"Pokoknya waktu itu kerja semua. Gotongroyong semua masyarakat. Ada yang bawa batu bata. Bawa apa saja bahkan ada yang menyumbangkan tenaga. Makanya kemudian lokasi berubah nama dari lapangan Apolo menjadi Stadion Gelora Serame, karena dikerjakan rame-rame," kata Totok, warga Lahat yang juga pengurus KONI Kabupaten Lahat.
Setelah itu, Stadion Gelora Serame terus mengalami perubahan. Lapangan rumput, hampir tak terpelihara. Lapangan tak rata. Rumput liar di mana-mana. Akhirnya, Bupati Lahat, H Saifudin Aswari Riva'i turun tangan untuk memperbaiki stadion, tiga tahun lalu.
[caption caption="Bupati Lahat, Saifudin Aswari Riva'i"]
Lardi dan Dispora Lahat yang menjadi ujung tombak pemeliharaan lapangan, bukannya tanpa kendala. Melihat rumput sudah mulai menghijau, banyak orang ingin main bola. "Kami tegas. Hanya even-even tertentu yang diizinkan menggunakan lapangan. Itupun harus dibicarakan dulu dengan tim dari Dispora dan KONI Lahat," kata Lardi.
Ada yang marah tentunya, tetapi ya semua harus memaklumi karena kalau tidak maka Lahat tidak akan punya Stadion Gelora Serame yang rumputnya ijo royo-royo. Rumput ternyata butuh waktu untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Mudah melihat hasil memang tetapi sangat jarang orang melihat proses kenapa sampai bisa hijau dan bagus serta enak di pandang mata dengan segala keterbatasan.
Itulah jatuh bangun Stadion Gelora Serame yang sekarang menjadi hijau dan enak untuk main bola kaki. Jangan dibandingkan dengan rumput tetangga ya. Ha ha ha ha.
Salam Olahraga
*) Semua foto dokumen pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H