Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mencari Pemimpin yang Suka Berkelahi

27 Desember 2017   02:41 Diperbarui: 27 Desember 2017   02:58 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga mengangkut kelapa sawit I Foto dokumentasi pribadi

"Kalau tahu  dak cukup, kenapa berjanji. Kalau pakai cara itu artinya pemimpin kita kedepan bakal berbohong. Tidak akan pernah janji ditepati. Kalau ada yang ditepati itu beruntung dan segelintir. Itu lingkaran setan atau bohong setan yang sulit untuk diputus. Kita dan masyarakat dusun bakal  dak  maju-maju," kata Kakak Senior yang sudah selesai duluan makannya dan kini menikmati teh gitel**).

Masagung yang pandai berteori sambil makan ubi rebus mengungkapkan, dengan demikian siapapun yang menjadi pemimpin akan bangun ini itu adalah omong kosong. "Jadi Pilkada dan juga Pileg adalah pesta omong kosong  dong.  Lah,  yang terpilih bisanya bagi-bagi proyek bukan membangun yang dibutuhkan sesuai dengan perencanaan yang mumpuni," kata Masagung yang dikutuk oleh ijazahnya sendiri karena banyak berteori.

Tukang  pencari muko yang sebenarnya diharapkan untuk ngomong malah matanya mejem-mejem karena nikmatnya ubi rebus yang empuk dan gurih. Cocolan gula merah yang sudah dicairkan oleh Pak Carik menjadikan pencari  muko  makin kalap, doyan apa  laper   sudah tak tahu lagi. Ditambah dinginnya Puncak Punggung Bukit Barisan Sumatra, membuat tubuh butuh karbohidrat untuk pembakaran.

"Kak sadar," ujar Kakak Senior sambil menyenggol bahu  pencari muko.

Si  pencari muko  pun tertawa. "Silahkan dilanjut. Aku sudah  lamo  idak makan ubi kayu rebus yang empuk dan manis dan super manis lagi kalau  dicocol  gula merah".

"Kalau berdasarkan pengamatan dan penelitian  sementaro  dari berbagai kabupaten di Pulau Sumatra dan Jawa serta Kalimantan tambah Sulawesi, APBD itu memang kurang.  La  ado  galo  pos dan peruntukkannya. Tinggal diolah bagaimana agar duit APBD itu dapat mensejahterakan rakyatnya dan juga bangun jalan, jembatan dan listrik.  Lebih  pakam lagi kalau biso  nyari  dana pihak  ketigo  yang  galak membangun bukan ngerusak. Jempol  tigo  kalau  pacak  njuluk  dana APBN untuk bangun dusun," kata Mang Arif mantap yang sekarang lagi nambah ilmu, kuliah di UT.

Pencari  muko  masih meremmelek. Senggolan Kakak Senior membangunkan lamunan  pencari muko.

"Mak  ini.  Sebenarnya yang kita  butuhke  ni  pemimpin yang pasti nipu  kito  atau pemimpin yang cuma tandatangan dan tukang cap  bae  atau pemimpin yang berani  belago***)  dengan DPRD untuk  nepati  janjinyo alias  hutangnyo  samo rakyat. Itu dulu  bae," kata  pencari  mukonyerocoscak  bangun dari mimpi.

"Dak  usah cari pemimpin jujur. Itu susah nyarinya," kata  pencari  muko sambil menarik teh  gitel.

Sepuluhan orang yang ada dalam ruangan pun tertawa  ngakak.  Entah tertawa  satire atau mentertawakan diri sendiri.

Pencari  muko  lalu mengungkapkan, "dulu ada pemimpin yang berani mendatangi setiap proyek yang akan disetujui atau dicoretnya dengan mendatangi lokasinya. Pemimpin itu nekat membangun jembatan dengan mengajak masyarakat sumbangan. Pemimpin itu nekat membangun stadion dengan kumpulan batu masyarakat".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun