Eh, di sini ada lenggang. Lenggang ini, berbahan dasar pempek juga. Nah ini tidak direbus atau digoreng. Tetapi di panggang dengan daun pisang. Arang kayu biasanya menjadi bara yang mematangkan lenggang. Dibolak balik agar matangnya merata. Kuning telur yang dipanggang meleleh matang membuat, air liur pun meleleh pula. Glek glek glek.
Di beberapa tempat arang kayu yang sudah mulai susah dicari diganti dengan pemanggangan menggunakan tabung lemon alias gas 3 kg. Berdasarkan pengalaman, olahrasa, pemanggangan dengan gas dan bara arang berbeda. Bara arang yang lembut ketika mematangkan daun pisang dan asap yang keluar dari bara menambah rasa di lenggang. He he he he. Rasanya nyoooosssss.
Siang lalu karena mengejar Pakam 1 sekaligus ngobati kangen, makanlah kami di Pempek Wong Kito. Bersama Lae Nua, teman dari Sumut, kami pun nongkrong melahap pempek. Harganya bersahabat. Kurang dari 100 ribu rupiah untuk empat Teh Botol, sepuluh pempek kecil goreng garing, dua lenggang, dan dua srikaya. Makan nian kan. Lapaarrr. Ahhh, terobatilah kangen palembang di Lahat.
Salam dari Punggung Bukit Barisan Sumatera, Lahat
Salam KOMPAL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H