Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertanyaan Si Kumal

16 Maret 2018   15:13 Diperbarui: 16 Maret 2018   21:01 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: www.pinterest.co.uk

Apa yang membuatmu jatuh cinta pada lelaki itu? Pertanyaan itu mendengung keras di kuping kiri dan kanan, perempuan yang kini duduk di teras sebuah cafe. Satu gelas kosong dan setengah botol Heineken tergeletak di mejanya.

Perempuan ini menatap kosong dari teras cafe lantai tiga yang menghadap jalanan. Kerlap-kerlip  light rapid transportation  terlihat menghias gulita malam.

Tetiba gerimis. Seorang lelaki yang sejak dari tadi mengamatinya dengan sigap mengembangkan payung meja. Usai mengembangkan si lelaki menanyakan apakah akan masuk ke dalam dan meja akan disiapkan atau akan tetap di sini.

"Biarlah aku tetap di sini," jawab si perempuan.

Perempuan ini sudah tiga jumat berada di bar ini. Selalu memilih meja pojok kanan, teras lantai tiga. Bila ada tamu yang terlebih dulu, dirinya rela menunggu sampai tamu bar tersebut menutup meja.

Tidak ada yang menonjol dari perempuan paruh baya ini. Hanya terlihat tato hati di bahunya yang selalu memakai baju backless.

Perempuan ini memilih untuk menghirup birnya perlahan. Rerintik air yang menerpa payung meja dinikmatinya.

Kenangan dari suaminya yang dulu pernah menerimanya apa adanya berpendar. Sang suami memilih untuk meninggalkannya dengan baik-baik. Dua bulan lalu dirinya terkejut ketika sang suami menuntut cerai. Alasannya karena tidak memiliki anak.

Alasan itu disampaikan di pengadilan. Perempuan itupun tak bisa berkata-kata dan hanya mengiakan ketika hakim menunjukkan surat-surat dari dokter dan juga kemungkinannya untuk punya anak dari rahimnya sendiri sangat sangat sangat kecil.

Sang suami sebenarnya sudah tahu ketika dirinya dulu dilamar untuk menikah. Dirinya sudah menceritakan hal terburuk yang pernah dilakukan dan juga dirinya juga tahu kalau dirinya memiliki rahim yang terbalik, retofleksi. Selain itu sel telurnya juga salah satunya tidak berfungsi sedangkan sel telur lainnya kurang baik.

Dirinya yang kuliah di kedokteran mengetahui persis apa-apa yang akan terjadi pada dirinya. Tahapan-tahapan kemungkinan dari tubuh sendiri.

Setelah menjadi dokter spesialis pun dirinya memilih untuk tidak menikah. Akhirnya dirinya jatuh ke pelukan lelaki yang kemudian menjadi suaminya karena sang suami mengaku menerima apa adanya.

Seiring waktu ternyata sang suami tak kuat menghadapi tekanan keluarga dan sosial yang akhirnya memilih untuk menceraikannya.

Satu hal yang membuatnya  sakit  adalah ketika suami membeberkan kelemahan dirinya di hadapan hakim. Padahal hal itu sudah berusaha untuk dikubur dalam-dalam. Kuburan jiwa itupun dibongkar lagi. Dan itu sangat menyakitkannya.

Sudah tiga jumat dirinya menikmati bir dan kacang serta tiramisu di meja kanan teras lantai tiga. Dirinya berharap bertemu lelaki yang dulu pernah berkata untuk mengajukan pertanyaan dalam hati mengenai apa yang membuatnya jatuh cinta pada lelaki dan apa yang kulihat setelah lelaki itu menjadi suami.

Lelaki itu kumal. Dirinya tak sengaja bertemu di meja kanan lantai tiga itu ketika dulu sekali seusai kesal karena thesisnya selalu salah di mata dosen pembimbingnya, memilih untuk mencari udara malam. Seluruh meja penuh dan lelaki itu menawarkan untuk duduk semeja dan lelaki kumal itu malah berdiri dan mengangsurkan kursi agar dirinya duduk.

"Silahkan. Bila anda tak berkenan untuk semeja dengan saya. Saya akan memilih untuk ke dalam," katanya.

Dengan kesopanan tersebut dirinya pun luluh. Ngobrol ke mana-mana dan nyambung.

Tiga kali kami bertemu dan di hari ketiga ketika tak sengaja mengungkapkan kekecewaan terhadap dosen pembimbingnya karena thesisnya selalu dinilai salah, si lelaki kumal tertawa.

"Kamu harus memahami dosen pembimbingmu. Kamu harus mengalah. Pendapatmu kau sampaikan dengan sopan. Selalu kerjakan apa yang diminta oleh dosenmu. Secepatnya! Jangan hari ini disuruh diperbaiki. Bulan depan baru datang lagi. Lupa dia. Sampaikan dan tuliskan dengan ringkas jangan berbelit-belit," terang si lelaki kumal.

Setelah itu diriku tak pernah ketemu lagi dengan si lelaki kumal. Apa yang disarankannya dilaksanakan dengan perjuangan yang sangat keras. Mengalahkan diri sendiri untuk memahami dosen pembimbing dan juga menunjukkan minatku pada penelitian mengenai nyamuk aedes aegypti.

Aneh. Diriku mampu menyelesaikannya dalam waktu dua bulan setelah ketemu dengan si kumal.

Sebulan sekali diriku ke bar, meja kanan teras lantai tiga. Aku menikmati suasananya.

Ketika aku berhubungan dengan lelaki, aku berharap bertemu dengan si kumal. Doaku terwujud. Si lelaki itu suatu Jumat duduk di pojokan persis ketika dia memberi pesan mengenai thesis.

Setelah berbincang akupun menyampaikan kemungkinan untuk memilih kawin dengan segala keterbatasan yang ada pada diriku. Semua sudah kujelaskan pada si lelaki pujaan hatiku dan sudah memberikan cincin walau belum resmi melamarku.

Si kumal pun memberikan kalimat tanya yang harus kujawab dengan tenang. Apa yang kau lihat dari lelaki tersebut? Apa yang membuatmu jatuh cinta? Apa yang kau lihat dari suamimu? Apa kau siap menerimanya apa adanya? Apakah kau siap untuk mengalah, mengalah dan mengalah?

Aku menganggap remeh pertanyaan-pertanyaan tersebut. Aku sedang jatuh cinta dan aku jelas tak suka dengan kritik si kumal pada lelaki pujaan hatiku.

Akhirnya setelah tujuh tahun, lelaki yang dulu kuanggap dapat menerima aku apa adanya jadi berubah dan meninggalkanku?

Aku kangen si kumal demikian batinku di Jumat ketiga ini. Rinai yang biasanya dingin, agak terasa aneh malam ini. Aku merasa hangat dengan baju backless dan menunjukkan tato hati yang kubuat pasca menyelesaikan spesialis.

Kekangenan itu terjadi dengan sendirinya. Kangen ngobrol biasa. Mungkin karena si kumal selalu melihat masalah dan memberikan solusi yang sederhana.

Aku menuangkan bir ke gelas dan tiba-tiba seorang lelaki meminta izin untuk duduk satu meja. Aku memandangnya dan sempat berpikir lelaki ini tak sopan.

Tetapi suara permintaan izin itu seperti familiar. Dan ternyata si kumal.

Aku tersenyum. Aku terlonjak. Aku merasa bahagia.

"Ke mana saja dirimu?" tanyaku.

"Nggak ke mana-mana?"

"Lah wong  aku tukang parkir di bar ini".

Aku tergelak.

"Bagaimana kau tahu mengenai dosen pembimbing?".

"Aku kuliah di UT, Universitas Terbuka. Aku belajar sendiri. Aku suka baca. Kini aku kuliah lagi di pasca UT," jelasnya.

"Kenapa kau sering ada di sini?".

"Aku juga ingin menikmati suasana bar bukan hanya tempat parkirnya. Kalau sudah begitu, aku gantian dengan teman jaga parkir".

Aku tertawa berderai. Hujan pun ikut berderai. Tetapi kami tetap duduk di bawah payung meja.

Menjelang subuh, kami meninggalkan meja kanan teras lantai tiga.

Di parkiran aku menyampaikan isi hati.

"Aku membutuhkanmu. Temani aku untuk menikmati sisa hidupku," kataku.

"Aku juga membutuhkanmu. Apakah kau menerimaku apa adanya?" tanyanya.

"Aku akan menerimamu apa adanya. Bila perlu kita buat perjanjian pra nikah?".

"Tak perlu. Kita hanya perlu untuk saling menerima kekurangan dan kelebihan kita masing-masing. Kita harus bahagia bersama dan saling mengalah pada titik-titik tertentu" jelas Si Kumal mantap.

Di parkiran yang tinggal berisi tiga mobil, aku berkata setengah berbisik.

"Dukung aku".

"Ha ha ha.  Aku akan support dirimu," kata si kumal.

Dan di mobil, menjelang fajar, radio fm memperdengarkan lagu,  Have  I  Told  You  Lately  that  I  Love  You.  Pagi ini aku baru sadar, ternyata antara aku dan mantan suamiku tidak saling membutuhkan satu sama lain.

Aku membutuhkannya tetapi suami tak membutuhkanku. Kini aku dan si kumal saling membutuhkan.

Salam Kompasiana

Pertanyaan Si Kumal
Pertanyaan Si Kumal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun