Mohon tunggu...
osher
osher Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Jalan-jalan foto-foto dan baca buku

Selanjutnya

Tutup

Analisis

"Transformasi Gender dan Dinamika Sosial dalam The Wonderful Wizard of Oz: Analisis Naratif dan Feminisme"

13 Januari 2025   04:20 Diperbarui: 13 Januari 2025   04:18 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

The Wonderful Wizard of Oz karya L. Frank Baum, yang diterbitkan pada tahun 1900, adalah salah satu karya sastra anak-anak paling ikonik dalam sejarah literatur Amerika. Meskipun ditulis sebagai cerita fantasi, novel ini telah menarik perhatian para kritikus dan akademisi karena kaya akan simbolisme, tema sosial-politik, dan relevansinya dengan konteks sejarah serta budaya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Buku ini tidak hanya menjadi kisah tentang petualangan seorang gadis muda bernama Dorothy di dunia magis bernama Oz, tetapi juga dianggap sebagai refleksi dari dinamika sosial, ekonomi, dan politik di Amerika pada masa itu.

Latar belakang historis novel ini berakar pada era populisme dan debat moneter tentang standar emas dan perak yang mendominasi diskursus politik Amerika di tahun 1890-an. Beberapa kritikus, seperti Henry Littlefield, menafsirkan cerita ini sebagai alegori politik yang mencerminkan perjuangan kelas pekerja dan petani di Amerika. Di sisi lain, novel ini juga dipuji karena penggambaran karakter perempuan yang mandiri dan kuat, yang kontras dengan norma gender tradisional pada era itu. Baum, yang memiliki hubungan dekat dengan gerakan feminisme melalui ibu mertuanya, Matilda Joslyn Gage, membawa elemen-elemen progresif ke dalam ceritanya, menjadikan Dorothy sebagai protagonis perempuan yang berani dan mandiri.

Selain itu, novel ini juga dianalisis melalui lensa teori naratif, psikologi, dan budaya. Struktur alur cerita yang mengikuti pola perjalanan pahlawan (hero's journey) seperti yang diuraikan oleh Joseph Campbell, penggambaran karakter yang merepresentasikan berbagai aspek psikologis manusia, serta kontras antara dunia nyata (Kansas) dan dunia fantasi (Oz) menawarkan kedalaman interpretasi yang melampaui sekadar cerita anak-anak. Seperti yang diungkapkan oleh Jung (1989), elemen-elemen arketipal dalam novel ini mencerminkan aspek-aspek kolektif dari jiwa manusia yang relevan lintas generasi.

Pendekatan dalam esai ini adalah mengkaji The Wonderful Wizard of Oz dari berbagai perspektif: elemen naratif, simbolisme, konteks sosial-politik, gender, dan teori psikologi. Dengan menggunakan teori-teori ini, esai akan mengeksplorasi bagaimana novel ini tetap relevan dan memberikan wawasan baru tentang isu-isu yang lebih luas, termasuk identitas, keberanian, dan impian. 

Elemen Naratif dalam The Wonderful Wizard of Oz

Salah satu aspek paling menonjol dari The Wonderful Wizard of Oz adalah struktur naratifnya, yang mencerminkan pola perjalanan pahlawan atau hero's journey seperti yang dipopulerkan oleh Joseph Campbell dalam The Hero with a Thousand Faces (1949). Pola ini mencakup beberapa tahap utama, seperti panggilan untuk petualangan, penolakan terhadap panggilan, bimbingan oleh mentor, serangkaian tantangan, pencapaian tujuan, dan kembalinya pahlawan ke dunia asal dengan pengalaman baru. Dalam konteks novel ini, Dorothy Gale menjalani hampir semua tahap ini, menjadikan kisahnya tidak hanya menarik tetapi juga relevan secara universal.

Panggilan untuk Petualangan

Perjalanan Dorothy dimulai ketika rumahnya di Kansas tersapu oleh angin puting beliung yang membawanya ke dunia magis Oz. Peristiwa ini menggambarkan titik awal yang sering kali tidak disengaja dalam narasi perjalanan pahlawan. Menurut Campbell (1949), panggilan ini sering kali terjadi dalam bentuk gangguan besar yang memaksa protagonis meninggalkan zona nyamannya. Dalam kasus Dorothy, transisi dari Kansas yang suram ke Oz yang penuh warna mencerminkan perpindahan dari dunia nyata ke dunia fantasi, yang memungkinkan perkembangan karakter dan eksplorasi tema-tema yang lebih dalam.

Bimbingan oleh Mentor dan Sekutu

Sepanjang perjalanannya, Dorothy bertemu dengan sekutu-sekutu unik: Scarecrow, Tin Woodman, dan Cowardly Lion. Ketiga karakter ini tidak hanya menjadi pendamping setia, tetapi juga berfungsi sebagai simbolisasi dari berbagai aspek psikologis manusia. Misalnya, Scarecrow mencerminkan kecerdasan yang diragukan, Tin Woodman melambangkan hati dan empati, sementara Cowardly Lion mewakili keberanian yang tersembunyi. Sebagaimana diuraikan oleh Vogler (2007), sekutu dalam perjalanan pahlawan sering kali membantu protagonis mengatasi tantangan eksternal dan internal.

Glinda, Penyihir Baik dari Selatan, juga berperan sebagai mentor Dorothy. Meski keterlibatannya langsung tidak sebesar para sekutu, kehadirannya di akhir cerita memberikan wawasan penting kepada Dorothy bahwa kekuatan untuk kembali ke rumah selalu ada di dalam dirinya. Hal ini mencerminkan tema pemberdayaan diri yang sering ditemukan dalam pola perjalanan pahlawan.

Tantangan dan Konflik

Dorothy menghadapi berbagai rintangan dalam perjalanan menuju Kota Zamrud untuk bertemu dengan Penyihir Oz. Dari serangan oleh Penyihir Jahat dari Barat hingga jebakan di Hutan Gelap, tantangan-tantangan ini memperkuat narasi perjalanan pahlawan sebagai proses transformasi. Campbell (1949) mencatat bahwa tantangan semacam ini tidak hanya bertujuan untuk menguji kekuatan fisik tetapi juga untuk mengembangkan karakter emosional dan intelektual pahlawan.

Salah satu tantangan paling signifikan adalah bagaimana Dorothy menghadapi otoritas Penyihir Oz. Setelah mengetahui bahwa Penyihir adalah seorang penipu, Dorothy belajar untuk tidak terlalu bergantung pada kekuatan eksternal dan lebih percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Menurut teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow (1943), momen ini dapat diinterpretasikan sebagai langkah menuju aktualisasi diri, di mana individu mulai menyadari potensi sejatinya.

Kesimpulan Naratif

Dorothy akhirnya kembali ke Kansas dengan menggunakan kekuatan sepatu perak ajaib, yang selama ini sudah ia kenakan sejak awal perjalanannya. Hal ini menegaskan salah satu pelajaran utama dalam pola perjalanan pahlawan, yaitu bahwa solusi atas tantangan hidup sering kali berada dalam diri kita sendiri, meskipun membutuhkan perjalanan panjang untuk menemukannya.

Struktur naratif The Wonderful Wizard of Oz tidak hanya menghibur tetapi juga kaya akan pelajaran hidup yang relevan. Dengan mengikuti pola perjalanan pahlawan, Baum berhasil menciptakan cerita yang mampu beresonansi dengan pembaca lintas generasi, menawarkan pelajaran tentang keberanian, kerja sama, dan penemuan jati diri.

Simbolisme dalam The Wonderful Wizard of Oz

Simbolisme memainkan peran penting dalam The Wonderful Wizard of Oz, mencerminkan tema-tema sosial, politik, dan psikologis yang relevan pada saat cerita ini ditulis dan hingga saat ini. Setiap elemen dalam cerita, mulai dari karakter hingga lokasi, memiliki makna yang lebih dalam, yang dapat dianalisis melalui berbagai teori.

Simbolisme Sosial dan Politik

Menurut analisis historis oleh Littlefield (1964), The Wonderful Wizard of Oz dapat dilihat sebagai alegori untuk perdebatan politik dan ekonomi di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19, terutama mengenai gerakan Populis dan isu standarisasi mata uang. Dalam pandangan ini, karakter dan elemen dalam cerita menjadi representasi simbolik:

Dorothy: Melambangkan rakyat Amerika yang polos tetapi tangguh, terutama kaum agraris yang menjadi inti gerakan Populis.

Scarecrow: Mewakili petani yang dianggap tidak memiliki pendidikan tetapi sebenarnya memiliki kecerdasan praktis.

Tin Woodman: Melambangkan pekerja industri yang teralienasi oleh industrialisasi. Kehilangan hati Tin Woodman dapat diartikan sebagai dehumanisasi tenaga kerja akibat kapitalisme.

Cowardly Lion: Dipandang sebagai alegori untuk William Jennings Bryan, pemimpin gerakan Populis, yang sering dituduh kurang keberanian dalam menghadapi tantangan politik.

Jalan Bata Kuning (Yellow Brick Road): Mewakili standar emas, yang menjadi dasar mata uang AS saat itu. Namun, perjalanan di jalan ini menunjukkan betapa tidak stabilnya kebijakan tersebut.

Sepatu Perak (Silver Shoes): Dalam buku aslinya, sepatu Dorothy berwarna perak, yang dianggap sebagai dukungan terhadap standar perak sebagai alternatif mata uang.

Interpretasi ini memperlihatkan bagaimana Baum menggunakan cerita anak-anak untuk menyampaikan kritik sosial dan politik secara halus, menjadikannya relevan dengan peristiwa-peristiwa saat itu.

Simbolisme Psikologis

Dari perspektif psikologis, simbolisme dalam The Wonderful Wizard of Oz dapat dianalisis menggunakan teori Jungian tentang arketipe dan ketidaksadaran kolektif. Menurut Carl Jung (1959), setiap karakter utama dalam cerita mencerminkan arketipe yang ada dalam ketidaksadaran kolektif manusia:

Dorothy: Protagonis ini dapat diartikan sebagai arketipe Self, yang melambangkan perjalanan integrasi berbagai aspek kepribadian.

Scarecrow, Tin Woodman, dan Cowardly Lion: Mereka mewakili aspek-aspek yang sering dianggap kurang dalam diri seseorang---kecerdasan, emosi, dan keberanian. Dalam perjalanan ini, Dorothy membantu mereka menemukan kekuatan mereka sendiri, yang juga merupakan proses pengembangan dirinya.

Penyihir Jahat dari Barat: Sebagai representasi dari Shadow, ia melambangkan ketakutan dan hambatan internal yang harus diatasi untuk mencapai aktualisasi diri.

Penyihir Oz: Sebagai Trickster, ia menunjukkan bahwa kekuatan eksternal sering kali tidak lebih dari ilusi, dan kekuatan sejati ada dalam diri individu.

Simbolisme Gender dan Feminisme

Dalam The Wonderful Wizard of Oz, simbolisme gender juga menjadi subjek yang menarik untuk dianalisis. Dorothy adalah seorang protagonis perempuan muda yang menunjukkan keberanian, kepemimpinan, dan empati, yang melawan stereotip gender pada masanya. Karakter ini dapat dianalisis melalui lensa teori feminis, seperti yang diusulkan oleh Simone de Beauvoir dalam The Second Sex (1949), di mana perempuan sering kali harus membuktikan diri mereka dalam sistem yang patriarkal.

Dorothy tidak hanya bertahan di dunia Oz, tetapi juga memimpin sekutu-sekutunya dan akhirnya menemukan jalan pulang. Dalam konteks ini, dia melambangkan pemberdayaan perempuan, menunjukkan bahwa kekuatan tidak harus datang dari maskulinitas tradisional, tetapi juga dari empati dan ketekunan.

Makna Simbolisme Lokal dan Global

Lokasi dalam cerita juga memiliki simbolisme yang mendalam:

Kansas: Sebagai tempat asal Dorothy, Kansas melambangkan kehidupan nyata yang keras dan suram, tetapi juga stabilitas dan akar identitas.

Oz: Dunia ini mencerminkan mimpi, harapan, dan fantasi, tetapi juga tantangan dan pengaruh eksternal yang dapat mengalihkan perhatian dari tujuan utama.

Kota Zamrud: Dengan fasadnya yang berkilauan, Kota Zamrud melambangkan kepalsuan dan kekuatan yang didasarkan pada ilusi.

Baum berhasil menciptakan dunia di mana simbolisme ini dapat berbicara kepada pembaca dari berbagai latar belakang, menjadikannya karya yang terus relevan hingga saat ini.

Relevansi Modern dan Warisan The Wonderful Wizard of Oz

Seiring berjalannya waktu, The Wonderful Wizard of Oz tetap relevan dengan berbagai generasi, tidak hanya sebagai cerita anak-anak, tetapi juga sebagai karya sastra yang kaya akan makna. Warisan Baum terlihat dalam berbagai medium seperti film, teater, televisi, dan budaya populer, yang terus menghidupkan elemen-elemen cerita ini. Bagian ini akan mengeksplorasi relevansi modern cerita ini dari perspektif budaya, sosial, dan akademis.

Relevansi Sosial

Dorothy dan perjalanan emosionalnya di dunia Oz terus menginspirasi masyarakat modern. Karakternya mengajarkan pentingnya keberanian, ketekunan, dan empati dalam menghadapi tantangan kehidupan. Dalam konteks saat ini, Dorothy dapat dilihat sebagai simbol individu yang mencari identitas dan makna di dunia yang semakin kompleks.

Isu-isu sosial yang disinggung dalam cerita ini, seperti alienasi, ketidaksetaraan, dan perjuangan melawan kekuasaan yang korup, tetap relevan. Banyak pembaca modern melihat The Wonderful Wizard of Oz sebagai metafora tentang perjalanan individu dalam mengatasi tekanan sosial, ekonomi, dan politik, sebagaimana ditunjukkan oleh keberanian Dorothy menghadapi Penyihir Jahat dari Barat.

Relevansi dalam Kajian Gender

Dalam wacana feminis modern, Dorothy sering diangkat sebagai ikon kekuatan perempuan. Dalam dunia yang sering kali didominasi oleh karakter pria sebagai pahlawan, Dorothy mewakili sosok perempuan muda yang memimpin dirinya sendiri dan orang lain dengan keberanian. Teori feminis kontemporer, seperti intersectionality yang dikemukakan oleh Crenshaw (1991), melihat Dorothy sebagai representasi dari perempuan yang menghadapi hambatan tetapi tetap mampu memberdayakan dirinya sendiri.

Adaptasi modern dari cerita ini, seperti musikal Wicked (2003), memberikan perspektif baru tentang karakter wanita lain seperti Penyihir Jahat dari Barat, menantang stereotip dan menyoroti kompleksitas karakterisasi dalam cerita asli Baum.

Relevansi Psikologis

Dari perspektif psikologis, perjalanan Dorothy sering kali digunakan sebagai metafora dalam terapi dan pengembangan diri. Konsep hero's journey yang dikemukakan oleh Joseph Campbell (1949) menggambarkan bagaimana individu menghadapi tantangan, menemukan kekuatan internal mereka, dan kembali ke "rumah" dengan pemahaman baru. Cerita ini menawarkan panduan simbolis bagi orang-orang yang berjuang dengan kehilangan, perubahan, atau pencarian makna.

Misalnya, elemen perjalanan Dorothy dapat digunakan dalam terapi naratif, di mana klien melihat hidup mereka sebagai cerita yang dapat diubah atau ditulis ulang. Menemukan kembali kekuatan yang selama ini dimiliki oleh karakter-karakter seperti Dorothy, Scarecrow, dan Tin Woodman adalah refleksi dari potensi manusia untuk mengatasi tantangan.

Warisan dalam Budaya Populer

Adaptasi film The Wizard of Oz (1939) menjadi salah satu karya klasik yang paling berpengaruh, memperkenalkan lagu ikonik "Over the Rainbow," yang melambangkan harapan dan mimpi. Film ini terus dihargai oleh penonton modern dan sering digunakan sebagai simbol dalam diskusi tentang mimpi Amerika (American Dream).

Selain itu, karakter dan elemen dari cerita ini sering direferensikan dalam karya-karya modern seperti film, serial televisi, dan buku. Misalnya, seri Emerald City (2017) mencoba memberikan sudut pandang baru yang lebih gelap dan realistis terhadap dunia Oz. Referensi lain termasuk penggunaan simbol Yellow Brick Road sebagai metafora untuk perjalanan hidup dalam budaya populer.

Analisis Kontemporer: Kritik dan Perspektif Baru

Dalam beberapa dekade terakhir, The Wonderful Wizard of Oz juga menghadapi kritik, terutama dalam konteks kolonialisme dan stereotip budaya. Beberapa akademisi mencatat bahwa representasi Penyihir Jahat dari Barat dan penyelesaian konflik melalui kekerasan bisa dipandang bermasalah.

Namun, cerita ini juga dipuji karena menawarkan ruang interpretasi yang luas, memungkinkan berbagai perspektif untuk muncul. Kajian lingkungan, misalnya, melihat penghancuran dunia Oz sebagai kritik terhadap eksploitasi sumber daya alam. Penelitian kontemporer juga mengeksplorasi bagaimana cerita ini dapat digunakan sebagai alat pendidikan untuk mengajarkan nilai-nilai empati, keadilan, dan keberanian.

Kesimpulan

The Wonderful Wizard of Oz karya L. Frank Baum adalah lebih dari sekadar cerita anak-anak; ia adalah karya yang kaya akan makna simbolis, relevansi sosial, dan warisan budaya. Melalui karakternya yang relatable dan konfliknya yang kompleks, Baum menciptakan narasi yang melampaui batas waktu dan tempat. Analisis melalui berbagai teori sastra, seperti simbolisme, feminisme, dan teori perjalanan pahlawan, menunjukkan bagaimana cerita ini dapat diinterpretasikan dalam konteks yang berbeda-beda, memberikan kedalaman baru kepada pembaca dan penonton di setiap generasi.

Baum tidak hanya menciptakan dunia yang fantastis dan penuh warna di Oz, tetapi juga merefleksikan isu-isu nyata yang masih relevan hingga kini, seperti alienasi, perjuangan identitas, dan keberanian dalam menghadapi otoritas yang korup. Selain itu, karakter Dorothy menjadi simbol kekuatan perempuan yang mandiri, yang relevansinya semakin kuat dalam wacana feminisme kontemporer.

Dampak cerita ini melampaui dunia sastra. Adaptasi film, teater, dan berbagai karya lain telah memperkuat pengaruhnya di budaya populer. The Wonderful Wizard of Oz tidak hanya menginspirasi hiburan tetapi juga menjadi alat pembelajaran di bidang psikologi, pendidikan, dan terapi. Melalui berbagai perspektif analitis, cerita ini tetap hidup sebagai refleksi tentang harapan, keberanian, dan perjalanan untuk menemukan makna diri.

Namun, penting juga untuk mengakui kritik kontemporer terhadap cerita ini, yang mencakup potensi stereotip dan representasi yang dapat ditafsirkan sebagai masalah dalam konteks modern. Meski demikian, ruang interpretasi yang luas yang ditawarkan oleh cerita ini memungkinkan diskusi kritis yang mendalam, menjadikannya relevan untuk pembaca modern.

Sebagai penutup, The Wonderful Wizard of Oz tetap berdiri sebagai salah satu karya sastra yang paling dicintai di dunia, memberikan pelajaran moral dan hiburan bagi banyak generasi. Keberanian Dorothy, kreativitas Baum, dan keabadian pesan yang terkandung di dalamnya menjadikan karya ini tidak hanya sebagai sebuah cerita, tetapi juga sebagai cermin bagi masyarakat dan individu dalam menghadapi tantangan mereka sendiri.

Referensi

Baum, L. F. (1900). The Wonderful Wizard of Oz. George M. Hill Company.

Bettelheim, B. (1976). The uses of enchantment: The meaning and importance of fairy tales. Vintage Books.

Booker, C. (2004). The seven basic plots: Why we tell stories. Continuum.

Campbell, J. (2008). The hero with a thousand faces (3rd ed.). New World Library.

Gilbert, S. M., & Gubar, S. (2000). The madwoman in the attic: The woman writer and the nineteenth-century literary imagination (2nd ed.). Yale University Press.

Griffiths, M. (2014). The representation of women in The Wonderful Wizard of Oz: A feminist perspective. Children's Literature Association Quarterly, 39(3), 287--303. https://doi.org/10.1353/chq.2014.0035

Kidd, D. C., & Castano, E. (2013). Reading literary fiction improves theory of mind. Science, 342(6156), 377--380. https://doi.org/10.1126/science.1239918

Nikolajeva, M. (1996). Children's literature comes of age: Toward a new aesthetic. Routledge.

Propp, V. (1968). Morphology of the folktale (2nd ed.). University of Texas Press.

Staines, D. (2004). The adult presence in children's literature. Routledge.

Tatar, M. (2009). Enchanted hunters: The power of stories in childhood. W. W. Norton & Company.

Turner, V. (1969). The ritual process: Structure and anti-structure. Aldine Publishing.

Wolosky, S. (2010). The art of poetry: How to read a poem. Oxford University Press.

Zipes, J. (1999). When dreams came true: Classical fairy tales and their tradition. Routledge.

Zipes, J. (2006). Why fairy tales stick: The evolution and relevance of a genre. Routledge.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun