"Sekarang giliranku".
"Paling penting jaga kesehatanmu. Jangan menikmati badai pegunungan*)".
"Badanku penuh sayatan**) luka karena mengeluarkan dua matamu. Kadang walau sudah belasan tahun masih pedih di sayatan. Badanku gemuk karena mengandung tiga matamu. Daripada untuk sedot lemak, Â lemak untuk biaya pendidikan anak.
Kupeluk perempuan yang sudah mengandung tiga anak itu dengan lembut. Kucium jidat beningnya.
Kubisikkan ditelinganya,"terimakasih istriku. Terimakasih kau sudah menjadi ibu dan berperan menjadi bapak untuk anak-anak di rumah. Â Love u."
"Oke. Aku pulang hari ini karena aku ingin menjadi istrimu. Aku juga ibu dari anak-anak".
"Satu hal pesanku. Jangan TP***). Ketahuan awas," katanya sambil jari telunjuknya menekan bibirku.
***
Tiga hari setelah kami kumpul  mencharge kehidupan rumah tangga. Hari ini aku mengantarkan istriku ke Bandara Atung Bungsu. Pesawat itupun melesat meninggalkan Puncak Punggung Bukit Barisan Sumatra. Pesan terakhirnya terngiang di telingaku mengalahkan suara pesawat yang terbang menembus awan.
**) Sayatan bekas operasi melahirkan