Mohon tunggu...
Oselly Tessalonika Napitupulu
Oselly Tessalonika Napitupulu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Calon Guru Universitas Indraprasta PGRI

Saya adalah mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI, program studi Pendidikan Profesi Guru (PPG), yang tengah mempersiapkan diri sebagai calon guru profesional. Saya memiliki komitmen untuk menjadi pendidik yang inovatif, inspiratif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Dengan latar belakang di bidang pendidikan, saya berupaya menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan berbasis diferensiasi guna mendukung keberagaman peserta didik. Saya percaya bahwa pendidikan memiliki peran besar dalam membentuk karakter dan masa depan generasi muda, sehingga saya bertekad untuk menjadi guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing dan menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Keterampilan Abad ke-21 Siswa di Indonesia

4 Januari 2025   17:08 Diperbarui: 4 Januari 2025   17:03 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Dalam dunia pendidikan, tantangan utama yang sering dihadapi oleh guru adalah bagaimana menyesuaikan metode pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Salah satu pendekatan yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah Teaching at The Right Level (TaRL) (Saputra et al., 2024). Konsep ini memiliki kesamaan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang telah mulai diterapkan dalam berbagai sistem pendidikan termasuk di Indonesia.

            Teaching at the Right Level (TaRL) adalah pendekatan pedagogis berbasis bukti yang dikembangkan oleh Pratham Education Foundation untuk meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi dasar bagi siswa kelas 3-5. TaRL mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan belajar mereka, bukan berdasarkan kelas atau usia, dan menggunakan metode pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap kelompok (Borgonovi & Pál, 2016).

            Pendekatan ini berawal dari program remedial Pratham pada akhir 1990-an dan berkembang melalui serangkaian uji coba terkontrol secara acak (RCT) yang dilakukan bersama J-PAL antara 2001 dan 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TaRL efektif dalam meningkatkan hasil belajar ketika diterapkan oleh staf Pratham maupun melalui kemitraan dengan pemerintah. Metode ini kini telah diadopsi di berbagai Negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.

Faktor utama yang mendukung keberhasilan TaRL meliputi:

  • Budaya organisasi Pratham yang berfokus pada pembelajaran dan dampak skala nasional melalui keterlibatan dengan komunitas dan pembuat kebijakan.
  • Kemitraan jangka panjang dengan lembaga penelitian, seperti J-PAL, untuk menguji efektivitas program, menyusun prinsip-prinsip inti TaRL, dan mengidentifikasi strategi implementasi yang skalabel.
  • Laporan Tahunan Status Pendidikan (ASER) yang meningkatkan kesadaran nasional tentang rendahnya tingkat pembelajaran dan mendorong permintaan solusi berbasis bukti dari pemerinta.
  • (Borgonovi & Pál, 2016)

Pendekatan TaRL memiliki beberapa langkah utama:

  • Asesmen Diagnostik Awal: Guru menilai kemampuan dasar siswa dalam literasi dan numerasi.
  • Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan: Siswa dikelompokkan sesuai dengan tingkat pemahamannya, bukan berdasarkan kelas atau usia.
  • Pembelajarannya yang Disesuaikan: setiap kelompok mendapatkan metode dan materi pembelajaran yang sesuai dengan tingkat mereka.
  • Evaluasi Berkala: Kemajuan siswa dipantau secara berkala untuk memastikan peningkatan pemahaman dan pergeseran kelompok jika diperlukan.
  • (Saputra et al., 2024)

            TaRL dan pembelajaran berdiferensiasi memiliki kesamaan dalam hal memahami bahwa siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda dan memerlukan strategi pembelajaran yang sesuai. Namun, perbedaan utamanya terletak pada fokus TaRL yang lebih spesifik dalam peningkatan literasi dan numerasi dasar, sedangkan pembelajaran berdiferensiasi lebih luas dalam penerapannya di berbagai mata pelajaran dan aspek pendidikan.

D. Manfaat TaRL dan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam pembelajaran

  • Meningkatkan Hasil Belajar: Siswa mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahamannya, sehingga lebih mudah memahami materi.
  • Mengurangi Kesenjangan Akademik: Siswa yang tertinggal dapat mengejar ketertinggalannya tanpa harus merasa tertekan oleh kurikulum kelas reguler.
  • Meningkatkan Motivasi dan Kepercayaan Diri Siswa: Siswa merasa lebih dihargai dan tidak takut tertinggal karena mendapatkan perhatian sesuai kebutuhan mereka.
  • Meningkatkan Efektivitas Pengajaran: Guru dapat lebih fokus dalam memberikan bimbingan yang tepat sasaran.
  • (Saputra et al., 2024)

            TaRL mengedepankan prinsip menyesuaikan pengajaran dengan tingkat pemahaman siswa, bukan hanya mengikuti kurikulum yang ditetapkan berdasarkan usia atau tingkat kelas. Hal ini sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan di Indonesia, dimana siswa dalam satu kelas seringkali memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Beberapa siswa mungkin sudah menguasai materi sesuai kelasnya, sementara yang lainnya masih kesulitan dengan konsep-konsep dasar. Dalam hal ini, pendekatan TaRL membantu tantangan tersebut dengan memfokuskan pada pemahaman setiap siswa dan memberikan materi yang sesuai dengan tingkat kemampuannya.

E. Integrasi dengan Kurikulum Merdeka dan Tantangan Implementasi

            Penerapan TaRL dimulai dengan asesmen untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Asesmen ini membantu dalam pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan mereka, bukan hanya berdasarkan usia atau tingkat kelas. Pengelompokan ini bersifat fleksibel, artinya siswa dapat berpindah antar kelompok sesuai dengan perkembangan mereka. Hal ini memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, dan memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap konsep-konsep yang belum dikuasai.

            Di Indonesia, TaRL dapat diintegrasikan dengan Kurikulum Merdeka, yang juga menekankan pembelajaran berbasis kompetensi dan berfokus pada kebutuhan siswa. Pendekatan ini sejalan dengan tujuan Kurikulum Merdeka untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21, serta memberikan ruang bagi pendekatan yang lebih fleksibel dan disesuaikan dengan perkembangan siswa. Inisiatif Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru sangat penting dalam mendukung implementasi TaRL. Guru yang terlatih dalam menilai tingkat pemahaman siswa dan mengadaptasi materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mereka akan sangat mendukung keberhasilan pendekatan ini (Ananda, I.I. Ulfa, J.F., & Yorianda, 2024).

            Meskipun penelitian tentang penerapan TaRL di Indonesia masih terbatas, beberapa studi telah menunjukkan hasil yang positif. Sebagai contoh, penelitian di Jawa Barat menunjukkan peningkatan motivasi, keterlibatan, dan pencapaian akademik siswa yang menggunakan pendekatan TaRL (Ananda, I.I. Ulfa, J.F., & Yorianda, 2024). Namun, tantangan utama dalam implementasi TaRL dan juga pembelajaran berdiferensiasi adalah kebutuhan akan pelatihan guru yang memadai. Guru perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman siswa, merancang pengajaran yang sesuai, serta menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan interaktif. Selain itu, sesuai alokasi sumber daya yang cukup, baik dalam hal materi ajar, alat evaluasi, dan infrastruktur, juga sangat penting untuk mendukung penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan juga pendekatan TaRL secara efektif.

            Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan secara luas dan berkelanjutan, keterlibatan semua pihak, termasuk sekolah, orang tua, dan komunitas, sangat diperlukan. Kerja sama antara sekolah dengan orang tua dan komunitas lokal akan memudahkan penyesuaian pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan TaRL, yang dapat disesuaikan dengan konteks budaya dan sosial siswa, sehingga lebih relevan dan efektif. Hal ini sejalan dengan prinsip Culturally Responsive Teaching (CRT). Selain itu, reformasi kebijakan pendidikan untuk mendukung penerapan pembelajaran berdiferensiasi, seperti penyesuaian kurikulum dan evaluasi yang lebih berfokus pada perkembangan siswa serta pencapaian kompetensi, bukan hanya berdasarkan standar nilai yang kaku.

KESIMPULAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun