Dingin dan panas kutembusi, sebagai satu-satunya jalan
menuju hidup baru. Di seberang kali sana rumahku berada
Takdir hidup tak ada yang tahu
pikir tak selamanya sejalan,
di sanalah rumahku dibakar dalam dingin udara malam
Panas api meruntuhkan dingin, membungkam jeritan suara Mama dan Papa
rumahku habis, sirna ditelan udara malam
sembari kumenatap dalam diam wajah Mama dan Papa pergi
pergi bersama puing-puing rumah, membawa luka dan duka rezim ini
semua telah gugur jatuh di tebing ini, hilang dan sirna.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!