Dari sekian nama pesepakbola yang memberikan inspirasi, saya memilih nama Luca Toni menjadi pesepakbola dengan kisah yang paling menginspirasi. Luca Toni,38, adalah seorang pesepakbola yang berposisi sebagai penyerang di klub Hellas Verona (Italia). Di awal karirnya, dia menghabiskan waktu bermain di kasta kedua dan ketiga Liga Italia bersama Modena, Empoli, Fiorenzuola, Lodigiani, Treviso, Vicenza, Brescia. Pada tahun 2003, di usia 26 tahun, Toni bergabung dengan Palermo, klub Serie-B (Kasta kedua Liga Italia). Pada musim ini, Palermo berhasil promosi ke Serie-A berkat torehan gol Toni sebanyak 30 gol. Torehan ini memulai kisah fantastis Toni sebagai pencetak gol ulung. Bermain bersama Palermo di Serie-A, Toni berhasil mencetak 20 gol di Serie-A. Berkat gol Toni, Palermo duduk di posisi ke-6 klasemen akhir Serie-A, sekaligus mencetak sejarah bermain di kompetisi Eropa untuk pertama kalinya di musim berikutnya. Pada musim 2004-2005, Toni pindah ke Fiorentina dengan banderol € 10 juta. Di musim perdananya bersama Fiorentina, Toni mencetak 31 gol di Serie-A dan mengakhiri musim sebagai Topskor Liga Italia. Fiorentina lolos ke Liga Champion setelah duduk di posisi keempat, dan Toni juga meraih sepatu emas Eropa. Kisahnya semakin sempurna dikala Toni berhasil membawa Timnas Italia menjadi juara dunia di Jerman.
Pada musim keduanya di Fiorentina, Toni diganggu oleh cedera, sehingga “hanya bisa” mencetak 16 gol di Serie-A. Toni berjanji kepada fans tidak akan pindah ke klub elit Italia, yang membuatnya menerima pinangan Bayern Munich pada 2007. Munich harus membayar transfer senilai € 11,58 juta. Toni membayar banderolnya dengan performa ciamik di semua kompetisi. Toni menjadi topskor dengan 24 gol dan membawa Bayern menjadi juara Bundesliga. Dua golnya di final DFB Pokal membawa Muenchen memenangi Piala Liga Jerman atas Borussia Dortmund dengan skor 2-1. Di ajang Piala UEFA, Toni menjadi topskor bersama striker Zenit, Pavel Pgrebnyak dengan torehan 10 gol Total, Toni mencetak 39 go dan 12 assist dalam 42 laga. Di musim keduanya, Toni tetap memainkan standard tinggi. Toni mencetak 9 gol dari 13 partai awal Bundesliga, sebelum cedera Achilles Tendon menganggu performanya. Toni mengakhiri musim dengan 14 gol. Musim berikutnya menjadi akhir bagi Toni di Bayern. Louis Van Gaal, pelatih Bayern menginginkan tipe striker lain. Toni hanya bermain 10 laga, dan pada Januari 2010, Toni dipinjamkan ke Roma. Kembali ke Bayern setelah dipinjamkan ke Roma, Toni dipersilahkan mencari klub baru. Toni bergabung dengan Genoa (2010), Juventus (2011), Al Nasr (Januari 2012) namun gagal mengembalikan performanya. Pada Agustus 2012, Toni pulang ke Fiorentina, menghabiskan semusim disana dengan mencetak 8 gol dari 27 pertandingan.
[caption caption="Luca Toni, 38, bangkit dan bersinar kembali setelah bergumul dari cedera panjang (blogspot)"]
Pada musim 2013-2014, Toni “bangkit dari kematian”. Bergabung dengan klub promosi, Hellas Verona, Toni kembali menjadi ancaman di Serie-A. Pada musim perdananya di Hellas Verona, Toni, yang berusia 37 tahun, berhasil menorehkan 20 gol dari 34 pertandingan di Serie-A. Pada musim lalu, 2013-2014, Toni mencetak 22 gol dari 38 pertandingan, yang menjadikannya Topskorer Liga Italia bersama dengan Mauro Icardi (Inter Milan). Toni menjadi pemain tertua (38 tahun) yang menjadi Topskor di Liga Italia. Toni is revenant (orang yang kembali dari kematian), menuju pensiunnya.
Vardy, Bacca, Toni adalah tiga nama yang memulai kisah eksepsionalnya dari pergumulan yang luar biasa. Mereka bukanlah wonderkid semasa muda, harus memulai jalan sepakbola dari titik bawah, dikenal di usia emas, dibarengi dengan usaha dan keyakinan, mereka meraih mimpi-mimpi setiap pesepakbola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H