Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wangi Itu Membuka Tabir Perjalanan

4 Juni 2018   00:31 Diperbarui: 4 Juni 2018   00:37 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siku Cinta I Foto: OtnasusidE

Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Waktu terus berjalan. Waktu tak bisa diputar balik.

Dan beberapa hari ini, waktuku hanya untuk dia, waktunya hanya untukku.

Perjalanan kami, baik buruk, suka duka bahkan sampai ke titik terendah kehidupan tak pernah kami sesali. Kami hadapi bersama. Satu hal, di antara kami ternyata tak ada yang  curhat  ke media sosial apalagi dengan orang lain. Kami selalu  curhat  kepada Sang Pencipta Kehidupan dan kepada belahan jiwa.

Satu hal, ternyata bunga wangi kopi usai tertimpa hujan beberapa hari lalu di Punggung Bukit Barisan Sumatra ternyata masih kalah romantis dengan feromon istriku. Ahhh. Semerbak Clinique itu membuatku hanyut dalam laut kasmaran sekali lagi kepada perempuanku.

Satu malam di gulita langit Yogyakarta, istriku berkata, "untuk menghadapimu aku harus kreatif. Aku sudah tak bisa lagi bilang pilih kopi atau diriku. Aku harus kreatif untuk mendidik anak-anak. Aku harus kreatif untuk menjagamu. Aku juga berharap kau menjaga diriku dengan kreatif".

"Jagalah cintamu padaku. Jagalah cintamu pada 3 anak-anak kita. Aku tak butuh uangmu. Aku butuh waktumu," katanya sambil berbisik.

Setitik airmataku menetes di helai rambut ikalnya. Ahhh. Cinta memang memberiku energi untuk terus hidup dan bertahan hidup.

Kurengkuh dirinya ke dadaku agar dia mendengarkan degup jantungku yang bergairah lagi menghadapi ombak kehidupan bersama perempuanku dan tiga makhluk cinta kami.

Based on true event.

Salam Kompal

Salam cinta dari Punggung Bukit Barisan Sumatra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun