Jumat Sore, 7 Januari 2022, saya bersama dua orang dari kelompok kajian strategis Hang Lekir (HL) 717, Rikard Bagun dan Sucipto, datang ke rumah dinas Menteri Koordinator Ekonomi/Ketua Umum Partai Golongan Karya Airlangga di Jalan Widya Candra, Jakarta.
Berbagai hal kami bahas, soal ekonomi, sosial, politik dan juga pemilihan presiden 2024. Berbagai argumen dan analisa kami kemukakan. Di tengah perbincangan santai itu, secara bercanda saya sampaikan sebuah ramalan berwarna fatwa kepada Airlangga tahun 2009.
"Pak Airlangga akan jadi Ketua Umum Partai Golkar dan akan jadi calon presiden, dan ini terbukti, kan. Ingat, kan, prediksi itu," kata saya sore itu, disambut senyum sederhana Airlangga.
Hal menarik lain bagi saya, dalam siaturhami sore hujan itu, ucapan Airlangga menjawab pertanyaan saya, "Apakah Pak Airlangga ada darah biru dari kraton di Jawa Tengah atau Jawa Timur."
Airlangga dengan santai menjawab tentang silsilah keluarganya yang berkaitan dengan Ki Ageng Gribig, ulama terkemuka dari Klaten, Jawa Tengah yang hidup di awal abad ke-17. Konon Ki Ageng Gribig masih keturunan raja-raja Majapahit.
Kemudian Airlangga juga memberi sebuah sinopsis kepada saya tentang silsilah keluarganya yang menunjuk pada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara VI.
Raja dari salah satu kraton di wilayah Surakarta/Solo ini dimakamkan di pemakaman keluarga, Astana Oetara. Di pemakaman inilah ayah dari Airlangga, Menteri Perindustrian masa pemerintahan Presiden RI ke2 Soeharto, Hartarto Sastrosoenarto, dimakamkan.
Hampir tiap tahun pada waktu-waktu tertentu Airlangga sejak masa remajanya berjiarah ke pemakaman Astana Oetara. Bulan Juni 2021 lalu, Airlangga tabur bunga di makam Astana Oetara.
"Kalau saya datang ke pemakaman ini, saya terharu karena ingat almarhum ayah yang sering mengajak saya ke tempat ini tahun 1970-an," ujar Airlangga pada saya belum lama ini.
Dalam sinopsis yang disampaikan Airlangga kepada saya, berjudul "Airlangga dan Trah Mangkunegaran", selain dikisahkan tentang kepiawaian Mangkunegara ke-VI dalam mengelola keuangan dan ekonomi negara, juga dikisahkan tentang perjuangan Mangkunegara I yang terkenal dengan sebutan Pangeran Samber Nyawa melawan tentara kolonial Perusahaan Hindia Timur Belanda atau VOC (Vereenigde Osst-Indische Compagnie) atau Kompeni.
Sinopsis ini menunjuk juga tentang siapa Pangeran Samber Nyawa yang dijadikan Pahlawan Nasional tahun 1983. Sinopsis juga melukisk.an kepahlawanan Mangkunegara I atau Pangeran Samber Nyawa ini menurut sejarahwan asal Amerika Serikat yang lama tinggal di Australia dan Indonesia, MC Ricklefs.