Mohon tunggu...
Yosep Mau
Yosep Mau Mohon Tunggu... Penulis - Debeo Amare

Hic et Nunc

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah Itu Hilang

28 Februari 2024   12:00 Diperbarui: 28 Februari 2024   12:07 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tepian tebing terukir kisah

tentang waktu kecilku dulu

katanya "tebing ini adalah saksi bisu

yang bisa ungkapkan kepedihan hati

andai dapat ia lakukan, sayangnya nihil

Aku dilahirkan pada tahun dan masa pecahnya persaudararan;

akibat bengisnya rezim kemerdekaan kala itu

aku dibopong dalam selimut kain peluh 

berlumuran bubuk mesiu dan keringat darah 

yang membanjiri pori-pori kulit detak nadi pengharapanku

Dingin dan panas kutembusi, sebagai satu-satunya jalan

menuju hidup baru. Di seberang kali sana rumahku berada

Takdir hidup tak ada yang tahu

pikir tak selamanya sejalan,

di sanalah rumahku dibakar dalam dingin udara malam

Panas api meruntuhkan dingin, membungkam jeritan suara Mama dan Papa

rumahku habis, sirna ditelan udara malam

sembari kumenatap dalam diam wajah Mama dan Papa pergi

pergi bersama puing-puing rumah, membawa luka dan duka rezim ini

semua telah gugur jatuh di tebing ini, hilang dan sirna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun