Mohon tunggu...
OSTI  LAMANEPA
OSTI LAMANEPA Mohon Tunggu... Mahasiswa - DEO GRATIA (RAHMAT ALLAH)

MAHASISWA FILSAFAT DAN TEOLOGI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Doktrin Allah Tritunggal Menurut Thomas Aquinas

12 April 2021   07:35 Diperbarui: 18 Mei 2021   15:39 3673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuatu yang harus ada. Thomas Aquinas berkata "Tertia via est sumpta ex possibili et necessario" (jalan ketiga bertolak dari sesuatu yang mungkin dan sesuatu yang harus. Di dalam dunia orang mengalami bahwa segala sesuatu di dunia lahir dan mati, terjadi dan melenyap. Semuanya tunduk pada proses menjadi dan melenyap. Bertolak dari pengalaman ini, Thomas Aquinas mendapat pemahaman bahwa segala sesuatu di dunia terjadi karena sesuatu yang harus ada. Sesuatu yang harus ada, sungguh berbeda dengan sesuatu yang mungkin ada. Sesuatu yang harus ada itulah yang disebut Allah.

Ada Tertinggi, Thomas Aquinas berkata "Quarta via summitur ex gradibus qui in rebus inveniuntur" (Jalan keempat diangkat dari derajat yang ditemui dalam benda-benda). Dalam dunia materi ada penilaian apakah benda baik, lebih baik, atau indah, lebih indah, kuarang indah dan sebagainya. Perbedaan derajat ini mau menunjukkan ada suatu tingkatan yang tertinggi atau ada yang tertinggi. Ada tertinggi ini adalah yang terbaik dan yang sempurna dan diesbut Allah.

Kebaikan akal budi, Thomas Aquinas berkata bahwa harus ada satu hakekat berakal budi yang menuntun dan mengatur segala sesuatu. Hakekat berakal budi ini di sebut Allah.

 

III. Konsep Allah Tritunggal Menurut Thomas Aquinas

Dalam Bukunya "De Deo Uno et Trino" Thomas Aquinas secara panjang lebar menyajikan uraian baru secara indah pemikiran dari Agustinus, daripada sebuah modifikasi dan koreksi kecil dari defisiensinya. Thomas Aquinas menerangkan siapa Allah Tritunggal itu dengan menggunakan analogi yang mengatakan ada Lima sifat, empat pola hubungan, tiga pribadi, 2 proses, dan satu kodrat (Antonius Denny Firmanto, 2016: 117-118).

Tentang lima sifat itu, Thomas mengatakan Bapa itu pertama tidak berasal, kedua mampu menggenerasi dan ketiga mampu menghembuskan. Sedangkan Putera itu (empat) digenerasi dan mampu menghembuskan. Dan Roh Kudus itu (lima) dihembuskan. Tentang empat pola hubungan, ia mengatakan bahwa pertama ada  pola hubungan kebapaan yang adalah milik Bapa, kedua pola keputeraan yang adalah milik Putera, ketiga pola spirasi aktif yang adalah milik Bapa dan Putera, keempat pola hubungan spirasi pasif (penghembusan) yang adalah milik Roh Kudus. Tentang tiga pribadi, Thomas menyebutkan pribadi itu Bapa, Putera, Roh Kudus. Dua proses yang dimaksud Thomas adalah pertama, proses generasi yaitu Bapa yang menggenerasi Putera dan kedua, proses spirasi atau penghembusan yakni Bapa yang menghembuskan Roh Kudus. Tentang satu kodrat, jelas bahwa kodrat Allah itu adalah satu.

Thomas Aquinas berpendapat bahwa Allah selain tunggal secara sempurna, juga sempurna oleh tiga pribadi yang saling terkait. Ketiga pribadi tersebut adalah Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Ketiga pribadi ini direpresentasikan oleh relasi mereka didalam esensi atau hakikat Allah. Thomas Aquinas menuliskan bahwa istilah Trinitas atau Tritunggal tidak menandakan relasi-relasi yang dimiliki setiap pribadi namun menandakan jumlah pribadi yang saling terkait satu dengan yang lain dan karenanya kata itu sendiri tidak mengekspresikan acuan pada yang lainnya. Bapa memperanakan Putera (Firman) melalui relasi kesadaran diri. Tindakan dalam kekekalan tersebut menghasilkan Roh yang kekal yang memiliki hakikat ilahi sebagai kasih Allah, kasih Bapa bagi Firman. Thomas Aquinas menambahkan bahwa keberadaan Trinitas tidak tergantung dari dunia ini kendati hakikatnya melampaui dunia yang tercipta, tetapi Trinitas juga memutuskan untuk memberikan rahmat atau kasih karunia kepada manusia.

Thomas Aquinas menentang sejumlah teolog historis dan kontemporer yang menganut pandangan berbeda tentang Yesus Kristus. Menanggapi Fotinus, Thomas Aquinas menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah benar-benar ilahi dan bukan seorang manusia semata. Menanggapi Nestorius yang mengemukakan bahwa Putera Allah sekedar digabungkan dalam manusia Kristus, ThomasAquinas berpendapat bahwa kepenuhan Allah merupakan suatu bagian integral dari keberadaan Kristus. Menanggapi pandangan-pandangan Apollinaris, Thomas Aquinas berpendapat bahwa Kristus juga memiliki jiwa rasional manusia sejati. Thomas Aquinas juga menentang Eutykhes yang menjelaskan dualitas kodrat yang keliru. Menurut Thomas Aquinas dualitas kodrat tersebut ada secara bersamaan namun dapat dibedakan dalam satu tubuh manusia sejati.

Sehubungan dengan permyataan Rasul Paulus bahwa; "Kristus yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan itu sebagai milik yang harus dipertahankan melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Filipi 2:6-7). Thomas meyajikan suatu penegasan kenosis ilahi yang banyak memberikan informasi mengenai kristologi Katolik. Selaras dengan hasil konsili Nikea, pandangan St. Agustinus dari Hippo, serta pernyataan-pernyataan Kitab Suci, Thomas Aquinas mendukung doktrin kebakaan ilahi. Dengan demikian setelah menjadi manusia, tidak mungkin ada perubahan dalam pribadi ilahi Kristus. Bagi Thomas Aquinas misteri inkarnasi tidak di selesaikan melalui Allah yang berubah dengan suatu cara apapun dari keadaan. Dia berasal dari kekekalan tetapi melalui penyatuan diri-Nya dengan keberadaan itu dalam suatu cara yang baru, atau lebih tepatnya melalui penyatuan keberadaan itu dengan diri-Nya sendiri.

Thomas Aquinas menjelaskan bahwa Kristus mengosongkan diri-Nya sendiri bukan dengan menanggalkan kodrat ilahi-Nya, tetapi dengan mengambil suatu kodrat manusia. Bagi Thomas Aquinas kodrat ilahi-Nya penuh tanpa ada kekurangan, karena setiap kesempurnaan kebaikan ada di sana. Singkatnya menurut Thomas Aquinas, Kristus memiliki satu tubuh sejati dari kodrat yang sama dengan kita, jiwa rasional sejati, dan memiliki kodrat ilahi yang sempurna. Menggemakan kembali apa yang dikatakan St. Athanasius dari Aleksandria, Thomas Aquinas juga mengatakan karena menginginkan supaya kita mengambil bagian dalam keilahian-Nya, Putera tunggal Allah mengambil kodrat kita, sehingga Dia yang menjadi manusia dapat menjadikan umat manusia ilahi. Pemikiran tentang Allah Tritunggal setelah periode Thomas Aquinas bersifat lebih spiritual. Salah satu tokohnya adalah Fransiskus dari Asisi. Pandangan mereka mengenai Allah Tritunggal tidak bersifat filosofis yang membahas siapa dan apa itu Allah Tritunggal tetapi lebih menekankan kemahakuasaan Allah Tritunggal dan relasi-Nya dengan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun