Mohon tunggu...
Maria Ulfa
Maria Ulfa Mohon Tunggu... Dosen -

oshienrazak@blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cintai Allah, Maka Engkau Akan diberikan Cinta Dari-Nya

5 November 2015   10:01 Diperbarui: 5 November 2015   10:44 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Patah hati, sakit hati, bahkan menjalani hubungan yang tak jelas akhirnya mau dibawah kemana. Itulah dijalani Farah pada akhir Agustus 2014 lalu, awalnya mungkin Farah belum bisa menerima kenyataan yang dihadapi saat itu, karena hubungannya dengan teman dekatnya berakhir tanpa kejelasan. Farah mengetahui hubungannya berakhir melalui teman-teman kantornya, tidak melalui teman dekatnya, bahkan teman dekatnya pun tak berani berbicara langsung dengan Farah. Mungkin karena Teman dekatnya ini, takut juga kehilangan Farah. Tetapi jika ada lelaki seperti itu (lagi) dia adalah lelaki yang tak bisa menghargai wanitanya. Keterpurukan Farah, ia lalui dengan mengalihkan diri untuk lebih dekat dengan Allah dan mengikuti kegiatan-kegiatan positif.

Cinta itu pada dasarnya berawal dari niat, jika niatnya hanya sekedar pemuasan nafsu belaka mungkin pada akhirnya tidak akan bahagia. Tetapi jika niatnya mencintai karena Allah, yakin dan percaya kebahagiaan akan datang dengan sendirinya. Seperti itu yang ada dibenak Farah saat dirinya mengenal Allah. Farah benar-benar menyadari hal itu. Saat awal keterpurukan Farah, Farah tak henti-hentinya memanjatkan doa kepada Allah dalam setiap sholatnya, dalam sholat malamnya, dalam sujud terakhirnya. Farah menyadari bahwa dirinya sangat jauh dari Allah ketika Farah dalam keadaan senang, bahkan mencintai seseorang yang juga menjauhkan dirinya dari Allah, dan hanya sekedar mengingat Allah pada saat tertentu.

Perlahan dan pasti doa-doa Farah terjawab. Ketika Farah berdoa, “Ya Allah, tunjukkanlah yang terbaik untukku, jika memang dia baik, tetapi jika dia memang tak baik untukku, ku mohon jauhkan dia dariku.” Tepatnya malam minggu, pada saat itu Farah jalan bersama teman-temannya dan secara tidak sengaja Farah melihat dengan mata kepalanya sendiri teman dekatnya jalan bersama teman perempuan yang tidak lain adalah mantan kekasih teman dekatnya itu. Mereka boncengan dengan sepeda motor. Pada saat itu, pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenak Farah akhirnya terjawab sudah. Meskipun ada senang dan sedihnya ketika melihat hal itu, setidaknya Farah telah mengetahui bahwa hubungannya memang harus berakhir dengan Lelaki yang tak jelas itu. Sepulang ke rumah, Farah dengan penuh syukur berdoa kepada Allah, karena doanya diijabah Allah.

Saat hati Farah mulai terobati dengan kedekatannya pada Allah, saat itulah ia mulai memperbaiki diri, mulai menata diri dan hatinya, memantaskan diri untuk dicintai oleh Allah dan untuk kekasih Allah. Farah hanya bercita-cita ingin menjadi bidadari Syurga untuk orangtua dan lelaki yang kelak akan jadi imamnya. Kekosongan hati Farah diisi dengan kajian-kajian rohani melalui bacaan buku, internet, pengajian mingguan dan hal-hal positif yang bisa membuat Farah jauh lebih baik lagi dari hari-hari sebelumnya. Farah mungkin masih trauma dengan kisah masa lalunya, sehingga masih enggan membuka hati untuk kembali menjalin hubungan dengan lawan jenis. Karena niat Farah saat itu, hanya ingin ta’aruf dan menikah tanpa harus menjalani hubungan yang namanya PACARAN. Beberapa lelaki pun kembali mendekati Farah, namun ia masih enggan untuk memulai hubungan baru.

Perkembangan zaman makin mendekatkan individu dengan dunia maya. Sosial media adalah salah satu penghubung Farah dengan Adnan. Berawal dari perkenalan di grup Blackberry Massager, saling komen-komen foto dan chatingan di grup. Adnan lelaki yang dikenal Farah melalui BBM yang awalnya Farah sangat enggan berkomunikasi dengannya. Tapi setelah Adnan mengawali chatingan di chat pribadi BBM, Farah mulai memberanikan diri untuk menjawab chatingan Adnan. Awal September yang indah disambut Farah, bagaimana tidak? Saat dirinya telah melewati hal-hal tersulit, teman, sahabat, kerabat semakin dekat, dan Adnan adalah salah satu teman barunya.

Entah mengapa, Adnan selalu meluangkan waktu untuk memulai chatingan di BBM. Awalnya Adnan mengomentari sebuah foto yang Farah jadikan Foto Profil dimana Foto itu Farah sedang membaca sebuah buku karya kang Yadi “Doa-doa Patah Hati”. Mungkin sedikit banyak Adnan tertarik untuk mengomentari foto itu untuk mengetahui isi hati Farah pada saat itu. Farah dengan gamblang menjawab, bahwa memang keadaan hatinya pada saat itu dalam keadaan kurang nyaman.

Adnan lelaki yang mengerti dengan kekosongan hati Farah, mencoba mendekat dengan rutin chatingan yang pada akhirnya Adnan dengan beraninya meminta nomor handphone Farah, karena masih penasaran dengan status Farah yang sebenarnya. Namun Farah tidak langsung memberikan nomor handphone, karena Farah masih trauma. Farah dengan sengaja mengalihkan pembicaraan dichatingan dengan hal-hal lain, akan tetapi ternyata Adnan tetap pada pertanyaan yang sama, “mana no hpnya?” Pertanyaan tersebut akhirnya Farah jawab pada saat yang kelima kalinya. Itu karena Farah sudah mengetahui keseriusan Adnan.

Setelah memberikan nomor handphone ke Adnan, Farah tak berpikir balik untuk meminta nomor handphone Adnan. Pada suatu ketika, untuk pertama kalinya Adnan menelpon ke nomor handphone Farah, Farah yang pada saat itu masih enggan mengangkat nomor handphone baru yang muncul di Calling annya, akhirnya membiarkan Hpnya berdering lama. Setelah Adnan bosan, akhirnya Adnan nge Chat melalui BBM dengan menyatakan, “Hpnya kok gak dijawab”. Jelas diraut wajah Farah sumringah saat nge-Read BBM dari Adnan, dan deringan Hp selanjutnya Farah akhirnya menjawab telepon dari Adnan. Farah menjawab telepon Adnan dengan kalimat pembuka sekedar say hallo dan dengan basa basi membahas hal-hal yang tentang pekerjaan masing-masing.

Singkat waktu, dua bulan perkenalan Farah dan Adnan melalui Sosmed dan kecanggihan teknologi melalui telepon, dan line video call, membuat Farah semakin yakin dengan keseriusan Adnan. Adnan yang kebetulan pada saat itu masih status mahasiswa pascasarjana di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya dan sedanga tugas akhir (tesis) mengadakan penelitian di kampung halaman. Saat Adnan penelitian itulah di akhir November 2014, Adnan menyempatkan diri untuk bertemu dengan Farah. Mereka janjian untuk menyempatkan waktu untuk saling menyapa di dunia nyata. Untuk pertama kalinya Farah dan Adnan janjian dan bertemu langsung disuatu tempat. Awalnya Adnan janjian utk bertemu di suatu tempat, akan tetapi Adnan kembali menkonfirm agar Farah tetap di rumah, dan Adnan yang akan menjemput. Setelah Adnan dan Farah bertemu, mereka saling tersipu malu padahal hubungan mereka masih teman biasa.

Keesokan harinya, Adnan kembali menghubungi Farah. Adnan meminta izin ke Farah, agar Farah berkenan untuk datang ke rumah Adnan. Farah sangat terkejut, karena Farah merasa dirinya hanya seorang teman. Farah pun mengajukan persyaratan untuk datang ke rumah Adnan, yaitu Farah meminta ia tidak datang sendiri, ia harus ditemani oleh teman perempuannya. Namun Adnan secara halus menolak persyaratan Adnan. Farah kembali merenungkan tujuan Adnan memanggil Farah datang ke rumahnya, Adnan kembali membujuk Farah untuk datang berdua dengannya di rumahnya hari itu juga dengan alasan berkenalan dengan keluarga. Akhirnya tanpa berpikir panjang, Farah pun ikut ke rumah Adnan untuk diperkenalkan ke orangtua dan keluarganya. Dibenak Farah, “Aku dan Adnan hanya sekedar teman”.

Sore menjelang magrib, Farah tiba di rumah Adnan, Alhamdulillah ia disambut oleh orangtua dan kakak Adnan. Setelah perkenalan, bapak Adnan mengajak ngobrol tentang aktivitas sehari-hari, menanyakan orangtua, dan pekerjaan. Farah menjawab apa adanya. Kurang lebih sejam Farah berada di rumah Adnan. Setelah magrib, Adnan mengajak Farah pulang. Diperjalanan Farah kembali mempertanyakan hubungannya dengan Adnan, karena Farah tidak ingin kembali menjalin hubungan yang tak jelas untuk kedua kalinya.

Sebelum Farah mempertanyakan hal tersebut, Adnan lebih dahulu membuka percakapan dan secara jujur mengatakan bahwa, ia mengajak Farah ke rumahnya untuk diperkenalkan sebagai calon istri bukan sebagai teman. Farah kaget dan tersipu haru. Secepat inikah seseorang akan melakukan hal tersebut kepadaku, bisik Farah dalam hati. Di perjalanan Farah tak bisa berkata banyak, Farah hanya berkata, Bagaimana jika Aku menolak?, Adnan menjawab dengan kepercayaan dirinya, “tidak mungkin”. Akhirnya Farah mengalihkan percakapan untuk makan malam karena Farah merasa lapar.

Sesampainya di rumah makan, Adnan dengan polosnya mengatakan “kita sudah jadian ya, yuk foto bareng”. Farah dengan senyum sumringah menjawab, “kok bisa, kan belum ada kata-kata yang aku dengar”. “Aku merasa malu ketika aku harus mengatakan cinta kepada seseorang tanpa bukti yang cukup. Usiaku sudah tak mudah lagi untuk mengatakan, Aku sayang atau cinta kepadamu”, ucap Adnan. Dari ucapan Adnan tersebut, cukup menguatkan dan meyakinkan hati Farah untuk menjalin hubungan yang serius dengan Adnan. Farah berpikir, Adnan lelaki yang terlalu mau mengumbar janji. Senang, haru membiru di hati Farah tak dapat terangkai dengan kata-kata.

Adnan berada di kampung halaman selama seminggu dan dalam seminggu itu Farah dan Adnan bertemu hanya tiga kali. Setelah seminggu berakhir, Adnan harus kembali menyelesaikan studinya dan kembali ke Surabaya. Hubungan Farah dan Adnan kembali berlanjut dengan Long Distance Relationship. Hubungan jarak jauh, lebih baik daripada harus berdekatan. Farah beranggapan demikian untuk saling menjaga kehormatan, kepercayaan, komunikasi dan saling mengenal meskipun jarak memisahkan. Sebulan pertama menjalani LDR, banyak ujian yang menghampiri. Ujian untuk Farah dan Adnan. Pada saat orang-orang disekitar mengetahui antara Farah dan Adnan, ada hubungan spesial, gunjingan tentang Farah mulai terdengar di telinga Adnan. Sedikit banyak Adnan kaget dengan hal-hal yang baru ia dengar tentang Farah, namun Adnan dengan santai menanggapi semua gunjingan tersebut. Adnan hanya sekedar sebagai pendengar dari orang-orang yang bergunjing, namun setelah itu ia dengan lembut berbicara melalui telpon kepada Farah hanya untuk memastikan apakah yang ia dengar itu sesuai dengan apa yang Farah sampaikan sebelumnya. Karena sebelum Adnan kembali ke Surabaya, Farah menceritakan sedikit tentang kehidupan pribadinya. Adnan hanya tersenyum mendengarkan gunjingan orang, karena keyakinan Adnan tentang Farah tidak seperti yang diceritakan orang. Adnan hanya berpegang teguh pada pendiriannya bahwa ketika niat menikah sudah semakin kuat, maka ujian pra nikah pun silih berganti akan datang.

Seiring berjalannya waktu, studi Adnan selesai di bulan kelahiran Farah, yaitu di bulan Mei 2015. Adnan menghadiahkan Farah kado Lamaran. Betapa senangnya hati Farah, tak dapat terucap dengan kata-kata. Adnan untuk pertama kalinya dengan gagah mendatangi kediaman Farah untuk bertemu kedua orangtua Farah dan Alhamdulillah kedatangan Adnan disambut dan diterima dengan baik oleh orangtua dan keluarga Farah. Untuk kedua kalinya Farah dan Adnan bertemu tatap muka hanya tiga hari Adnan bertandang ke kediaman Farah.

Setelah acara lamaran selesai dan penentuan tanggal telah disepakati oleh pihak keluarga, Adnan kembali ke Surabaya untuk ikut wisuda dan kembali dengan pekerjaannya. Penetuan tanggal dan hari pernikahan yang jatuh pada hari TNI ABRI yaitu tanggal 5 Oktober 2015 (5102015) angka yang jika dibolak balik akan tetap sama. Tanggal yang indah dan itupun tanpa disadari oleh Farah dan Adnan.

Pada saat hari yang berbahagia itu tiba, tangis haru, bahagia tampak jelas dimata keluarga Farah dan Adnan. Ijab Kabul yang diadakan di masjid dan resepsi pernikahan yang sederhana dilaksanakan dikediaman Farah. Farah dan Adnan sangat deg deg an pada saat akan melaksanakan ijab Kabul, namun semuanya terlewatkan dengan satu kali tarikan nafas Adnan saat mengucapkan “saya terima nikah dan kawin tersebut tunai karena Allah”, semua yang mengahadiri ijab serentak mengucapkan “Sah”. Farah pun mengucapkan Alhamdulillah. Ijab Kabul selesai, berlanjut ke resepsi pernikahan yang dibalut dalam suasana gempita dengan hadirnya kerabat, sanak, keluarga, sahabat, dan pada hari yang penuh kebahagiaan itu semua saudara Farah berkumpul. Alhamdulillah ijab Kabul dan resepsi berjalan dengan lancar. Doa dan harapan Adnan dan Farah terus tercurahkan untuk keluarga kecil mereka.

Note Farah:

Menikah karena Allah, menikah itu ibadah, menyempurnakan agama dan iman. Cintai Allah, maka engkau akan diberikan cinta dariNya. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan seperti dalam firmannya Q.S. Ad-Dzariyat: 49)

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat ( kebesaran Allah ).”

Jangan takut menikah karena takut rezkinya berkurang, hilangnya pekerjaan ataupun hal-hal lain yang membuat Anda tidak ingin menikah. Ketika menikah, pasangan suami istri harus ridho, karena dengan ke-ridho-han pasangan kita semua hal-hal yang akan kita lakukan, insya Allah dimudahkan dan dimuliakan Allah. Yakin dan percaya bahwa Allah telah menakar kemampun kita sebagai hambanya. Menikah karena Allah untuk menggapai ridho dan keberkahanNya, akan selalu membuat kita bersyukur atas apa yang telah kita putuskan. Semakin manusia bersyukur, semakin Allah tambahkan nikmatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun