Masyarakat. Masyarakat Kelas Atas
 Kemajuan dalam bidang perangkat elektronik ini membawa suatu persaingan yang ketat dalam masyarakat kelas atas. Dengan segala kekayaan atau kemampuan finansial yang dimiliki, golongan masyarakat ini kerap mengidentikkan diri dengan barang-barang elektronik yang dimiliki atau digunakan (dalam hal ini perangkat telepon genggam). Dengan status sebagai masyarakat kelas atas, merupakan suatu keharusan untuk dapat menjaga dan bahkan menunjukkan status tersebut kepada yang lain. Masyarakat kelas ini kerap selalu bersaing di antara sesama kelasnya. Persaingan ini terus berlangsung mengikuti rasa ketidakpuasan akan segala yang telah dimiliki. Dengan demikian, masyarakat kelas ini pun selalu mencari perangkat komunikasi terbaru dengan brand ternama.
Dampak lain terhadap kelas masyarakat ini ialah mengasingkan diri dari sesamanya. Kelas ini menjadi kelas yang tidak mau bergabung dalam kelas masyarakat yang lain. Kelas ini menganggap diri sebagai kelas yang mandiri. Kemampuan finansial yang tinggi ini membangun persaingan diantara sesama di sekitar, antara tetangga. Sehingga kelebihan alat komunikasi atau kehadiran alat komunikasi baru di genggaman tangan tetangga menkadi problem bagi dirinya. Dia berusaha membeli barang yang sama hanya untuk sekedar koleksi juga terjadi permusuhan diantara mereka. Dari yang awalnya suka bertamu, karena bersaing untuk menunjukkan kekayaannya menyebabkan tidak ada komunikasi. Yang dapat dilihat juga adalah bahwa merasa memiliki harta material yang berlimpah, pribadi itu menjadi kaku dalam relasi nyata. Kalau ada orang-orang miskin di sekitarnya tidak di hargai sebagai manusia yang bermartabat dan apabila ada orang yang lebih kaya darinya di musuhi karena melebihinya.
2)  Masyarakat Kelas Menengah. Kelas masyarakat kedua yang juga mendapat pengaruh perubahan sosial ini ialah masyarakat kelas menengah. Dalam kelompok ini, perkembangan telepon genggam juga cukup berpengaruhi. Masyarakat dalam kelompok ini kerap menggunakan alat komunikasi ini sebagai penunjang bagi segala karyanya. Akan tetapi, dengan terbukanya hal tersebut, kerap kali kelompok ini pun melupakan relasi dekatnya dengan dunia di sekitarnya.Â
Keberadaan dan kenyamanan dalam dunia maya jauh lebih diperlukan oleh masyarakat kelas ini dibandingkan untuk tetap berada dan membangun relasi di dunia nyata. Hal ini diperparah dengan adanya rasionalisasi yang dibuat sebagai senjata untuk melawan yang lain. Tuntutan dalam pekerjaan atau usaha dianggap sebagai suatu hal yang mengharuskan masyarakat dalam kelas ini untuk tetap menempatkan perangkat komunikasi elektronik selalu berada bersama mereka.
Masyarakat Kelas Bawah. Kelas masyarakat bawah dapat dikatakan berada dalam situasi yang lebih aman dibandingkan dengan kedua kelas sebelumnya. Hal ini terutama karena keterbatasan kepemilikkan terhadap perangkat-perangkat elektronik.Â
Akan tetapi, suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa ketika telepon genggam juga masuk dalam masyarakat kelas bawah, maka ketergantungan yang tinggi juga terjadi. Hal ini tentu saja berbeda dengan ketergantungan kedua kelas sebelumnya. Ketergantungan dalam kelompok ini terutama disebabkan karena ketidaktahuan atau rasa penasaran yang tinggi terhadap alat komunikasi ini. Dalam kelas yang ketiga ini, kemerosotan relasi sosial yang terjadi lebih disebabkan karena anggota masyarakat kelas ini hanya diliputi rasa ingin tahu terhadap perangkat komunikasi ini.Â
Sebab, dalam kelas masyarakat ini, kebutuhan terhadap perangkat-perangkat elekronik (telepon gengam) bukan merupakan suatu keharusan atau kemendesakkan.Â
Dengan demikian, risiko kelompok ini mengalami kerusakan relasi sosial lebih kecil dibandingkan kedua kelas lainnya. Hal ini menjadi suatu benteng tersendiri bagi kelompok ini dalam menghadapi arus perubahan dan perkembangan media komunikasi ini. Akan tetapi kenikmatan yang dilihat kelas masyarakat ini pada kedua kelas masyarakat di atas mennyebabkan mereka melakukan penyimpangan sosial. Seperti misalnya, mencuri. Pencurian ini kerap terjadi hanya untuk membeli barang elektronik ini. Bahkan berpura-pura ke konter untuk membeli padahal untuk mencuri hanphone atau yang sejenisnya.
Keluarga . Perubahan sosial yang muncul sebagai akibat perkembangan buruk perangkat komunikasi juga berdampak bagi keluarga. Keluarga yang sebenarnya menjadi suatu tempat perjumpaan yang mendalam antara anak dan orang tua atau antara suami dan istri, dewasa ini berubah menjadi tempat yang berbeda. Anak membangun suatu relasi yang lain dalam dunianya, misalnya dengan tergabung dalam group whatsapp bersama teman-temannya. Hal yang serupa juga menimpa suami dan istri.Â
Dengan masing-masing kesibukan dan keinginan masing-masing mereka pun membangun suatu dunianya masing-masing dan meninggalkan relasi keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya mendapat perhatian yang terutama dan pertama digeser menjadi yang kemudian. Bahkan hal yang paling buruk ialah diabaikan.