Apa yang ada dibenak seorang Bapak dari tiga anak yang tiba-tiba dikirimi tiket pulang pergi untuk berangkat ke kota yang bukan tempat tinggalnya? Si Bapak sudah dua minggu nggak pulang-pulang karena kopi sedang matang dan harus dijaga agar tidak dipetik oleh orang yang bukan haknya.
Galau. Ya, pasti. Ditanyakan ke istri. Dijawab dia tak mungkin ngirimi tiket.  Lah,  wong sudah tahu kalau kopi sekarang sedang perlu-perlunya dijaga.
Kopi juga sebagian siap untuk dipetik. Ini mau mendekati lebaran. Dipastikan warga daerah Punggung Bukit Barisan diyakini akan banyak berada di kebun kopi dibandingkan di desa. Kalaupun mereka turun gunung dipastikan hanya beberapa hari di desa untuk Sholat Idhul Fitri dan bersilaturahim dengan sanak keluarga, tetangga dan secepatnya kembali ke kebun.
Beberapa jam kemudian dikirimi  voucher  sebuah hotel berbintang di Yogyakarta. Apa pikiran nggak semakin galau merana?
Ada tiket pesawat pulang pergi dan juga  voucher  menginap di hotel berbintang. Sungguh terlalu kalau ada orang yang mau mengerjai.
Aku telepon anak-anak, jawabannya sama seperti ibunya. Ibu ada di rumah. Untuk memastikan istriku ada di rumah akupun membuat  video call dengan sulungku. Istriku terlihat ada di rumah.
Ha ha ha. Video  call menjadi senjata yang mematikan bagi para lelaki hidung belang ataupun perempuan dada belang. Kalau di telepon  kan masih bisa ngomong di mana  kek,  di sini  kok.  Kalau di  video call tewas  dah kalau bohong. Wak wak wak.
Walau bagaimanapun aku selalu ingat dengan petuah istriku, "selagi kau di depanku, kau baik-baik saja. Selagi kau di belakangku, aku tak tahu apa yang bisa kau perbuat?". Nah, jelaskan.
Akhirnya sebelum turun gunung, alias menuruni Punggung Bukit Barisan Sumatra, akupun kembali menelpon istri tercinta untuk bagaimana aku harus bertindak terhadap kiriman tiket dan voucher hotel tersebut? Jawaban istriku sederhana. Coba dicek dulu kode  bookingnya.  Apakah tiket tersebut betul atas namamu? Check in dengan web site resmi maskapainya.
Turun bukit, untuk mencari sinyal 4g yang stabil adalah pilihan yang paling nyaman agar semuanya menjadi terang benderang. Apa yang terjadi sungguh mengejutkan. Tiket tersebut memang atas namaku.
Aku kembali menelpon istriku dan dengan bijak dia berkata, "apakah kau pernah ikut lomba menulis ataupun ikut kegiatan yang kau lupa?".