Mohon tunggu...
Yosep Mau
Yosep Mau Mohon Tunggu... Penulis - Debeo Amare

Hic et Nunc

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Evidensi Bahasa Sebagai Instrumen Keindahan

31 Oktober 2022   23:41 Diperbarui: 1 November 2022   00:08 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Implementasi adalah tindakan nyata atau bukti bahwa apa yang dipikirkan oleh manusia telah diterima dan pantas untuk digunakan tanpa adanya intervensi dari pihak manapun.

Tiga cara pembuktian evidensi bahasa di atas tidak menutup kemungkinan ada pembuktian-pembuktian yang lain, tetapi secara garis besar saya ingin mengatakan bahwa inilah sumber dari mana bahasa itu berasal.

Setalah pembuktian atas evidensi bahasa maka, penalaran terhadap bahasa membuka panggung di mana manusia saling memahami melalui interaksi bahasa. Di sini bahasa mengambil peran sebagai instrument atau alat penghubung dari satu manusia kepada manusia yang lain. Acapkali pemahaman ini diartikan dalam istilah "komunikasi".

Agaknya istilah ini memiliki akar kata dari bahasa latin; communere (bersama). Bersama mewujudkan suatu cita atau impian secara bersama. Dalam perspektif atau pandangan ini, bahasa mengalami perkembangan bahwasanya, apa yang dipikirkan oleh satu orang, kini mampu dimengerti oleh orang lain.

Dengan pengalaman ini, telah membuktikan bahwa bahasa memiliki potensi untuk menyatukan buah pikiran dan yang dihasilkan dari pikiran itu sejatinya adalah keindahan itu sendiri. Dengan kata lain, potensi dari bahasa adalah actus dari keindahan cara berpikir manusia.

Terhadap persoalan-persoalan ini, hemat saya penggunaan bahasa tidak terlepas dari apa yang disebut konteks si pengguna. Orang bisa saja mempopulerkan bahasa daerahnya di tempat lain dan itu akan menjadi bahasa yang umum ketika semua menerima bahasa tersebut, tetapi hanya berlaku di daerah itu. Hal serupa terjadi dengan istilah-istilah modern saat ini. 

Misalnya "baper" ini adalah istilah baru, tetapi oleh karena perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di dalam revolusi industri 4.0 menjelang dan bahkan sudah terjadi 5.0, masyarakat Indonesia dalam hitungan detik mengetahui arti dari istilah "baper".  

Ini bukan "kaleng-kaleng" kata masyarakat Indonesia dewasa ini,  tetapi  sangat luarbiasa, oleh karena itu sebagai seorang Indonesia yang multi budaya dan etnis, saya berharap sekalipun banyak bermunculan istilah-istilah baru, hendaknya perlu adanya penyaringan ataupun analisis bahasa yang tidak hanya termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tetapi juga dalam Tesaurus, agar keindahan dalam berbahasa Indonesia itu bisa dilihat, didengar dan dirasakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun