Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Bermistar Satu Meter

17 Maret 2018   09:21 Diperbarui: 17 Maret 2018   18:45 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyiksaan. Tidak juga, buktinya semua teman-teman bisa menghapal kali-kalian satu sampai sepuluh.

Aku tak habis pikir bagaimana kalau anak-anak zaman  now  itu diajar guru-guru zaman  old.  Mungkin guru dan murid akan tawuran. Guru dianggap melanggar hak asasi murid.

Guru bagi kami dulu adalah orangtua. Aku diajarkan oleh orangtua untuk menghormatiku guru. Tidak ada guru yang akan menjerumuskan siswanya, demikian petuah yang didapat dari orangtuaku.

Dengan pengalaman seperti itu maka ketiga anakku, aku  drill  untuk dapat membaca sebelum masuk taman kanak-kanak dan juga berhitung mulai dari tambah, kurang, kali dan bagi. Akhirnya rata-rata mereka masuk TK sudah bisa baca, tambah, kurang dan untuk hapalan perkalian kelas 2 SD sudah hapal semua dan pembagian pun sudah bisa dengan mencorat-coret terlebih dulu.

Seiring dengan perbaikan ekonomi keluarga mereka akhirnya dikursuskan oleh ibunya, Bahasa Inggris dan les matematika K. Ibunya bilang biar mereka punya salah satu pisau untuk hidup. Istriku dulu waktu kuliah ngajar privat Bahasa Inggris yang bisa beli emas dan dijual ketika kepepet waktu melanjutkan kuliah.

Kembali ke diriku sewaktu di SMP malah dihukum jemur satu kelas di lapangan sekolah karena begedang di meja dan bernyanyi ketika mata pelajaran kosong. Sungguh kami dulu satu kelas bandel.

Tidak ada satupun seingat penulis yang marah ataupun dendam dengan guru-guru yang memberikan hukuman tersebut. Justru seingat penulis waktu dihukum jemur kami semua tertunduk malu dilihatin oleh teman-teman dari kelas lain. Kami semua menerima kesalahan kami bergendang dengan meja dan bernyanyi ketika mata pelajaran kosong.

Jangan salah  loh guru-guru itu pada dasarnya orang yang baik.  He he he.  Aku yang kelas tiga SMP berbadan kurus karena sakit, harus membawa susu seliter plus roti dan makanan lainnya malah oleh guru-guru diberi waktu untuk keluar lima menit untuk minum dan makan kalau tubuhku lagi membutuhkan di luar jam istirahat sekolah.

Proses penyembuhan itu sampai aku SMA dan guru-guru juga memberikan kesempatan yang sama padaku untuk makan dan minum ketika tubuhku membutuhkan. Sebuah pengalaman yang indah.

Begitupun dengan istriku sewaktu SD ternyata pernah dihukum pula keluar dari kelas karena tidak pakai sepatu warna hitam dan berkuku panjang. Di SMA malah pernah di usir dari kelas karena bersin-bersin dan terlambat datang ke sekolah.

Bagi yang sekolah setingkat SMA di jalan yang bernama burung di Palembang tentu ingat dengan guru berinisial S di eras 80-an. Guru ini mengajar matematika. Muridnya akan menjadi wayang di depan kelas kalau tidak dapat menyelesaikan soal matematika di papan tulis. Mereka akan terselamatkan alias duduk kembali kalau ada siswa yang bisa menyelesaikan soal matematika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun