Mohon tunggu...
Oswaldus Dagur
Oswaldus Dagur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STFT Widya Sasana

Main Bola Kaki

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berdoa: Kebutuhan atau Rutinitas (?) Sebuah Refleksi Kristiani

5 November 2022   19:04 Diperbarui: 5 November 2022   22:40 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Yesus Kristus tahu tentang peristiwa yang dialami oleh para pengikut-Nya. 

Oleh sebab itu, Dia meminta murid-murid-Nya untuk berdoa, dengan mengatakan: "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan masuk kedalam pencobaan" (Matius 26:41). Berdoa memang bukan sarana untuk meniadakan tantangan dalam hidup membira, namun berdoa adalah suatu sarana yang memampukan kaum berjubah menghadapi setiap cobaan dengan bijaksana dan sebagai tameng bagi seorang beriman khususnya kaum berjubah untuk menangkal godaan-godaan yang dihadapinya dalam menjalani panggilannya. 

Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa doa memiliki kekuatan yang dapat menolong si pendoa tersebut. Namun, berdoa tidak berguna jika dilakukan hanya sebagai rutinitas atau pun formalitas yakni hanya sebatas berdoa tanpa kesungguhan yang timbul dalam dalam hati. Rasul Yakobus mengatakan: "jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati" (Yak. 2:17). 

Dari berdoa itu akan memunculkan suatu kekuatan yang luarbiasa jika didoakan dengan sungguh-sungguh. Perlu juga digaris bawahi bahwa manfaat dari berdoa tidak selalu sesuai dengan keinginan dari si pendoa meskipun didoakan dengan sungguh-sungguh, namun manfaat dari doa akan tampak dalam apa yang terbaik dan paling dibutuhkan oleh si pendoa tersebut.

Berdoa menjadi perisai jika dilakukan dengan sungguh-sungguh. Berdoa dengan sungguh-sungguh berarti doa yang lahir dari hati tanpa paksaan orang lain dan bukan hanya sekadar memenuhi aturan serta doa yang di lakukan dengan sadar lalu dihidupi dalam kehidupan sehari-hari.

Berdoa itu memang memiliki kekuatan, namun bukan berarti bahwa doa adalah jalan pintas menuju kebahagiaan. Dalam mencapai kebahagiaan, doa itu seperti jembatan. Andaikan saja bahwa kebahagiaan itu berada di seberang kali, untuk mencapai kebahagiaan itu kita perlu menyeberang maka perlu usaha. 

Supaya penyeberangan itu mudah dilakukan maka kita perlu jembatan dan jembatannya adalah doa. Dengan demikian dalam mencapai kebahagiaan itu kita perlu usaha dan dengan tekun berdoa. Dengan berdoa, kita mampu (bukan hanya kaum religius) untuk menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan. 

Oleh sebab itu sangat penting bagi kita untuk memulai hari kita dengan berdoa dan diakhiri juga dengan berdoa tujunnya tentu saja agar seluruh perkerjaan kita diberkati dengan catatan bahwa perkerja itu baik dan benar menurut Tuhan.

"Kita harus mengingat Allah lebih sering dari pada tarikan napas kita" (St. Gregorius dari Nazianze). Mungkin banyak di antara kita yang mengira bahwa berdoa itu sulit dan harus panjang, namun jangan takut, Allah tidak menuntut kita untuk merangkai kata-kata yang panjang dan rumit.  

Tuhan Yesus sendiri mengajarkan kepada kita tentang bagaiman berdoa yang pendek dan mudah yakni Doa Bapa kami atau juga disebut "Lord's Pray". Atau juga kita dapat belajar pengalaman orang yang mengusir setan dalam Nama Yesus. Kita dapat berdoa sambil bekerja dengan menyebutkan Nama Yesus.

Penutup 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun