Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan (Seri 1): Manado, Sulut, dan Don

22 Maret 2024   12:45 Diperbarui: 23 Maret 2024   17:03 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey minum air kelapa muda di halaman tempat tinggalnya di Kolongan, Manado, Sulaweai Utara, Rabu, 20 Maret, 2024 

Selasa sore, sekitar jam 15.00 Wita, saya bersama seorang teman, Gyono, mendarat di Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.

Cuaca cerah. Bandar udara ini megah, mewah, modern. Banyak orang bilang, ini karya Olly Dondokambey, gubernur Sulut sejak tahun 2016 hingga nanti.

Olly Dondokambey, belum lama ini menerima penghargaan pena emas dari Persatuan Wartawan Indonesia karena jasa-jasanya mendorong kemajuan pers di Sulawesi Utara.

Olly mengatakan, dalam memimpin Sulawesi Utara ia bermitra baik dengan para wartawan.

"Dari para wartawan saya bisa mendengarkan kritik dan laporan terbuka tentang kehidupan provinsi ini. Saya tidak bisa banyak mendengarkan laporan lugas dari para pegawai saya, karena mereka mungkin takut melaporkan kekurangan yang ada atau tidak berani mengkritik," ujar Olly ketika menerima hadiah pena emas.

Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, menerima penghargaan penas emas dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta, Kamis 7 Desember 2023
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, menerima penghargaan penas emas dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta, Kamis 7 Desember 2023

Langit ditutup awan putih, kelabu dan ada berkas-berkas merah

Sepanjang perjalanan dari bandar udara di Mapanget sampai Kota Manado ditandai suasana sakral masa puasa.

Nampak sebagian masyarakat membuka warung-warung menjual kolak dan minuman segar untuk mereka yang akan buka puasa.

Manado dan Sulawesi Utara terkenal sebagai tanah Kawanua, rukun, relasi antar agama cukup bagus, saling menghormati dengan tulus.

Suasana Pasar Beriman, Tomohon, 30 kilometer selatan Manado, menjelang buka puasa, Rabu, 20 Maret 2024.
Suasana Pasar Beriman, Tomohon, 30 kilometer selatan Manado, menjelang buka puasa, Rabu, 20 Maret 2024.

Jam 15.30 Wita, saya dan Gyono, dibantu teman lama, Chandra Pateh, masuk Hotel Three R, di kawasan Wowonasa, Manado. Tentang hotel sederhana ini akan saya bahas dalam tulisan lain nanti.

Dari hotel mungil di sebuah jalan tidak lebar di Manado ini saya mengadakan perjalanan ke Tondano, Ibu Kota Minahasa, sekitar 30 kilometer selatan Manado.

Dengan sebuah mobil yang dikendarai rekan, Edo Pongoh, asal Paslaten Tomohon, kami menyusuri jalan berliku, berkelak-kelok, naik turun gunung sambil menikmati musik alam yang diciptakan dari suara desau pepohonan sepanjang jalan.

Kami melintasi kampung-kampung, seperti Koka, Kembes, Rumengkor, Sulukan dan sampai di desa Tonsaru, Tondano, yang berdiri di sisi sebuah danau dikelilingi gunung-gemunung bermandikan warna merah pelangi. Di kawasan Tondano, banyak mata air yang airnya panas dan mengandung belerang.

Menjelang tengah malam, saya bersama teman-teman meninggalkan Tondano kembali ke Manado. Melintasi Kota Tomohon yang punya gunung penuh mitos yang legendaris, yakni Lokon dan Mahawu. Kemudian melewati Kinilo, Tinoor, Pineleng yang punya makam pahlawan nasional Imam Bonjol. Perjalanan pulang ke Manado ini ditandai dengan orkestra indah, musik "rie-rie" (serangga yang tiap menjelang malam mengeluarkan suara) yang bisa membawa kita untuk berkontemplasi tentang alam.

Tanah Minahasa ini memang tanah yang terberkati. Para pemimpin tanah ini, Sulawesi Utara, cukup andal membawa penduduknya ke kehidupan yang rukun dan makmur.

Hermawan Kartajaya, seorang pakar pemasaran atau marketing yang tinggal di Jakarta, mengatakan Sulawesi Utara beruntung dipimpin Olly Dondokambey, yang akrab disapa Don oleh rekan-rekannya di Jakarta.

Don, kata Hermawan, adalah seorang politisi, jago marketing, manajer dan pelobi andal yang menciptakan Sulawesi Utara menjadi salah satu surga para turis dalam dan luar negeri di bumi Nusantara ini.

Don bukan malaikat. Dia adalah manusia. Punya kekurangan. Tapi dia juga punya kelebihan. Berkat dia, Manado dan Sulawesi Utara jadi wilayah yang banyak dilirik para investor asing untuk menanamkan modalnya di negeri di ujung utara Nusantara ini.

Don juga banyak disebut sebagai tokoh karismatik yang bisa memperlihatkan Sulawesi Utara adalah tanah kerukunan antar agama dan suku.

Tidak lama lagi Don akan melepaskan kursi gubernurnya (2025). Hermawan Kartajaya punya visi. Ia berharap apa yang telah diletakan Don di Sulawesi Utara ini diteruskan oleh penggantinya. Penggantinya harus sevisi dengan Don. Siapakah dia?

Tentu bukan mereka yang tinggal di Jakarta dengan pongah dan "tidak tahu malu" memasang baliho besar tentang dirinya sendiri di beberapa kawasan di Manado dan sekitarnya. Jangan sampai baliho-baliho besar hanya jadi sampah saja, ya.

Suasana politik usai pemilihan presiden dan anggota parlemen di kawasan ini masih hangat, masih jadi pembicaraan di mana-mana.

Seorang wakil menteri dan seorang pensiunan jenderal polisi telah tumbang, tidak terpilih dalam pemilihan anggota Dewan Perwakilan (DPR RI). Ini jadi pembicaraan di provinsi ujung utara Sulawesi.

Selamat malam untuk Manado, Tondano dan Sulawesi Utara. Tuhan memberkati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun