Mohon tunggu...
Oselly Tessalonika Napitupulu
Oselly Tessalonika Napitupulu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Calon Guru Universitas Indraprasta PGRI

Saya adalah mahasiswi Universitas Indraprasta PGRI, program studi Pendidikan Profesi Guru (PPG), yang tengah mempersiapkan diri sebagai calon guru profesional. Saya memiliki komitmen untuk menjadi pendidik yang inovatif, inspiratif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Dengan latar belakang di bidang pendidikan, saya berupaya menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan berbasis diferensiasi guna mendukung keberagaman peserta didik. Saya percaya bahwa pendidikan memiliki peran besar dalam membentuk karakter dan masa depan generasi muda, sehingga saya bertekad untuk menjadi guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing dan menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi Untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Keterampilan Abad ke-21 Siswa di Indonesia

4 Januari 2025   17:08 Diperbarui: 4 Januari 2025   17:03 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN

                Paradigma pendidikan di abad ke-21 menurut peserta didik untuk menguasai berbagai keterampilan. Salah satu keterampilan yang menjadi indikator penting dalam evaluasi adalah literasi sains. Berdasarkan survei PISA 2022, kemampuan literasi sains siswa Indonesia tergolong rendah dibandingkan 81 negara lainnya, dengan peringkat ke-67 (Sakung et al., 2025).

            Pendidikan adalah aspek fundamental dalam membentuk karakter dan kecerdasan individu. Hal ini menjadi sangat penting, terutama di era modern yang penuh dengan perkembangan teknologi dan informasi yang pesat. Dalam konteks ini, kualitas pendidikan harus mampu menjawab tantangan zaman dan menghasilkan individu yang tidak hanya kompeten dalam bidang akademik tetapi juga memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan kehidupan sosial.

            Di Indonesia, pendidikan menghadapi tantangan besar dalam menciptakan sistem yang mampu menyiapkan siswa untuk masa depan. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana menciptakan pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi beragam kemampuan dan minat siswa. Kondisi ini semakin diperparah dengan kesenjangan dalam kualitas pendidikan di berbagai daerah, serta metode pembelajaran yang belum sepenuhnya adaptif terhadap perkembangan zaman. Disinilah peran penting pendidikan berdiferensiasi, yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan masing-masing siswa (Subban, 2016).

            Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini adalah penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Pendekatan pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih personal dan relevan bagi siswa, dengan memperhatikan keberagaman dalam kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar. Melalui pembelajaran berdiferensiasi siswa dapat memperoleh kesempatan untuk belajar sesuai dengan tingkat pemahaman dan minat mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Pembelajaran ini dapat diintegrasikan dengan pendekatan Teaching at The Right Level (TaRL), yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan literasi dan numerasi dasar di berbagai Negara.

            Artikel ini akan membahas penerapan pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan literasi sains dan keterampilan abad ke-21 siswa di Indonesia, serta mengkaji bagaimana pendekatan TaRL dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut.

A. Masalah Literasi Sains di Indonesia

                Rendahnya tingkat literasi sains di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain budaya sekolah dan lingkungan yang belum mendukung kegiatan yang mendorong siswa untuk menganalisis, berpikir kritis, serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari (Huryah et al., 2017). Selain itu, metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) turut berkontribusi pada rendahnya minat siswa dalam mempelajari IPA. Oleh karena itu, pendidik perlu memilih model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat lebih aktif, kreatif, inovatif, dan menikmati proses pembelajaran.

B. Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi 

            Sebagai solusi dari permasalahan tersebut, strategi pembelajaran berdiferensiasi menjadi salah satu pendekatan yang dapat diterapkan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi mampu meningkatkan hasil belajar siswa (Sakung et al., 2025; Huryah et al., 2017; Puspita et al., 2024). Pendekatan ini mempertimbangkan keberagaman peserta didik berdasarkan tiga aspek utama, yaitu kesiapan belajar, minat, dan profil belajar.

            Kesiapan belajar siswa berkaitan erat dengan pemahaman guru bahwa setiap peserta didik memiliki potensi untuk berkembang, baik secara fisik, mental, maupun intelektual. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui kesiapan awal siswa sebelum menyusun strategi pembelajaran yang sesuai. Selanjutnya, minat belajar memiliki peran penting sebagai faktor motivasi dalam proses belajar. Guru dapat menanyakan kepada peserta didik mengenai hobi, mata pelajaran favorit, atau bidang yang menarik minat mereka, sehingga mereka lebih antusias dalam mempelajari materi.

            Profil belajar siswa menggambarkan metode pembelajaran yang paling mereka sukai (Saputri et al., 2021). Profil ini dapat dipengaruhi oleh pola pikir, kecerdasan spesifik, latar belakang budaya, dan faktor lainnya. Kecenderungan belajar siswa dapat dikategorikan menjadi tiga gaya utama, yaitu: (a) Visual, yaitu gaya belajar yang mengandalkan penglihatan untuk memahami materi; (b) Auditori, yaitu metode belajar dengan mengutamakan kemampuan mendengar sebagai cara utama dalam menyerap informasi; dan (c) Kinestetik, yakni gaya belajar yang melibatkan aktivitas fisik dan ekspresi gerakan untuk memahami materi lebih baik. Siswa dengan gaya belajar kinestetik cenderung lebih unggul dalam aspek fisik dan menikmati kegiatan pembelajaran yang lebih interaktif (Sakung et al., 2025).

            Dalam pembelajaran berdiferensiasi, terdapat tiga aspek utama yang berada dalam kendali guru, yaitu: (1) Konten, yaitu materi yang menjadi fokus pembelajaran; (2) Proses, yang mencakup bagaimana siswa memahami dan memaknai materi yang dipelajari melalui berbagai metode pembelajaran; dan (3) Produk, yaitu hasil akhir yang dihasilkan oleh siswa dalam berbagai bentuk, seperti tulisan, pidato, rekaman, diagram, atau karya lain yang dapat diukur dan dinilai.

C. Teaching at The Right Level (TaRL)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun