BERDOA: KEBUTUHAN ATAU RUTINITAS (?)
                                                  Oleh: Oswaldus Dagur
PengantarÂ
 Berdoa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat beriman khususnya kaum religius. Bagi orang beriman, berdoa memberikan ketenangan dan kedamaian terutama menghantar seseorang pada keakrapan yang lebih mendalam dengan Tuhan. Meskipun demikian, ternyata berdoa bukanlah suatu aktivitas yang digemari oleh banyak orang.Â
Di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, kebiasaan berdoa sedikit demi sedikit mengalami kemunduran. Kemunduran ini juga seringkali tanpa disadari. Entah karena kurangnya tokoh yang mampu memberikan teladan doa yang baik dan benar maupun kerena kurangnya kesadaran dari setiap orang beriman tentang pentingnya berdoa.Â
Banyak orang mendewakan ilmu dan teknologi, sehingga Tuhan dibuang karena dianggap tidak bermanfaat lagi.Tuntutan untuk berdoa yang sebenarnya tidak pernah berubah dari waktu ke waktu, kian menjadi lebih berat dan sulit.
Pandangan mengenai pentingnya berdoa kian mengalami kepincangan. Berdoa tidak lagi dipandang sebagai bagian dari orang beriman apalagi dianggap sebagai kebutuhan pokok bagi pertumbuhan iman, namun dipandang sebagai aktifitas yang hanya menghabiskan waktu tanpa kontribusi yang berarti bagi Gereja dan dunia.
Pandangan seperti inilah yang akhirnya menjadi boomerang kemerosotan hidup doa bahkan berpengaruh terhadap perkembagan dan semangat hidup rohani seseorang bahkan dapat mebelokan imannya tidak terkecuali kaum berjubah.Â
Munculnya berbagai pertanyaan menejadi sesuatu yang lumrah terjadi dan mutlak juga untuk tidak dihindari. Â Atas dasar itu, dalam tulisan ini akan digali dan direfleksikan tentang berdoa: kebutuhan atau rutinitas (?) yang akan dituangkan dalam tulisan singkat ini.
1. Menelusur Makna Berdoa
 Berdoa atau aiteo (Yunani) berarti meminta atau mengajukan permohonan. Euchormai (Yunani) yang berarti memberitahukan sesuatu yang ada dalam hati kepada Tuhan (Bdk. Ensiklopedia Perjanjian Baru).