"Sudah puaskah kau menikmati gerai rambutku? Sudah puaskah kau menikmati siluet tubuhku?".
Aku tak bisa berbicara. Mulutku terkunci.
"Loh kok diam saja? Kamu dari Palembang ke sini kan ingin menemuiku atau ..." kata Mesh sambil mendekat.
"Iiihh... kok tahu kalau aku...". Belum selesai kalimatku, dia memotong bicara.
"Aku tahu karena bau keringat khasmu setelah ombak menerjang dan angin berbalik. Hidungku masih bagus," kata Mesh sambil tertawa renyah.
"Mengapa kau tak membalas telegramku".
"Aku sengaja".
"Mengapa?".
"Biar kau merasakan. Apakah kau benar-benar kehilanganku? Kalau kau kehilanganku maka kau akan berusaha menemuiku atau paling tidak kau akan menghubungiku. Dua telegrammu sudah kuterima. Aku menyimpannya".
"Akh... kau mengujiku...".
"Perhatikanlah ombak yang bergulung-gulung. Mereka saling berkejaran. Ada yang terpecah. Ada yang berhasil sampai ke bibir pantai. Itulah cinta. Dia akan dikejar hingga ujung pantai ini. Terima kasih kau sudah mengejar ombak cintaku sampai ke Pantai Padi," kata Mesh.