"Kalau tahu  dak cukup, kenapa berjanji. Kalau pakai cara itu artinya pemimpin kita kedepan bakal berbohong. Tidak akan pernah janji ditepati. Kalau ada yang ditepati itu beruntung dan segelintir. Itu lingkaran setan atau bohong setan yang sulit untuk diputus. Kita dan masyarakat dusun bakal  dak maju-maju," kata Kakak Senior yang sudah selesai duluan makannya dan kini menikmati teh gitel**).
Masagung yang pandai berteori sambil makan ubi rebus mengungkapkan, dengan demikian siapapun yang menjadi pemimpin akan bangun ini itu adalah omong kosong. "Jadi Pilkada dan juga Pileg adalah pesta omong kosong  dong.  Lah,  yang terpilih bisanya bagi-bagi proyek bukan membangun yang dibutuhkan sesuai dengan perencanaan yang mumpuni," kata Masagung yang dikutuk oleh ijazahnya sendiri karena banyak berteori.
Tukang  pencari muko yang sebenarnya diharapkan untuk ngomong malah matanya mejem-mejem karena nikmatnya ubi rebus yang empuk dan gurih. Cocolan gula merah yang sudah dicairkan oleh Pak Carik menjadikan pencari  muko makin kalap, doyan apa  laper  sudah tak tahu lagi. Ditambah dinginnya Puncak Punggung Bukit Barisan Sumatra, membuat tubuh butuh karbohidrat untuk pembakaran.
"Kak sadar," ujar Kakak Senior sambil menyenggol bahu  pencari muko.
Si  pencari muko pun tertawa. "Silahkan dilanjut. Aku sudah  lamo idak makan ubi kayu rebus yang empuk dan manis dan super manis lagi kalau  dicocol gula merah".
"Kalau berdasarkan pengamatan dan penelitian  sementaro dari berbagai kabupaten di Pulau Sumatra dan Jawa serta Kalimantan tambah Sulawesi, APBD itu memang kurang.  La  ado  galo pos dan peruntukkannya. Tinggal diolah bagaimana agar duit APBD itu dapat mensejahterakan rakyatnya dan juga bangun jalan, jembatan dan listrik.  Lebih  pakam lagi kalau biso  nyari dana pihak  ketigo yang  galak membangun bukan ngerusak. Jempol  tigo kalau  pacak njuluk dana APBN untuk bangun dusun," kata Mang Arif mantap yang sekarang lagi nambah ilmu, kuliah di UT.
Pencari  muko masih meremmelek. Senggolan Kakak Senior membangunkan lamunan  pencari muko.
"Mak ini.  Sebenarnya yang kita  butuhke ni pemimpin yang pasti nipu  kito atau pemimpin yang cuma tandatangan dan tukang cap  bae atau pemimpin yang berani  belago***) dengan DPRD untuk  nepati janjinyo alias  hutangnyo samo rakyat. Itu dulu  bae," kata  pencari  mukonyerocoscak bangun dari mimpi.
"Dak usah cari pemimpin jujur. Itu susah nyarinya," kata  pencari  muko sambil menarik teh  gitel.
Sepuluhan orang yang ada dalam ruangan pun tertawa  ngakak.  Entah tertawa  satire atau mentertawakan diri sendiri.
Pencari  muko lalu mengungkapkan, "dulu ada pemimpin yang berani mendatangi setiap proyek yang akan disetujui atau dicoretnya dengan mendatangi lokasinya. Pemimpin itu nekat membangun jembatan dengan mengajak masyarakat sumbangan. Pemimpin itu nekat membangun stadion dengan kumpulan batu masyarakat".