Ternyata mereka hanya memutar separuh kisahmu sebagai wujud kekaguman atas semangat juangmu melawan monster jahat itu. Kamu ternyata telah kalah dalam pertempuran itu. Aku membeku bagai es kutub utara, air mata  terus bercucuran bagai mata air gunung libanon, hati teriris seperti disayat silet. Andai saja aku tahu pasti kubiarkan kamu menikmati racikanku tanpa sepeser rupiah keluar dari kantongmu. Tetapi kamu bersikap seolah tak ada yang terjadi. Senyum tulus tanpa cela ternyata hanya sekedar penguat dirimu.
  Hari ini aku memutuskan menemuimu tuk tuangkan segala rasa yang selama ini hanya tersirat lewat secup tiramisu yang kamu teguk. Aku juga tak lupa meraciknya khusus untukmu yang termomang. Kumeraciknya bertabur sejuta doa agar engkau berbahagia dialam Firdaus. Selamanya kamu hanya sekedar pemuja hati yang layak diabadikan di museum rindu monumen hati. Itu upah untuk sosok sepertimu. Â
Â
Â
Â
 Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H