Mohon tunggu...
MariaM
MariaM Mohon Tunggu... Lainnya - Peracik

Pejuang Di Bawah Nabastala. Aku menanti ditempat penantianku menunggu apa yang akan dijawabNya atas doaku. Aku tahu Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencanaNya yang gagagl. Jangan lemah semangatmu karena ada upah bagi usahamu. ♥💪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan di Balik Tembok Biara

16 Juni 2023   11:05 Diperbarui: 16 Juni 2023   11:24 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

    Lembayung senja 17 Desember terukir begitu indah bagai lukisan Da Vinci. Tapi hatinya tak seindah suasana nabastala kala itu. Dibalik tirai booth berlatar biru dia memutar kisah perihal hati yang dipatahkan oleh sosok yang diyakini garis jodoh. Segala madah 1/2 malam kini berbalik menghantam kalbu. Sebait tanya pun terangkai dari bibirnya, "mungkinkah Tuhan tak menginginkanku berbagi cinta dengan kaum Adam?" kalimat itu menyadarkanku akan satu hal kalau panah asmara telah menembus lapisan endokardium, hingga memancarkan luka yang terucap melalui rintikkan air dari pelupuk matanya.

   "Po ... kali ini lukanya menyebar keseluruh urat nadiku. Perihnya bagai satu ton tuan rawit diblend ke jantungku. Mengapa aku harus tersandung pada sosok yang mustahil diaminkan?" ucapnya penuh senduh. 

    "Sudah kukatakan padamu jangan terlalu mendalami peranmu. Kau bukan pemeran utama di chapter kisahnya kau hanya peran pengganti!" sabda itu hanya flasback yang sudah tak mungkin memperbaiki segala luka. Dia jatuh cinta pada sosok Adam yang bertahta dibalik kokohnya tembok biara. Sosok yang  tak mungkin diaminkan karena Ia calon mempelai Kristus. Mereka hanya berkencan lewat sebait doa dan pesan singkat melalui sekuntum ayat Roma dan Mazmur yang tereja melalui layar WA.

   Aku kerap melantunkan petuah padanya, jangan terlena ucapan kadang itu hanya sekedar coretan chat semata. Arus canda mulut lebih menghanyutkan daripada arus sungai Nil. Namun cintanya begitu dalam pada sosok itu hingga dia lupa jarak diantara mereka terbentang begitu jauh. Kini ruang kalbunya diutak-atik panah asmara hingga membuatnya hancur sehancur gelas yang pernah dia jatuhkan. Dalamnya cinta tak sedalam luka yang menikam ruang jantungnya. Hatiku biasa saja melihat pemandangan itu seolah aku telah membatu akan rasa empati. Mungkin karena aku kerap memutar alarm padanya. Saat itu Aku hanya mendekapnya dengan kasih sembari menyeduhkan secangkir kopi hitam tanpa gula. 

   Baginya kopi dan air sepasang mempelai sempurna hingga tak hadirkan gula ataupun susu. Tapi senja itu dia meronta padaku. "Mengapa kau seduhkan secangkir kopi hitam tanpa gula ? Aku tersenyum tipis. "Bukankah pahitnya kopi hanya terasa kala diteguk setelah itu akan hilang dan larut di diususmu. Begitupun luka yang kau rasakan kini, sesaat saja hadirkan luka perlahan pasti sembuh." Aku begitu soktoi dengan kata-kata itu. Kalau berada diposisinya mungkin aku akan lebih hancur darinya hanya saja hatiku telah membatu bagai karang. 

   Sejenak dia ingin bertukar hati denganku namun sayang kita tak punya kuasa untuk itu. Aku hanya bisa menghiburnya dengan melantunkan sisi komedi dalam diriku. "Ayo ... kita ke LP2H, tuan Planaria telah menunggu kehadiran PIPO (Pi dan Po)." Candaku sejenak menghipnotis piluh hingga memancarkan sinar dari pipinya. Jiwaku bergelora melihat pancaran sinar itu walau tak setulus yang biasa dia tebarkan padaku.

    Mulutnya memutar sebait kalimat penuh makna. "Lembaga pemulihan patah hati tak akan bisa memulihkan nadi yang telah patah. Aku bukan tuan Planaria yang hanya butuh detik memulihkan luka. Bagaimana aku bisa sembuh Po ... sementara lukanya menjalar sampai ke sel tulangku. Engkau tahu aku adalah alfa yang begitu ingin menjadi omega dilaman cintanya." Aku terdiam seribu haru. 

  Aku adalah saksi betapa dia menginginkan sosok dibalik tembok biara walau kenyataan membabatnya habis-habisan. Tak ada lagi nasihat dan canda yang tereja dari mulutku selain memintanya berdoa pada Empunya Surgawi karena Dialah yang menghadirkan segala rasa. Dan aku tak lupa menjadikan dia lirik dari sebait doaku. 

    Dia wanita yang begitu baik, berparas indah, lemah lembut, dan cintanya begitu tulus. Tetapi itu bukan jaminan tuk memalingkan pujaan dibalik biara itu. Selama ini hanya cinta setengah hati yang dia dapatkan. Walau kenyataan mendekapnya dengan balutan luka, sebaris ayat Mazmur terus dimadahkan untuk sosok dibalik tembok biara itu.

  Kiranya diberikanNya kepadamu apa yang kau kehendaki dan dijadikan berhasil segala yang kau rancangkan. Firman itu menjadi kidung paling indah dikeheningan malamnya. Aku heran kok ada hawa sebaik dia, sabarnya bak Ayub cintanya tulus bagai Habibi. Mungkin karena terlalu baik hingga mudah terbawa arus canda bibir. Kebaikan itu menggemparkan ruang penasaranku, "bukahkah engkau telah dipatahkan oleh lelaki itu lantas mengapa engkau selalu mendoakan kebahagiaannya?

    "Po ... engkau tahu yang lebih lembut dari sutra, lebih putih dari salju Himalaya, tak berkesudahan sekalipun nubuat berakhir. Dendam dan amarah pun tak ada padanya." Jawaban itu sejenak menampar imanku. Lalu aku teringat apa yang telah difirmankan oleh tuan Paulus kepada jemaat di Korintus. Dia menggenapi firman yang tertuang dalam ayat itu hingga melupakan segala luka yang merobek kalbunya. Tak sedikitpun rasa benci terpaut dibenak untuk sosok yang pernah menuang janji di pelataran hatinya.

  Sujud malam yang dulu diwarnai sebait restu berbalik pengakuan dosa pada Empunya langit dan bumi. Mohon ampun untuk cinta yang landing dihati salah satu penghuni biaraNya alias Frater. Doa dan hanya doa menjadi obat paling ampuh hingga perlahan lukanya pulih, relung ikhlas terbuka lebar. 

   Prinsipnya sederhana, mengikhlaskan apa yang tak bisa lagi diperjuangkan melepaskan yang tak bisa lagi digenggam. Aku kagum dengan dirinya yang tak ingin dihambakan oleh luka. Sabda Mazmur nyata padanya, TUHAN itu dekat kepada orang yang patah hati dan IA menyelamatkan orang yang remuk jiwanya.

      Di laman juni 2021 dia membuat keputusan yang menguncangkan sanubariku. Dia mengundurkan diri dari tempat kita bekerja dan menutup pintu hatinya tuk kaum  Adam. Segala hati dan hidup diberikan untuk Tuan Nirwana. Melepas cinta duniawi dan meraih mahkota berkerudung Kristus. Bukan karena luka tapi ingin menghabiskan ketulusanya hanya untuk Tuhan. 

   Dia berkata," Tuhan tak mengizinkanku menjalin hubungan dengan pria manapun selain menjadi mempelaiNya. Seperti firman Yesaya, sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam namanya." Kini dia bertahta dibalik tembok biara. Tembok yang dulu begitu ingin dia roboh dengan ayat Roma kini membawanya meraih gerbang panggilan hidup yang sejati.   

  Dia bilang padaku, " Chandra tak pernah menghalau kejora walau keduanya penghuni bumahtara malam tetapi mereka berkolaborasi memberi terang pada malam. Begitu pun aku dan dirinya kita berjuang mewartakan sabda Allah tanpa saling menghalau. Jatuh cinta dengannya itu anugerah tak menjadi omega di laman cintanya itu berkah. Bukan Panah luka yang membulatkan tekadku tapi aku diutus melalui jalur luka itu."

  Jika nanti kau tertusuk duri cinta jangan biarkan itu menghalau sinarmu. Bermekarlah dibalik duri itu maka kau akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih hebat. Kuharap suatu hari nanti kau temukan apa yang diperuntukkan Tuhan untukmu. Jaga hatimu jangan biarkan tumbuh di hati penghuni biara. Jangan mengulangi kesalahan seperti yang telah kuperbuat karena kamu tak akan kuat. Kecupan kudus untukmu Po. Pesan terakhir yang dia kirim untukku dan aku belum tahu lagi kabarnya kini.

Untukmu Yang Kini Bertahta Di Balik Tembok Biara

   Kubuka memori internalku dipenuhi semerbak bunga renjana. Renjana perempuan yang kini bertahta dibalik tembok biara. Ayu parasmu laksana indurasmi, tuturmu semerbak kemenyan bertabur kebaikan dan berkat. Matamu berseri bagai surya. Kerudung kesucian bertahta dimahkotamu. 

    Engkau impian kaum Adam tapi cintamu terbentang luas tuk Tuan Nirwana. Engkau bersabda cinta kaum Adam kilometer terukur tapi cintaNya KM tak terhingga. Pada awalnya engkau kaum hawa sepertiku yang mencintai rupa dan tutur kaum Adam. Semuanya bermula kala pujaanmu meremukan ruang asmaramu. 

  Cinta membuatmu patah tapi cinta membawamu berlabuh ke pelabuhan hidup membiara. Aku ingin serupa denganmu tapi aku hanyalah hawa bermahkota dosa. Kini aku percaya cinta sejati benar adanya. Cinta sejati versimu, cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang menghadirkan lentera hingga membuat pemujanya meraih apa yang diperuntukkan Tuhan baginya.

  Senja di bawah kolong booth berlatar biru kuseduhkan rindu lewat secangkir kopi yang kau teguk hari ini. Rinduku lebih kental dari kopi yang mengendap dicangkirmu. Itulah mengapa kuselalu menitipkan selarik kata untukmu, jangan lupa sebelum kopinya diteguk diaduk dulu karena ada rinduku yang mengendap dikopimu. Setiap kali renjana menyapa kalbuku kukirimkan sebait pesan itu untukmu walau kutak tahu kapan engkau berkencan dengan mas facebook. Maaf kupotret kembali cerita kita kala itu.

  Ada banyak hal yang ingin kuceritakan padamu tapi aku tak mau melakukannya hanya dengan tinta. Aku mau bertemu denganmu. Sungguh dengan rindu yang besar aku mau bersua denganmu dan Allah adalah saksiku betapa bunga renjana bermekar untukmu. Dari Po sahabatmu.

 

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun