Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Dua Perempuan, Dua Jalan, dan Satu Arah

18 Agustus 2018   14:07 Diperbarui: 18 Agustus 2018   18:53 1894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang lelaki tersenyum melihat dua perempuan, tiga perempuan, empat perempuan. Si lelaki tersenyum melihat dua lelaki, tiga lelaki dan empat lelaki.

Si lelaki pejalan sejarah itu memilih jalan ke neraka. Menurutnya asik jalan ke neraka.

Si lelaki memilih jalan ke neraka karena perempuan pertama sering ngomong akan menabung dan membuat jalan ke surga tetapi jalannya malah mengarah ke neraka. Si perempuan pertama ini juga  mengajak seluruh teman-temannya menuju neraka karena sudah mengajak teman-temannya membenci suaminya dan mengharap simpati dari rekannya sebagai korban.

Dengan aksinya itu si perempuan malah bisa membuat fitnah. Fitnah lebih besar malah bisa muncul. Padahal fitnah itu dosanya sereeem. Yakin tak sedikitpun si suami mengurusi keluarganya.

Si lelaki memilih jalan ke neraka karena si perempuan kedua  bertanggungjawab sendiri atas apa yang telah dia perbuat. Si perempuan tak menyesal karena tahu waktu tak bisa dihapus apalagi dibalikkan.

Si perempuan kedua menantang Tuhan, tidak juga karena si perempuan tahu, perbuatannya adalah keinginannya. Perbuatannya adalah tanggungjawabnya walau pasti ada sebab. Sebab tidak bisa dimintai tanggungjawab, tetapi yang berbuatlah yang bisa dimintai tanggungjawab.

Si pejalan sejarah mengaku tidak seksis. Cerita ini hanyalah mencari sudut mulai cerita. Cinta, selingkuh, khianat dan lain sebagainya relasi manusia adalah keinginan pelakunya. Kalau pelakunya tidak mau, cinta, selingkuh khianat dan lain sebagainya relasi manusia itu tidak akan terjadi.

Kalau itu terjadi maka tidak ada cerpen ini. Si lelaki pejalan sejarah bilang pada penulis, aku sudah nggak perlu kerja lagi untuk mengarahkan jalan ke neraka. Semua sudah tahu jalannya. 

Salam Kompal

Logo Kompal
Logo Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun