"Siap Bu SMI"
"Deal ya, kau urus Kakak"
"Deal"
"Artinya sepatumu aku beliin setelah mid semester. Itu baru kelihatan kinerjanya Kakak khan"
"Ampuun DJ...."
Aku pastikan istriku akan tersenyum dengan penuh kemenangan karena masih bisa ngulur waktu. Tapi terserahlah yang paling penting aku dibelikan sepatu baru. Itu yang penting.
Untuk urusan Kakak, Â aku harus putar otak. Lelaki yang sudah beranjak dewasa ini memang pintar, masuk tiga besar di kelas tetapi agak sembrono.
Sore itu aku  video call dengan Kakak dan kutunjukkan ayamnya di kebun yang sudah menetas. Jumlah ayamnya sekarang jadi 6 ekor. Kakak pun teriak kegirangan.
Aku jelaskan kalau libur semester depan mau ke kebun lagi, tidur di tenda dan ada api unggunnya serta makan ubi bakar ada syaratnya.
Syaratnya seperti yang istriku sampaikan padaku bahwa dia harus disiplin. Kakak pun setuju. Apalagi disampaikan kalau nanti akan diajak ke kebun teh di Gunung Dempo.
"Kakak, mohon kerjasamanya ya. Kalau ayah sedang tak ada di rumah, Kakak lah lelaki utama di rumah, menggantikan ayah menjaga Ibu dan adik-adik".