Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jidat Bening

22 Desember 2017   11:45 Diperbarui: 22 Desember 2017   11:58 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kutepuk punggung tangannya dan kubilang,  "ambil nafas".

"Tenanglah. Senyumlah."

Prameshwari akan naik pesawat jelang sore. Sedangkan teman-temannya sudah berangkat lebih dulu dengan kapal cepat tadi pagi dari BoomBaru ke Muntok Bangka. Dari Muntok teman-temannya masih harus naik mobil lagi untuk sampai ke Pangkal Pinang.

"Bentar lagi aku dijemput. Apakah dirimu mau ikut mengantarkanku ke Talang Betutu?".

"Boleh, pulangnya naik apa?".

"Ya,  ikut lagi mobil".

Kembali laki-laki, kemarin yang membayar di kasir dan membukakan pintu mobil di restaurant apung terlihat. Dia membukakan pintu untuk Prameshwari. Sedangkan aku masih terdiam terpaku.

Tiba-tiba si lelaki berputar dan membukakan pintu sebelah kanan. Akupun reflek masuk dari pintu sebelah kanan. Di dalam mobil kami semua diam. Hanya ada Mesh, aku dan sopir dan seseorang yang selalu bergerak untuk Mesh.

Menjelang sampai ke Bandara Talang Betutu, Mesh meminta agar ke tempat bakso di tikungan ke arah Talang Jambe. Mobil pun tak jadi masuk ke bandara dan berbelok ke tempat bakso.

"Belum dapatkan bukunya. Itulah kelemahan kita. Semua masih memakai budaya tutur. Budaya dituturkan dari orangtua ke anak. Kalau orangtuanya malas bertutur pada anak,  nah  habis lah. Tokoh-tokoh masyarakat juga pasti akan dimakan umur. Harus ada yang mulai untuk membuat buku".

"Kontroversi pasti ada dalam setiap tulisan. Tetapi itu lebih baik dan terus diperbaiki agar menjadi lebih baik lagi ke depannya daripada hanya dalam bentuk memori para tokoh-tokoh masyarakat. Kalau tokoh masyarakat itu meninggal habislah tata budaya dan sejarah kita," tutur Prameshwari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun