut miskin. Daku lebih senang mengencangkan perut untuk mengejar mimpi daripada ngaku miskin. Daku lebih senang bekerja daripada disebut miskin.
Jangan mau disebut miskin. Bekerjalah. Berusahalah. Tunjukkanlah. Hasilnya ikhlaskanlah pada yang Maha Mengatur alam semesta ini.
Salam Kompal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H