TIGA fungsionaris Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan bekerja sama Paguyuban Wayang Orang Bharata, menyuguhkan tontonan menarik di gedung pertunjukan wayang orang di dekat Pasar Senin, Jakarta Pusat, Sabtu malam 11 Desember 2021.
Kisah asmara terlarang antara Batara Surya dari kayangan dengan seorang puteri cantik, Dewi Indradi. Kemudian Dewi Indradi menikah dengan seorang tokoh relejius, Resi Gotama. Pernikahan ini melahirkan tiga anak, Dewi Anjani, Subali dan Suriwa.
Sebelum menikah dengan Gotama, Dewi Indradi mendapat kenangan dari Betara (Dewa) Surya (Dewa Matahari) berupa cupu manik astagina, sebuah tempat serupa bokor kecil bersegi delapan (asta atau hasta) yang indah berkilauan.
Cupu manik itu kemudian diperebutkan oleh Anjani, Subai, dan Sugriwa. Gotama cemburu, marah, dan mengutuk Indradi jadi sebuah tugu batu dan dilempar ke tempat jauh. Selain itu, Resi Gotama juga membuang cupu manik yang kemudian menjadi sebuah kolam air.
Anjani, Subali dan Sugriwa tetap mengejar cupu manik. Ketia bersentuhan dengan kolam atau telaga air, Anjani, Subali dan Sugriwa berubah menjadi sosok kera. Resi Gotama meminta kepada tiga anaknya itu untuk bertapa, berolah batin, tirakat, meditasi, dan seterusnya.
Kisah ini diwarnai dengan pertikaian, kekacauan, perebutan perempuan, perebutan tahta atau kedudukan atau kekuasaan.Â
Para fungsinaris PDI Perjuangan yang mendorong pentas lakon wayang orang Cupu Manik Astagina ini adalah Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, Ketua Badan Kebudayaan Nasional (BKN) Pusat PDI Perjuangan Aria Bima, dan Sekretaris BKN Pusat PDI Perjuangan Rano Karno.
Pentas Cupu Manik Astagina ini menarik karena, antara lain (menurut salah satu versi) berkisah tentang asmara segi empat dua dewa di kayangan dan seorang resi dengan sosok Dewi Indradi. Sebelum menikah dengan Resi Gotama yang sakit, Dewi Indradi telah berasmara dengan Dewa Surya dan Dewa Indra.
Cupu manik astagina ini adalah delapan keutamaan yang dibungkus oleh kemilaunya permata mutu manikam. Asta dari kata hasta adalah angka delapan.Â
Astagina adalah delapan ajaran keutamaan hidup (iman, adil, sederhana, cinta kasih, jiwa besar, kreatitivitas, teguh/berani berkorban, pengabdian tanpa pamrih).Â
Dalam pesan yang disampaikan saya, Hasto mengatakan, wayang adalah ritual kehidupan. Wayang versi Jawa adalah cermin kehidupan, perjuangan untuk meraih kebenaran melewati angkara murka.Â
Cerita Cupu Manik Astagina adalah ajaran falsafah dasar kosmologi Jawa tentang realitas jagat gede (makrokosmos) dan jagat cilik (mikrokosmos). Keduanya punya tatanan sendiri sendiri dalam keseimbangan hukum alam.
Namun, kata Hasto, ketika keduanya menyatu dalam nafsu duniawi, seperti dalam peristiwa terlibat dalam asmara antara Dewi Indradi dan Batara (Dewa) Surya, maka terjadilah ketidakseimbangan yang menciptakan kekacauan.
Hasto berkata, manusia punya keterbatasan melihat seluruh alam semesta. Usaha menguasai Cupu Manik Astagina tanpa melalui perjuangan, olah batin dan kerendahan seperti dilakukan Anjani, Sugriwa dan Subali, hanyalah menciptakan kesengsaraan. "Manusia jatuh. Harkat dan martabatnya dalam keseluruhan karakternya jadi seperti hewan," tegas Hasto.
Hasto pada kesimpulan, manusia sadar diri, bertobat dan berharap pada kehadiran Sang Pencipta.Â
Asmara cinta memang indah dan nikmat dan bisa suci. Tapi juga bisa tercampur dengan nafsu buruk. Waspadalah pada asmara walaupun itu melibatkan para dewa kayangan sekalipun. Bisa kacau.
Ajaran ini sangat perlu untuk dunia dan negeri ini. "Yuk kita nonton wayang orang".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H