Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memasuki Alam "Gaib" Diponegoro

30 Juni 2021   14:18 Diperbarui: 30 Juni 2021   17:55 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Pangeran Diponegoro karya Basuki Abdullah yang saat ini dipasang di Istana Merdeka. Foto ini dikirimkan ke saya oleh Koordinator Staff Khusus Presiden Ari Dwipayana, Juni 2021 lalu. (dok. Koordinator Staff Khusus Presiden Ari Dwipayana)

Membaca buku Peter Carey, pemberontakan besar diawali dengan banyak peristiwa. Masalah pajak, cukai, wabah kolera, letusan Gunung Merapi, gagal panen padi.

Di bawah Dandles, dibangun infrastruktur yakni jalan raya trans Jawa (posweg) antara Anyer (ujung barat)-Panarukan (timur). Ini menimbulkan masalah perburuhan (kuli).

Di masa Raflles, ada vaksinasi cacar, tapi kemudian ada penyerbuan ke dalam Keraton Yogyakarta dan terjadilah banyak penjarahan.

Di masa Daendles dan Raffles, tulis Peter Carey, Jawa diombang ambingkan. Perang Diponegoro berakhir dan berlanjut dengan Tanam Paksa. Kekayaan Nusantara mengalir deras ke Belanda.

Baru 115 tahun kemudian, Bung Karno dan Bung Hatta di depan corong mikropon mengumandangkan Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945 yang kini berusia 76 tahun (lebih muda dibanding dengan gabungan masa atau waktu pemerintahan Belanda, Perancis, Inggris dan Jepang di Nusantara)

Sebelum pecah perang Pangeran banyak bermeditasi, bertirakat. Setelah perang, Pangeran kembali banyak meditasi di Benteng Belanda Nieuw Amsterdam di Manado (1830 -1833).

Di sini Pangeran menulis Babad Diponegoro yang tercatat menjadi bagian sejarah dunia yang tak terlupakan.

Tanggal 18 Juni 2013, PBB memasukkan Babad Diponegoro dalam Daftar Internasional Ingatan Kolektif Dunia.

Dari Manado, pengasingan Diponegoro dan sebagian keluarganya dipindahkan ke Benteng Rotterdam Makassar (1833 -185). Ia melanjutkan meditasinya hingga wafatnya.

Energi meditasi Sang Pangeran masih terus membayangi hidup yang penuh misteri, hingga kini.

Gaib atau misteri apalagi yang akan dibawa Pangeran Diponegoro untuk masa kini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun