Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mahalnya Suara 15 Detik

29 Desember 2017   11:50 Diperbarui: 29 Desember 2017   12:34 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jembatan Ampera terlihat kokoh. Sebuah jembatan penanda Palembang. Kami pun berhenti di dermaga River Side.

Matahari pagi terlihat malu-malu muncul. Dimsun yang dipesan istriku pun muncul. Satu persatu pun meluncur ke perut yang memang butuh diasup.

Potongan buah dan  banana  ice  cream  yang dipesan pun mendekati ludes. Sang istri meminta difotokan potongan buah yang sudah disusun menjadi lambang hati dengan latar Jembatan Ampera.

"Aku lelah sayang. Aku ke Yogyakarta, Pontianak, Pekanbaru,  dan kini Palembang. Empat kota dalam seminggu. Mesti dijalani setiap bulan," ujarnya sambil menatapku.

"Aku butuh kamu".

"Bolehkah aku berhenti atau menambah satu kota lagi karena sudah ada tawaran yang masuk, seminggu yang lalu," katanya sambil menyandarkan kepalanya ke pundakku.

"Sayang, malu dilihat orang," kataku lembut.

Istriku bangkit dan langsung memainkan tuts digital dan datanglah mobil online. Mobil pun mengarah ke penginapan di dekat kantor. Ya, istri walau bekerja di rumah sambil mengasuh tiga anak bandel, juga masih punya kantor yang harus dilihat sebulan sekali.

"Aku rapat dulu. Tiga puluh menit. Barangku sudah di concierge," katanya berjalan ke kantor sambil melemparkan sebuah kartu padaku. Aku tersenyum. Artinya sebelum ke Musi II, istriku sudah terlebih dulu ke hotel.

Dari lantai delapan hotel aku melihat dirinya melambai ke atas. Kurang dari 20 menit rapatnya.

Begitu di dalam kamar, ipad dan 2 telepon pintarnya langsung disunyikan. Dia pun mengambil telepon genggamku dan telepon pintarku langsung dimode mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun