Akhir-akhir ini banyak orang selalu membahas tentang "bahasa". Sepertinya ada banyak hal yang mempengaruhi pembahasan ini, dimana beredar istilah-istilah yang tidak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), namun oleh karena satu dua alasan, secara sengaja menulisnya dan mengadakannya dalam KBBI. Luar biasa bukan? Tentu tidak hanya sekedar luar biasa melainkan, sangat universal karena berhubungan erat dengan apa yang disebut bahasa.
Sebelum kita masuk lebih jauh tentang bahasa, mari kita mengenal sekilas tentang jembatan yang menghubungkan evidensi dan bahasa. Sebagai manusia yang memiliki akal sejatinya dia akan berpikir tentang sesuatu.Â
Dan sesuatu itu adalah evidensi. Apa artinya? Artinya bahwa apa yang dipikirkan oleh manusia dari akal adalah fakta bahwa dia menggunakan apa yang disebut sensor motoric untuk mengungkapkan sesuatu. Dan sesuatu yang ingin diungkapkan adalah bahasa. Singkat kata 'bahasa' adalah fakta yang sudah ada dalam pikiran.
Persoalan lain yang muncul adalah bagaimana bahasa yang adalah fakta dalam pikiran itu dibuktikan? Pembuktian atas evidensi bahasa melibatkan beberapa cara antara lain:
1. Pengertian
Pengertian mangacu kepada pemahaman tentang konsep-konsep yang lahir dan ada dalam alam berpikirnya manusia. Contohnya konsep tentang "pergi" pergi adalah kata yang ada dalam alam berpikir manusia dan telah memiliki arti yang juga lahir dari pikiran manusia itu sendiri.
2. Kesepakatan
Kesepakatan merupakan usaha bersama untuk menerima ataupun menolak konsep-konsep yang lahir dari alam berpikir  manusia. Contohnya "pergi" kata pergi yang telah lahir dari satu alam berpikir, itu didiskusikan untuk bersama memutuskan arti yang sesuai.Â
Jika "pergi" memiliki arti datang, dan ini diputuskan sejak awal, maka arti ini pastinya digunakan sampai saat ini. Begitupun sebaliknya, ketika keputusan atas konsep "pergi" mengandung arti bergerak menjauhi subjek, maka inilah yang digunakan.
3. Implementasi
Implementasi adalah tindakan nyata atau bukti bahwa apa yang dipikirkan oleh manusia telah diterima dan pantas untuk digunakan tanpa adanya intervensi dari pihak manapun.
Tiga cara pembuktian evidensi bahasa di atas tidak menutup kemungkinan ada pembuktian-pembuktian yang lain, tetapi secara garis besar saya ingin mengatakan bahwa inilah sumber dari mana bahasa itu berasal.
Setalah pembuktian atas evidensi bahasa maka, penalaran terhadap bahasa membuka panggung di mana manusia saling memahami melalui interaksi bahasa. Di sini bahasa mengambil peran sebagai instrument atau alat penghubung dari satu manusia kepada manusia yang lain. Acapkali pemahaman ini diartikan dalam istilah "komunikasi".
Agaknya istilah ini memiliki akar kata dari bahasa latin; communere (bersama). Bersama mewujudkan suatu cita atau impian secara bersama. Dalam perspektif atau pandangan ini, bahasa mengalami perkembangan bahwasanya, apa yang dipikirkan oleh satu orang, kini mampu dimengerti oleh orang lain.
Dengan pengalaman ini, telah membuktikan bahwa bahasa memiliki potensi untuk menyatukan buah pikiran dan yang dihasilkan dari pikiran itu sejatinya adalah keindahan itu sendiri. Dengan kata lain, potensi dari bahasa adalah actus dari keindahan cara berpikir manusia.
Terhadap persoalan-persoalan ini, hemat saya penggunaan bahasa tidak terlepas dari apa yang disebut konteks si pengguna. Orang bisa saja mempopulerkan bahasa daerahnya di tempat lain dan itu akan menjadi bahasa yang umum ketika semua menerima bahasa tersebut, tetapi hanya berlaku di daerah itu. Hal serupa terjadi dengan istilah-istilah modern saat ini.Â
Misalnya "baper" ini adalah istilah baru, tetapi oleh karena perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi di dalam revolusi industri 4.0 menjelang dan bahkan sudah terjadi 5.0, masyarakat Indonesia dalam hitungan detik mengetahui arti dari istilah "baper". Â
Ini bukan "kaleng-kaleng" kata masyarakat Indonesia dewasa ini,  tetapi  sangat luarbiasa, oleh karena itu sebagai seorang Indonesia yang multi budaya dan etnis, saya berharap sekalipun banyak bermunculan istilah-istilah baru, hendaknya perlu adanya penyaringan ataupun analisis bahasa yang tidak hanya termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tetapi juga dalam Tesaurus, agar keindahan dalam berbahasa Indonesia itu bisa dilihat, didengar dan dirasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H