Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resume Kristologi Abad Pertengahan hingga Kristologi Kristen Reformasi Abad IX-XX

12 Mei 2021   11:35 Diperbarui: 18 Mei 2021   16:32 2703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tokoh Pujangga dari Gereja Timur yang terkenal adalah Yohanes dari Damsyik. Kristologi Yohanes dari Damsyik adalah Kristologi Yunani yang menekankan keilahian Yesus. Penyelamatan ilahi dilihat sebagai pengilahian manusia atau divinisiasi. Prinsip dasarnya adalah Allah menjadi manusia, supaya manusia dapat menjadi ilahi dan menjadi peserta dalam kebakaan dan ketidakfanaan Allah, bebas dari pembusukkan. Hal ini sesuai dengan kerinduan orang Yunani. Dosa dan kedosaan manusia tidak disangkal atau diremehkan. Nilai penyelamatan hal ihwal Yesus Kristus, sengsara dan kematian-Nya dipertahankan, tetapi diletakan dalam rangka keseluruhan inkarnasi yang menjadi pangkal segala sesuatu. Hal ihwal Yesus Kristus terutama diartikan sebagai Anak Allah, Firman Allah menjadi senasib dengan manusia supaya manusia menjadi senasib dengan Kristus ilahi.

Agustinus Uskup Hippo di Afrika berperan penting dalam perkembangan Kristologi/soteorology. Ia secara tunggal menguasai teologi Gereja Latin sampai abad XII. Kristologi Agustinus adalah Kristologi Logos Anthropos. Ia melanjutkan Kristologi Gereja Latin (Tertullianus, Hilarius, Irenius) dan sehaluan dengan Kristologi Konsili Nikea, Efesus, Khalkedon, dan Konstantinopolis III. Pusat Soteriology Agustinus adalah manusia, situasi malangnya, dan rahmat (Gratia) yang dikaruniakan Allah. 

Masalah Pokok Agustinus adalah bagaimana manusia (perorangan) yang berdosa dibenarkan, dibebaskan dari dosa dan dikuduskan? Agustinus menekankan bahwa karya penebusan Yesus Kristus dan dengan perantaraan-Nya, Allah dengan Cuma-Cuma membenarkan orang-orang pilihan-Nya. Hal itu terjadi melalui rahmat, dan tanpa rahmat manusia tidak berdaya. Kristologi Agustinus adalah Yesus Kristus adalah Manusia sperti manusia lain, daging, senasib dengan manusia kecuali dalam hal dosa. Manusia itu berkat rahmat Allah diperstukan dalam satu diri dengan firman, Anak Tunggal Allah. Dengan demikian Kristus menjadi pengantara. 

Dengan suatu pertukaran ajaib pengantara itu membenarkan (justification) manusia yang memang diciptakan baik, tetapi terjerat dalam dosa. Kematian Yesus disalib merupakan korban pemulih dan penghapus dosa dan atas dasar itu manusia dikaruniai dengan kebenran Allah. Dengan demikian Kristus menjadi sumber rahmat dan menjamin kebangkitan dan hidup kekal. Sekaligus Kristus menjadi teladan ketaatan, berhadapan dengan ketidaktaatan dan keangkuhan manusia (Adam). Keangkuhan manusia disembuhkan oleh kerendahan Allah (kenosis). Soteriologi Agustinus menekankan segi rahmat. Tanpa rahmat manusia tidak dapat berbuat apa-apa.

Pandangan Agustinus tentang rahmat hanya dapat dipahami kalau mengingat pandangannya mengenai dosa yakni sebagai suatu kuasa yang mengurung, memebelenggu, dan memperbudak manusia. Kuasa dosalah yang disebut dosa asal. Yang dapat menyelamatkan manusia daei kuasa dosa itu adalah hanya Allah. Dan Allah memang membebaskan manusia dari lingkaran setan itu. 

Yang penting dalam rangka terminologi teologis khususnya bagi pemakaian kata rahmat sebagai istilah teknis yaitu dengan kata rahmat dalam bahasa Yunani disebut kharis, dan dalam bhasa latin disebut gratia. Agustinus mengungkapkan kedua hal sekaligus yang sebelumnya dalam tradisi kristiani diungkapkan dengan dua kata yang berbeda yakni yang pertama: sikap kerahiman Allah terhadap manusia (untuk hal ini dahulu dipakai kata belas kasihan/misericordia, atau kebaikan hati/favor. 

Yang kedua: Daya kekuatan Allah dalam manusia (hal ini dahulu biasanya disebut karya Roh Kudus). Agustinus menggabungkan kedua hal ini lalu menyebutnya dengan rahmat. Dengan demikian ia memberikan arti baru kepada kata ini. Pada dasarnya terminologi Agustinus ini yakni paham rahmat ini mengambil alih fungsi dalam sejarah keselamatan. Sebelum Agustinus, kemampuan manusia untuk menjawab panggilan Allah diletakan dalam sejarah keselamatan Allah. Akan tetapi sejak Agustinus, kemampuan tadi diletakan dalam rahmat, yang dipandangnya sebagai kemampuan asasi yang oleh Allah ditanamkan dalam jiwa setiap orang beriman (Niko Syukur Dister, Teologi Sistematika, Ekonomi Keselamatan, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hlm, 156-157).

  • Anselmus dari Canterbury dan Thomas Aquinas

Kristologi Anselmus adalah sebagai berikut; Pertama, Fides querens intellectum atau iman mencari pengertian. Artinya mencari dasar yang rasional meyakinkan. Tapi ini bukanlah rasionalisme, titik tolaknya adalah iman. Artinya kebenaran diimani dulu baru mencari dasar rasionalnya. Kedua, Satisvication-vicaria yakni mencari dasar iman atas kebenaran inkarnasi. Maka ia menggunakan istilah satisvaction atau memberi silih. Karena manusia adalah makhluk yang berdosa maka ia tidak dapat memberi silih atas dosanya sendiri, maka Allah sendiri harus menjadi manusia agar dapat memberi silih pada manusia. Maka Allah atas belas kasih-Nya kepada manusia menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. 

Hanya kematian Yesuslah, Ia dapat memberi silih atas dosa manusia. Kristologi Anselmus adalah kristologi dari atas dan kristologi soteriologis. Anselmus mengembangkan ajaran Agustinus tentang Yesus sebagai pengantara. Menurut Anselmus, hubungan Allah dan manusia mula-mula lurus atau rectus. Oleh Karena manusia berbuat dosa maka, manusia menghina Allah karena merusak hubungan yang lurus itu sehingga manusia berhutang pada Allah yakni manusia mesti membayar kekurangan hormat yang diakibatkan dosa. 

Pendekatan Anselmus ini tidak cocok dengan pendekatan perjanjian baru karena Anselmus hanya berfokus pada karya keselamatan Yesus Kristus yang bertitik tolak pada kematian Yesus di salib sebagai korban penyilih dosa. Maka kehidupan dan kebangkitan Yesus seolah-olah tidak mempunyai nilai penyelamatan dan hanya menjadi contoh bagi orang beriman. Seandainya manusia tidak berdosa maka tidak ada inkarnasi. Dengan demikian tata penyelamatan di lepaskan dari tata penciptaan. Walaupun demikian, Anselmus memberikan peranan aktif kepada manusia Yesus dalam eksistensi keduniaan-Nya, realitas historis dan kematian-Nya. Anselmus menekankan keilahian Yesus Kristus. 

Jelaslah bahwa kristologi Anselmus adalah kristologi dari atas dan kristolgi soteriologis. Anselmus melanjutkan dan mengembangkan gagasan Agustinus tentang Yesus Kristus sebagai pengantara, dan Anselmus menekankan karya pengantaraan Yesus Kristus. Pendekatan Anselmus tersebut khususnya satisfaction vicaria ada segi lemahnya, dan akhirnya kurang memuaskan. Namun demikian ajaran Anselmus lebih kurang menjadi tradisional, meskipun tidak pernah menjadi ajaran resmi atau dogma. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun