Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ulah Unik Dokter dan Perawat di Sunatan Imlek

7 Februari 2016   13:51 Diperbarui: 7 Februari 2016   14:44 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Si anak disuruh meniup sesuatu ketika akan disuntik bius lokal. Inilah awal yang paling paling paling "menyeramkan" bagi si anak karena "burungnya" disuntik dan akan sedikit sakit. Inilah yang membuat si anak takut. Ketika si anak konsentrasi meniup-niup dan meniup itulah penyuntikan bius lokal dilakukan. Setelah suntikan pertama sukses, suntikan sekelilingnya biasanya akan sukses pula. Si anak akan terus meniup niup agar selama proses sunatan tidak sakit. Lupa deh si anak kalau burungnya di kerjai.

[caption caption="Tiup dan tiup terus tiup agar lupa disuntik dan disunat"]

 

[/caption]

 

2. Si anak diajak ngobrol oleh dokter atau perawat. Ditanya sekolahnya, gurunya dan pelajaran yang disukainya. Pertanyaannya bisa macam-macam. Pokoknya untuk mengalihkan perhatian si anak. Si anak pun mukanya diarahkan untuk tidak melihat dokter atau perawat yang sedang melakukan penyuntikan, pemotongan dan penjahitan.

3. Si anak memegang kupingnya sendiri. Dengan memegang kupingnya sendiri dan diajak ngobrol. Si anak tidak merasa kalau proses penyunatan dilakukan.

[caption caption="Kena deh. Pegang kuping kok bisa gak sakit disunat. Wak wak wak"]

[/caption]

4. Si anak dijanjikan diberi hadiah yang diimpikan. Nah, ini lebih mujarab dan mustajab. Rasa sakit atau apapun biasanya akan dikalahkannya sehingga penyunatan pun berjalan lancar.

5. Si anak diindroktinasi kalau dengan sunat maka tubuhnya akan lebih cepat besar. Atau bisa juga dibandingkan kalau si a sudah sunat loh. Masak dirimu belum. Ini ada bagus dan buruknya tergantung situasinya. Hehehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun