[caption caption="Salah satu banner fans Liverpool yang menolak kenaikan harga tiket pertandingan (Express)"][/caption]Sepakbola adalah olahraga yang paling populer di dunia. Sejak awal 2000-an, sepakbola lambat laun bertansformasi menjadi industri yang menggiurkan. Transfer dengan nilai fantastis, gaji yang tak sedikit bagi para pelaku di industri sepakbola, mengakibatkan klub semakin menggeliat mencari pemasukan yang tak sedikit. Kali ini, suporter menjadi korban dari industrialisasi sepakbola. Harga tiket yang naik signifikan dari tahun ketahun membuat peran suporter semakin bias. Alih-alih sebagai pendukung dan menjadi salah satu bagian penting sepakbola, suporter semakin mirip dengan konsumen, yang harus membayar mahal untuk sebuah layanan. Pelakunya saat ini mengarah kepada Liverpool dan Arsenal.
Liga Inggris pekan ke-24 antara Liverpool vs Sunderland pada pekan ini akan sedikit “berbeda” dibandingkan dengan biasanya. Hal ini dikarenakan grup suporter Liverpool, Spion Kop 1906 berencana melakukan aksi boikot pada menit ke-77, sebagai bagian dari potes kebijakan klub yang akan menaikkan tiket pertandingan pada musim depan dari £ 59 menjadi £ 77 (kenaikan sekitar 22%). Dalam rentetan kicauan mereka di dunia maya, Spion Kop 1906 mengatakan : “Hari sabtu adalah kesempatan anda untuk membuat perasaan anda diketahui. Kecewa dengan harga tiket musim depan? Maka (dukung) #WalkOutOn77. Berikut beberapa kicauan mereka terkait aksi #WalkOutOn77
“77 - a number associated with @LFC. From Rome '77 to £77 a ticket. Let's give the number 77 a meaning on Saturday. #walkouton77
“If the club want to charge up to £77 a ticket, make your feelings known and walk out on 77 minutes
“Up to a £13 increase in the Anfield Road next season. If you're not happy then show your anger.
“Up to a £116 increase in The Main Stand next season. If you're not happy then show your anger.
“Centenary Stand increasing to £66 when we told @LFC £59 was too expensive.”
Liverpool menganggap bahwa peningkatan harga tiket pertandingan bisa diterima, dimana mereka ingin menambah kas hinggga dua juta poundsterling dari peningkatan harga tiket ini. Rencana manajemen ini ditanggapi dengan “dingin” oleh supporter. Supporter mengatakan bahwa mereka berada dibalik tim ini setiap minggunya, mendukung tim ini, dan sudah harusnya kebijakan manajemen Liverpool juga mendukung (dengan harga tiket terjangkau), bukan malah menaikkan nilainya secara signifikan.
Tidak jauh berbeda dengan Liverpool, Arsenal juga berencana untuk menaikkan tiket pertandingan musim depan. Besaran kenaikannya mulai dari £ 7 hingga £ 30. Cukup ironis mengingat tak kurang dari sebulan lalu Arsenal mengkampanyekan kenaikan tiket tidak akan dilakukan untuk musim depan. Tak ayal, kebijakan ini memancing kemarahan dari Fans Arsenal. Fans Arsenal dan Leicester akan melakukan aksi walkout, mengosongkan stadion pada menit ke-5 pertandingan Liga Inggris pekan depan, saat Arsenal menjamu Leicester City.
Logika Sesat Liverpool dan Arsenal
Arsenal tercatat sebagai tim dengan pemasukan terbanyak dari sektor penjualan tiket pertandingan di seluruh dunia. Arsenal mencatatkan pemasukan £ 101,84 juta musim lalu, mengungguli pendapatan Barcelona dan Real Madrid (Dua klub dengan pendapatan terbanyak di dunia). Liverpool sendiri berhasil meraup keuntungan £ 50,9 juta pada musim lalu dari sektor tiket. Status Liga Inggris sebagai liga terpopuler di dunia, memberikan “pembagian” jatah hak siar kepada tim-tim Liga Inggris, termasuk Arsenal dan Liverpool.
Arsenal mencatatkan pendapatan dari sektor hak siar sebesar £ 120,8 juta, dan Liverpool meraih £ 100,9. Meskipun masih kalah dari Chelsea (£ 140 juta), Manchester City (£ 133,2 juta) dan MU (£ 135,7 juta), namun jumlah ini tidaklah sedikit. Dengan ditandatanganinya kontrak baru Liga Inggris dengan stasiun televisi senilai lebih £ 5,14 Milyar selama tiga musim ke depan, tak ayal nilai hak siar yang didapatkan tentu akan semakin besar.
Peningkatan pendapatan dari hak siar menjadikannya sektor utama pemasukan bagi klub. Kebijakan tidak populis seperti menaikkan harga tiket pertandingan untuk fans seharusnya tidak perlu dilakukan. Sebagai perbandingan, Tottenham, klub yang berada di kota London hanya mencatatkan £ 44 juta dari sektor tiket (hanya sepertiga dari Arsenal yang di kota yang sama),Chelsea, yang juga di kota London hanya mencatatkan £ 71 juta dari sektor penjualan tiket pertandingan. Namun, keduanya mencatatkan nilai £ 95 juta (Tottenham) dan £ 140 juta (Chelsea) dari hak siar pertandingan.
Liverpool berencana menambah pundi-pundi dari sektor tiket pertandingan untuk musim depan senilai £ 2 juta. Dengan peningkatan nilai tiket pertandingan, Arsenal bisa mengharapkan kenaikan jutaan poundsterling untuk musim depan. Sebuah kebijakan yang cukup klise, mengingat sebenarnya untuk klub setenar Liverpool dan Arsenal sangat mudah mendapatkan peningkatan pendapatan puluhan juta poundsterling dari sektor komersial, maupun sponsor. Alih-alih mencoba untuk meningkatkan pendapatan sektor komersial yang sebenarnya lebih potensial, Arsenal dan Liverpool justru “memeras” fans mereka. Sungguh logika yang sangat menggelikan.
Suporter Itu…
Sebagian orang berangggapan skeptis mengenai pengaruh penting suporter terhadap sebuah klub sepakbola. Coba bayangkan, bagaimana sebuah pertandingan sepakbola tanpa adanya penonton. Kesan pertama adalah sepi dan sunyi. Salah satu yang membuat pertandingan sepakbola menarik untuk ditonton adalah yel-yel dan teriakan suporter yang memenuhi stadion.
Mereka bernyanyi sepanjang pertandingan, mereka berteriak ketika gol tercipta, mereka bertepuk tangan ketika pemain yang bermain apik di sepanjang pertandingan ditarik keluar lapangan. Penonton memberikan sensasi dan apresiasi di dalam sebuah pertandingan. Atribut-atribut yang mereka perlihatkan betapa mereka sangat mendukung tim kesayangan mereka, dan mereka menyebut nama-nama pemain idola mereka, untuk menyemangati sang idola saat mengolah si kulit bundar.
Faktor fans dan suporter menjadi sangat krusial bagi tim. Kehadiran mereka mampu mengangkat moral para pemain yang bertanding di lapangan. Contoh teranyar adalah Manchester City. Demi mendapatkan dukungan moral saat mereka akan melakoni laga tandang di Ukraina, menghadapi Dinamo Kiev pada babak 16 besar Liga Champion dua pekan depan, City membantu menyusun perjalanan suporternya ke Ukraina. Tiket yang perlu dibayarkan “hanya” £ 4,5. Sungguh berbanding terbalik dengan “perlakuan” manajemen Liverpool dan Arsenal kepada fansnya.
Bila kenaikan harga tiket signifikan setiap tahunnya, jangan salahkan fans bila memilih menonton di rumah. Jangan salahkan fans bila stadion tak lagi ramai, dan pertandingan tak lagi menarik tanpa suara mereka yang menggelagar di stadion. Jangan salahkan fans bila ketidakmenarikan ini membuat apparel dan sponsor menjadi skeptis dengan nilai kontrak besar yang diharapkan oleh klub.
Karena fans adalah pelakon terbaik dalam dunia sepakbola. Mereka memberi, mereka membayar, mereka mendukung, mereka berteriak sepanjang pertandingan, mereka tetap menyemangati saat tim kalah, mereka setia bertahan saat tim terpuruk, dan mereka tidak mendapatkan apapun saat tim menjadi juara, selain perasaan bahagia untuk keberhasilan tim itu. Sebuah cinta sejati, tanpa syarat yang seutuhnya, yang benar-benar ada di dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H