SABTU jelang senja, 31 Agustus 2024, saya berada di sebuah bukit di pantai Pulisang, Teluk Likupang, Sulawesi Utara. Air laut berkilau.Â
Persis yang dikatakan oleh Deputi Bidang Pemasaran Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf) Ni Made Ayu Marthini dua minggu sebelumnya. Tempat ini bagai di kayangan di atas awan dan dikelilingi gunung gemunung dan lautan jernih.
Senin sore, 9 September 2024, saya menemui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menperparkraf) Sandiaga Uno di kantornya di Jalan Merdeka Barat, Jakarta.Â
Politisi usia 55 tahun ini bercerita, ketika tiba kaki bukit Desa Pulisang ini dia tiba-tiba ingin berlari ke atas bukit kayangan itu. Banyak orang mengatakan Sandiaga Uno termasuk menteri bidang pariwisata yang cukup cemerlang.
Bersama, sekitar satu setengan jam calon wakil presiden (calon presidennya Prabowo Subianto) dalam pemilihan tahun 2019 itu mencapai puncak bukit bersama 15 orang lainnya. Ketika mulai berlari Wakil Gubernur Jakarta 2017 - 2018 itu diiringi sekitar 50 orang.Â
"Saya kuat lari karena sejak kecil saya suka olahraga renang, karate dan basket," ujar alumni SMA Pangudi Luhur Jakarta yang lahir di Rumbai, Pekabaru, Riau, 28 Juni 1969.
Di puncak bukit itu, Sandiaga Uno berlari lagi menuruni bukit dan kemudian terjun, berenang, di laut di pantai yang bening bagaikan kaca tembus pandang yang membuat orang bisa menikmati dasar laut di pantai penuh pesona itu.Â
"Saya melakukan hal ini secara spontan karena kekaguman atas alam wilayah ini, juga untuk memicu wisata olahraga negeri ini yang tahun lalu berhasil menghasilkan uang sekitar 18, 9 trilyun tahun 2023 lalu. Ini penting untuk kemakmuran masyarakat, " ujar mantan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Sandiaga Uno mengatakan, wilayah Likupang dan sekitarnya ini menjadi salah satu tujuan wisata prioritas di Indonesia, antara lain karena alam laut, gunung serta punya flora dan fauna menarik.Â
"Kuliner di sini juga cukup menarik wisatawan, utamanya, dari Cina. Di sini ada menu tinutuan atau bubur Manado, cakalang fufu dan sambal roa. Saya suka menu sehat seperti tinutuan, campuran bubur sayur gedi, kagkung, keladi dan lain-lainnya," ujar Sandiaga Uno.
Sandiaga Uno memberi apresiasi tinggi pada Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan segenap jajarannya di pemerintahan provinsi maupun kabupaten dan kota yang aktif memajukan dunia wisata di provinsi tersebut. "Saya salut kepada Pak Olly," ujarnya.
Penjaringan wisata dari Sulut, kata Sandiaga, cukup signifikan, antara lain di Syanghai, Korea, Belanda, Jerman dan bahkan sampai New York. Seperti Sulut Expo di New York.Â
"Untuk acara di New York saya antara lain mengatakan Manado ini sebagai salah satu pintu gerbang bagi turisme kelas dunia, setelah Bali, Jakarta dan Kepri (Kepulauan Riau)," ujar Sandiaga Uno.
Saya (penulis) tertarik pada Likupang bukan hanya karena "iming-iming" dari Ni Ayu Made Marthini yang pernah berdiri di atas puncak bukit di Teluk Pulisan, Likupang.Â
Tapi nama Likupang di dunia internasioanl sudah menggema di bumi ini karena buku sejarah Nusantara (The Malay Archipelego) karya penjelajah dan ilmuwan terkenal asal Inggris, Alfred Russel Wallace, yang diterbitkan tahun 1869. Ia berada di Likupang setelah menjelajah ke Tomohon, Sulawesi Utara) bulan Agustus sampai September 1859.
Peneliti dan penulis tentang flora, fauna, dan budaya Nusantara ini terkenal dengan paparan teori tentang distribusi geografis spesies-spesies hewan dan tumbuh-tumbuhan serta budaya masyarakat di Nusantara. Dengan ini ia terkenal sampai 165 tahun kemudian dan mungkin sampai nanti. Ia yang menciptakan"Wallace Line" atau garis imajiner Walllace.
Alfred Russel Wallace berada di hutan belantara Likupang 165 tahun lalu. Ia mengatakan di wilayah itu ada hutan rotan sangat lebat, selain banyak jenis pohon yang tidak kelihatan oleh mata telanjang sampai pohon raksasa di situ. Sebelumnya ia mencari burung penuh misteri, Maleo, tapi di Likupang, ia menemui Anoa, babi hutan dan sapi hutan.
Sabtu malam Minggu itu, saya menyelusuri sebagian hutan dengan pohon-pohon tinggi, alang-alang serta pohon-pohon raksasa (bukan pohon manggrov) di pantai pasir putih lembut pantai Pulisan.Â
Saya diantar seninam asal Jakarta yang berjaga di kawasan wisata itu, yang mengaku bernama Bogie (pernah jadi jurnalis televisi di Jakarta). Ia membawa saya menyaksikan ampiteater di bukit alang-alang dan mendaki puncak bukit untuk memandang laut lepas. Di situ saya merasa bersama Alfred Russel Wallace, 165 tahun lalu.
Namun ketika berada di kawasan hutan pantai saya terganggu oleh pesanan teman saya di Jakarta asal Minahasa beberapa waktu lalu. Ia mengharapkan saya untuk menjualkan sebidang tanah miliknya yang ada di pantai sekitar kawasan tujuan wisata prioritas situ.Â
Katanya, dia perlu uang untuk program doktornya di sebuah universitas terkenal di Jakarta. Saya jadi ingat pula pada pernyataan teman saya asal Labuan Bajo, salah satu tujuan wisata prioritas di Flores, Nusa Tenggara Timur. Jual beli tanah banyak terjadi di kawasan yang dibuka dan dicanangkan sebagai kawasan tujuan wisata.
Dunia wisata di sisi lain adalah sebagai saluran berita adanya "banyak masalah kepemilikan tanah" di kawasan tujuan wisata Nusantara.
Rekan saya, Ni Made Ayu Marthini yang pernah menjadi Atase Perdagangan Indonesia di Washington DC, Amerika Serikta dan pernah menjadi Direktur Perundingan Bilateral Kementrian Perdagangan awal Agustus lalu mengatakan kepada saya, tata kelola tanah-tanah di kawasan wisata ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah.
Sabtu malam Minggu, tanggal 31 Agustus itu saya meninggalkan Likupang melintasi banyak kampung dan jalan berliku serta panorama indah. Tapi hampir tidak bisa menemukan warung untuk makan (karena belum makan siang).Â
Sampai di Manado, di pantai kawasan Mega Mal yang konon sebagai mal terpanjang di Indonesia ini, saya menghadiri acara peryaan kemerdekaan RI yang ditandai dengan kehadiran 50 orang dari Keraton Surakarta (Solo) Hadiningrat sebagai tamu Gubernur Sulut dan Ny Rita Dondokambey Tamuntuan yang telag bergelar sebagai Kanjeng Pangeran Arya Dharmanegara dan Mas Ayu Dharmaningtyas. Manado dan Solo menyatu dalam seni budaya. Ini Nusantara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H